Ada banyak manusia di luar sana yang mendamba-dambakan Yiseol atas sosoknya yang dinilai tak bercelah. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, dari statusnya yang bergelimang harta, hingga eksistensinya sendiri yang bak pemeran utama dalam sebuah cerita dongeng—terlalu sempurna, dan sulit dibilang nyata.
Jeon Yiseol adalah nyata dari mimpi yang orang-orang panjatkan di setiap doanya. Sebuah manifestasi dari hal-hal yang selalu dijadikan angan oleh sebagian besar orang di luar sana. Kenyataannya sendiri, Yiseol memang punya segalanya.
Setidaknya itu yang dikatakan mereka di luar sana. Mereka yang sebetulnya tidak tahu apa-apa. Mereka, manusia dengan kebiasaannya menilai seseorang dari luarnya saja.
Mereka tidak tahu apa saja beban berat yang saat ini Yiseol pikul, mereka juga tidak tahu bahwa ia baru saja kehilangan separuh dunianya.
Karena mereka tidak akan mau tahu.
Yiseol jatuh menangis keras.
Suara Beomgyu kembali menghantuinya dan menorehkan luka. Ia mengais kasar ranjang kosong milik Beomgyu; menangisi sisa-sisa kenangan Beomgyu di sana. Lalu ia menjerit dalam tangis dan memanggil-manggil nama Beomgyu hanya untuk memohon agar ia kembali walau hal tersebut tidak akan mungkin terjadi.
Yiseol, aku sudah mati dan aku akan menjadi bagian dari ketiadaan. Aku akan hilang dari dunia ini dan tak akan pernah lagi kembali. Kau tidak akan pernah melihatku lagi. Tapi Yiseol, ku mohon jangan biarkan aku hilang juga dari kehidupanmu. Biarkan aku hidup di dalammu, biarkan aku menjaga kebahagiaanmu dalam ketiadaan.
Sebuah kalimat, yang masih sering menyakitinya hingga hari ini.
Rasa nyeri kembali menggerogoti dadanya.
Kekosongan ini terlalu nyata dan Yiseol terpenjara di dalamnya.
Setahun berlalu semenjak Beomgyu telah pergi, dan Yiseol selalu merindukannya begitu dalam. Ia ingin mengapit jemari-jemari besarnya seraya berjalan menyusuri jalanan sepi di sore hari.
Yiseol merindukannya begitu payah hingga mencapai titik dimana ia ingin mati karenanya.
Semua hal membuatnya merasa marah, sedih, kecewa, dan hilang. Ia ingin mengutuk semesta atas hilangnya sosok suami yang begitu ia kasihi. Ia ingin menyumpah serapahi Tuhan atas tragedi memilukan ini.
Choi Beomgyu adalah anugerah.
Anugerah yang selalu mengingatkan betapa baiknya Tuhan di kehidupan para mahkluk yang bernyawa, betapa indahnya bentangan alam semesta dan segala kemisteriusannya, betapa berartinya setiap nyawa yang mengisi kekosongan bumi.
Dan anugerah tersebut sudah direnggut tanpa sisa darinya.
Menyisakan kehampaan yang menghantam relungnya. Menggerogotinya dengan rasa sepi dan putus asa. Berjuta-juta warna pada bola matanya kini meluntur. Kehangatan mentari di pagi hari, senja merah di sore hingga keindahan kemilau bulan di malam pun semuanya terasa kosong dan tak berarti.
Separuh nyawa Yiseol bagai mati.
Seluruh keindahan dari kehidupannya kini melebur bersamaan kepergian Beomgyu dari sisinya.
Binar cerah dari bola matanya kini total padam. Setiap inci dagingnya terasa dicincang setiap kali otaknya memunculkan sekelebat kenangan pemuda tersebut. Darahnya terasa diberi racun kala suara berat Beomgyu mendengung kecil dalam sepinya waktu.
Secuil kecil kenangan dari Beomgyu selalu menyiksa batinnya. Mencekik nafasnya. Memporak-porandakan kewarasannya. Mencincang hatinya. Semua hal indah tentangnya kini membuatnya merana dalam kepiluan.
[ END ]
Cie nangis, udah ya nangisnya cup, cup, cup
💗
Terima kasih yang udah mau baca cerita yang sangat berantakan ini <3
KAMU SEDANG MEMBACA
housemate, beomgyu ✓
Fiksi PenggemarJeon Yiseol adalah seorang aktris tersohor yang dikenal sebagai "si cantik pembuat onar" Awal mula mengapa julukan itu bisa tercipta itu karena ia yang selalu membuat skandal tanpa henti. Namun meski bagitu, ia tak sama sekali terbebani dengan hal i...