⚠︎ : Hanya sekadar fiksi dan tidak ada hubungannya dengan hidupan nyata para pemain karakter.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HENING seisi ruangan markas. Suasana menjadi tegang saat keempat orang pria itu berhadapan dengan seorang pria paruh baya yang sedari tadi menatap sinis pada mereka.
“ Sudah memasuki keempat kalinya misi kita gagal, aku yakin kalian semua bekerja sangat keras untuk membunuh mereka tetapi aku tidak terlalu yakin padamu Park Jimin.” Ucap pria itu datar.
Jimin hanya menatap kosong wajah pria itu dengan wajah tenangnya. Jungkook yang melihat kedua pasang mata yang saling melemparkan tatapan tidak berdamai itu mula membuka suara.
“ Ini bukan salah Jimin hyung sepenuhnya abeoji. Seharusnya aku yang mengejar Taeyong karna--
“ Tidak, Jungkook tidak melakukan kesalahan. Aku yang tidak becus mengejar Taeyong jadi hukum saja aku karna misi ini gagal salahku bukan Yoongi, Taehyung atau Jungkook ” Jawab Jimin tenang, dia langsung berdiri menghampiri pria itu dengan muka datarnya.
Pria paruh baya itu tersenyum sinis melirik putranya. Dia ikut berdiri menghadap Jimin. Rambut silver milik putranya diusap gemas.
“ Kau sungguh berani anakku. Menjadi satu alasan mengapa aku sangat menyayangimu.”
Jimin terkekeh geli atas kalimat itu. Yoongi memejamkan netra nya perlahan saat melihat di tangan pria paruh baya itu sudah ada tongkat Golf. Dalam hatinya tidak henti-henti mengumpat atas perilaku gila Jimin yang masih bisa terkekeh sementara dalam masa beberapa menit nantinya tongkat bermaterial besi itu akan mendarat ditubuh pria itu.
Dia mengerti jika dipukul dengan tongkat Golf itu bukanlah apa-apa bagi Jimin karena sememangnya pria itu telah merasakan lebih daripada itu ketika peluru menembus tubuhnya dan tentu saja ia lebih sakit dari dipukul dengan menggunakan tongkat Golf.
Setidaknya tolonglah mengerti Jimin bahwa ketiga manusia yang membesar bersama mu ini tidak mahu melihat kau tersakiti...
Zzup!
“ Mengapa kau tidak pernah menjaga tingkah laku mu sama sekali Park Jimin? ”
Zzup!
“ Apa lagi yang tidak cukup aku beri pada mu sehingga kau masih membangkang ayahmu ini? ”
Zzup!
“ Kau sudah dewasa untuk ku hukum seperti ini ”
Zzup!
Rasa sakit semakin menjalar di bagian punggung belakang tubuhnya. Jimin tertawa keras menganggapi semua pertanyaan pria paruh baya yang masih setia berdiri di hadapannya dengan dada yang bergemuruh.