1- Permintaan

6 2 0
                                    

Jangan lupa tekan bintang hehe :))

Tetap jadikan Al-Quran sebagai bacaan utama :))

.

.

Bunda adalah duniaku yang paling berharga. Jika dunia itu runtuh, maka engkau akan lihat diriku sebagai bagian yang tidak lengkap.

-Nadira Kirana-

Kota Bandung sedang diguyur hujan, suara azan asar berkumandang membersamai hujan kala itu. Seorang gadis berlari mengikuti laju brankar yang didorong menuju ruang operasi. Perpaduan sedih dan lelah terlihat sangat jelas di raut wajah gadis itu.

Setelah beberapa hari pergi mengunjungi Gunung Merbabu, akhirnya kini ia dapat menghirup kembali udara kota kelahirannya. Namun, udara kebebasan yang ia harapkan seketika berubah menjadi udara menyesakkan setelah kejadian mendadak yang menimpa sang bunda.

Nadira Kirana seorang gadis Dendrophile sejati. Baginya, suara angin dan tarian dedaunan memiliki ketengangan tersendiri. Alam adalah sahabat terbaiknya untuk menenangkan diri dari segala hiruk pikuk kehidupan.

Alam dan Bundanya adalah dunia berharga miliknya. Tak akan menjadi lengkap jika hilang salah satunya. Kini salah satu sumber bahagianya itu telah sirna.

Gadis itu terdiam di depan ruangan, menatap sendu pintu ruang operasi yang tertutup rapat. Wajahnya terlihat sangat lelah juga khawatir. Sedangkan laki-laki yang duduk di kursi tunggu hanya terdiam, namun hatinya tak henti-hentinya merapalkan do'a pada sang pemilik kuasa.

Laki-laki itu beranjak dari duduknya, melakukan panggilan.

"Assalamualaikum, Bunda."

"Waalaikumsalam. Aarav, Nak. Ada apa?"

"Aarav," tak sengaja menabrak seseorang, Bunda. Lanjut laki-laki itu dalam hati.

"Halo, Nak. Kenapa diam sayang, kamu nggak pa-pa kan? Dari tadi perasaan Bunda nggak enak."

Aarav menarik napasnya dalam-dalam. Bagaimanapun juga ia harus memberitahukan hal ini pada keluarganya. "Bunda, bisa datang ke rumah sakit sekarang? Aarav—tak sengaja menabrak seseorang."

"Astagfirullahaladzim, Aarav! Bagaimana bisa?!"

"Bunda datang sekarang ya, nanti Aarav ceritain," ujar laki-laki itu parau.

Selang beberapa saat, derap langkah kaki ramai. Vina, Bundanya Aarav datang bersama Zein suaminya juga Revan putra bungsunya. Wanita itu menatap putranya kecewa tak habis pikir.

"Aarav minta maaf, Bunda. Semua terjadi begitu saja dengan sangat cepat. Dia—anak ibu yang Aarav tabrak." Aarav tertunduk, namun telunjuknya mengarah pada Nadira yang sedari tadi diam menatap sendu ruangan operasi.

Betapa terkejutnya Vina ketika melihat gadis itu. "Astagfirullahaladzim, Aarav! Dia anak Hanin sahabat Bunda. Ya Allah, Hanin." Vina menutup mulutnya menahan isak tangis. Wanita itu menghampiri Dira, putri sahabat yang sangat ia sayangi.

Bersamaan dengan itu, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Dokter itu diam sejenak, kemudian mengucap kata maaf. Kata maaf yang kebanyakan orang sudah mengetahui arti dibaliknya.

"Dok, Bunda baik-baik aja kan?!"

Dokter itu menarik napasnya dalam-dalam, lagi-lagi ia harus mengutarakan kalimat yang menyakiti hati keluarga pasien.

"Jawab dok! Bunda baik-baik aja kan?!" sentak Nadira.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Pasien—tidak bisa diselamatkan karena sudah kehilangan banyak darah."

Semua Tak SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang