Main Bertiga [Part 3]

12.4K 136 0
                                    

"Maaf Mba, tapi ini terlalu—"

"Eits, jangan panggil Mbak dong, panggil saja Sita," sergahnya dengan sedikit cemberut manja.

"I-iya Sita. Apa ga papa kamu lakuin ini di rumah? Apalagi di kamar tempatmu dan suamimu biasa tidur, aku ngerasanya kurang pantes aja gitu," tanyaku seraya menoleh ke arah pintu kamar yang masih terbuka, takut-takut ada orang yang secara kebetulan lewat dan memergoki kita tengah berduaan dan melakukan sesuatu yang tidak semestinya ini.

"Tenang aja, meskipun aku bohong kalau sedang sakit, tapi kalau cerita tentang suamiku yang pergi ke luar kota itu memang benar. Sekarang, tinggal masnya aja, mau ga bantu ngobatin saya yang sudah sangat pingin ini? Saya sudah lama tidak mendapatkan jatah dari suami saya loh Mas, memangnya Mas tega?"

"Gimana ya Sita, bukannya aku ga mau, tapi masalahnya kamu kan udah punya suami. Cepat atau lambat suamimu pasti akan tahu hubungan di antara kita ini."

"Ayolah Mas, ga akan ada yang tahu. Sekarang lebih baik Mas tutup pintunya dan kunci dari dalam. Saat ini di rumah hanya ada aku dan kamu saja Mas. Pak satpam tau sendiri ada di posnya, sedangkan si bibi sedang izin libur karena ada urusan di rumahnya."

Sesaat aku terdiam dan mulai goyah. Awalnya aku datang ke rumah ini sejujurnya hanya karena penasaran saja dengan wanita ini dan ingin mendapat teman mengobrol. Aku sama sekali tidak berpikir akan menjadi seperti ini, aku sadae bahwa dia sudah memiliki suami, tidak seharusnya aku melakukan hubungan terlarang ini.

Sebenarnya aku ingin sekali menolak tawarannya, tapi entah mengapa nafsuku itu mengalahkan pikiranku. Terlebih lagi tangan si Sita ini terus meraba-raba batang penisku yang kini sudah mulai terbangun itu. Pada akhirnya aku pun terjerumus ke dalam permainannya.

Akibat saking terangsangnya, aku pun buru-buru beranjak pergi menuju pintu untuk menutupnya dan menguncinya. Begitu selesai aku berjalan mendekat ke arah sita dengan napas memburu.

Aku naik ke atas kasur dan mulai membuka kaosku lalu membuka ikat pinggangku. Sementara itu, Sita yang menonton aksiku pun mulai menjamah gunung kembarnya itu dan meremas-remasnya. Sungguh pemandangan yang sangat erotis bagi diriku yang baru pertama kali melakukan hubungan intim seperti ini. Berbekal ilmu yang kudapatkan dari hasil menonton bokep setiap hari, aku pun mulai mempraktekannya.

Langsung saja kubuka celana jeans milikku itu lalu aku lempar ke samping. Setelahnya aku beranjak mendekati wajah Sita dan perlahan menurunkan bokser tepat di depan wajah cantiknya itu. Segera batang kebanggaan aku itu menyembul keluar dan berdiri kokoh di bawah sana. Sejenak kulihat wajah Sita ternyata tengah melotot sambil menonton batang penis milikku yang berukuran jumbo ini. Dia benar-benar terlihat terkejut. Beberapa saat bahkan dia diam dan tak bergerak seperti patung.

Sampai pads saat aku meraih penisku itu dan mengayunkannya sampai membentur pipi Sita yang saat ini masih ngelamun. Sontak saja wanita itu tersadarkan dan buru-buru tersenyum dan tertawa kecil.

"Sepertinya kali ini aku yang beruntung. Andai saja suamiku melihatmu yang sekarang ini, dia pasti akan sangat iri kepadaku."

"Maksudnya?" tanyaku dengan nada bingung.

Saat itu aku benar-benar tidak mengerti makna dibalik perkataan Sita yang barusan. Terlebih si Sita ini tidak mencoba langsung menjelaskan tapi malah berusaha mengalihkan perhatianku. Terbukti dengan dia meraih batang penisku itu dan mulai mengocoknya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan satu miliknya mulai menuntun tanganku untuk meraba puting susunya yang berwarna pink itu.

"Mas punyamu gede banget loh ini, padahal pas si foto kukira punyamu ukurannya biasa aja."

"Wah, masa sih ini gede? Aku ga pernah ngukur juga sih, tapi kalau dibandingkan punya salah satu temenku, punya dia masih lebih gedean loh."

"Masih lebih gede dari pada ini?" tanyanya dengan wajah terkejut.

"Loh, memang punya suamimu ukurannya gimana?"

"Kalau dibandingkan punyamu, punya dia ga ada apa-apanya, ukuran penis suamiku itu standar doang. Punyamu ini kalau diukur bisa delapan belas cm loh Mas. Ini termasuk ukuran gede."

Aku hanya tertawa sambil tersipu malu karena sanjungan darinya itu. Sampai-sampai, aku pun mulai terbuai dengan susana dan semakin berani di hadapan Sita.

"Kalau gitu, mau coba?" tanyaku seraya menggoyangkan pinggulku sehingga batang penisku melambai ke kanan dan ke kiri.

"Ga perlu ditanya Mas, sudah pasti aku mau!" balasnya seraya meraih batang kejantananku itu dan kemudian mulai memasukannya ke dalam mulut.

Main Bertiga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang