Dengan sekali hentakan, selimut yang sebelumnya menutupi bagian tubuhku dan Sita kini terhempas ke samping oleh tangan sang suami. Pria bertubuh atletis itu kemudian tersenyum miring begitu melihat seluruh tubuhku dari atas sampai ke bawah. Hal ini tentu membuat Sita berdecak kesal dan memarahi si suaminya itu.
"Argh, terserahlah! Lakukan sesuka hatimu seperti yang sudah-sudah." Sita terlihat memutar bola matanya sembari menghela napas.
"Matamu jeli juga Sit, memang ya kamu ini istriku yang paling pengertian. Suami baru pulang sudah disuguhi santapan lezat seperti ini," kata sang suami sembari berjalan mendekat dan naik ke atas kasur.
Aku masih terpaku dan tidak bisa berkata-kata karena saking linglungnya dengan situasi ini. Tak berselang lama, rasa hangat dan geli pun kurasakan di bawah sana. Segera aku melirik dan mendapati senjata pamungkas milikku itu sudah dilahap begitu saja oleh suami si Sita, tanpa izin terlebih dahulu.
Oh, shit!
"Apa maksudnya ini?"aku bertanya dengan Sita dengan nada tegas.
"Yah, beginilah tingkah suamiku, Mas. Alasan dibalik mengapa selama ini aku merasa menderita siksaan batin karena dia tidak pernah memberikanku jatah."
"Ja-jadi karena dia...."
Sebelum aku menyelesaikan perkataan aku, si Sita malah sudah menjawabnya terlebih dahulu.
"Ya, Mas, dia seorang gay. Aku terpaksa menikahinya karena perjodohan orang tua."
Aku yang mendengarnya pun kaget dan langsung mencoba melepaskan penisku dari sedotan demi sedotan yang dilakukan oleh suaminya Sita.
"Maaf, aku harus pergi."
Aku pun hendak bangkit dari kasur, tapi sebelum aku berhasil melakukannya, suami Sita sudah menahan pergelangan tanganku dan mencengkeramnya dengan sangat keras, sampai-sampai aku saja berusaha menahan rasa sakit yang ditimbulkannya itu.
"Mau ke mana kamu?"
Aku hanya terdiam dan tidak berani menjawabnya. Kalau boleh jujur, aku sebenarnya merasa terintimidasi saat suami Sita melemparkan tatapan tajam ke arahku.
"Setelah selingkuh sama istri saya, kamu mau main pergi begitu aja? Kamu pikir saya ga berani laporin kamu ke polisi?"
Suami Sita mengacamku terus menerus, bahkan dia berani mengatakan bahwa dia bisa menghancurkan hidupku dengan mudah jika dia mau.
"Sekarang karena kamu sudah melayani istriku, kamu juga harus melayaniku."
Suami si Sita mulai membuka satu per satu kancing kemejanya kemudian melonggarkan dasinya itu. Tak sampai di sana, setelah dia melepaskan kemeja dan bertelanjang dada, tangannya pun mulai ke bagian bawahnya lalu melepaskan gesper celananya itu.
"Kemarilah, hisap pentilku seperti kamu menghisap punya istriku," katanya seraya menuntun kepalaku untuk mendekat ke arah tubuhnya.
Aku yang merasa masih normal tentunya enggan dan berusaha menolaknya. Namun, seperti yang sudah-sudah aku tak berdaya ketika suaminya si Sita ini membentak aku dan menarik kepalaku dengan kasar, sehingga kini wajahku benar-bemar tenggelam di antara belahan dadanya yang sangat berisi itu. Sungguh, aku benar-benar sesak napas karena saking muaknya dengan bau keringat kas milik laki-laki itu, aku tidak terbiasa dengan aromanya itu.
Masih berusaha melepaskan diri, suami Sita semakin terlihat berani menarik penisku dan mengocoknya dengan sangat cepat. Hal ini membuatku kelojotan dan tak kuasa menerim serangan kenikmatan yang diberikan tangannya itu.
"Ayo hisap!"
Tangan suami Sita yang cukup kekar itu pun memaksa kepalaku untuk segera menghisap putingnya itu yang berwarna pink. Aku yang berada di bawah tekanan tak ada pilihan lain selain mencoba menjulurkan lidahku lalu memainkan putingnya itu. Terdengar suara lenguhan dan desahan dari mulut suaminya Sita, membuatku merasa sedikit risih dan aneh di saat yang bersamaan.
"Bentar, saya lepas dulu celananya."
Setelah beberapa detik berlalu dan suami Si Sita sudah berhasil menenggalkan celana hitam dan boksernya itu, dia pun kembali naik ke atas ranjang dan berdiri tepat di hadapanku.
"Sekarang hisap punya saya."
"Maaf Pak, saya tidak bisa!" Aku tentu kesal karena merasa perlakuannya padaku ini sudah kelewatan batas!
"Baiklah, sekarang kamu bisa pergi jika kamu sangat menginginkannya, tapi saya bisa pastikan kalau kamu akan menyesalinya nanti."
"Apa maksudnya?"
"Hidupmu akan hancur. Saya bukan saja akan melaporkan kamu, tapi saya akan menyebarkan skandalmu bersama istri saya ini ke sosial media," katanya.
"Memangnya Bapak tega menyebarkan aib istri Bapak sendiri?"
"Mengapa tidak? Apa kamu lupa kalau aku dan dia tidak memiliki perasaan apapun? Kita hanya menikah karena status."
"Maksudmu apa, Tom! Kamu berani bawa masalah ini ke media?" Sita mengernyitkan alisnya karena merasa dirinya ikut dilibatkan di sini.
"Tenang aja, meski aku mau, tapi aku tidak akan bisa. Aku tahu ayahmu pasti akan membunuhku jika tahu aku yang melakukannya. Palingan yah, wajahmu akan disensor agar tidak diketahui."
"Keparat!" Sita bangkit dari duduk lalu hendak mendorong tubuh suaminya itu, tapi tentu saja usahanya sia-sia karena dia malah yang terdorong jatuh ke atas ranjang.
"Eits, jangan marah dulu dong sayang. Semua itu hanya terjadi jika dia terus menolak perintahku dan membuatku kesal. Jadi sekarang semua keputusan ada ditangannya, mau menurut atau tidak."
"Apa yang Bapak inginkan dariku?" tanyaku dengan wajah masam.
"Jangan panggil Bapak dong, panggil saja Mas Tomi," kata suami Sita sembari tersenyum penuh arti. "Kamu tanya apa mau saya? Oh, tentu saja semua tubuhmu itu."
"Apa Mas berjanji akan melepaskan aku setelah semua ini?"
"Tentu saja," balasnya santai.
"Baiklah, aku akan menuruti semua keinginan Mas Tomi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Main Bertiga ✔
Fanfic[MATURE] [BL] [BI] [18+] [MANXBOY] Akibat nekat bermain api dengan istri orang, sebagai balasannya keperjakaanku berakhir direnggut oleh sang suami. Original story by : algojopria. Cerita ini mengandung unsur konten dewasa. Harap bijak dalam memilih...