1. Aidan Aksa Aldebaran

778 58 5
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.
HAPPY READING
🌻🌻

Tok

Tok

Seorang laki-laki dengan guratan lelah di wajahnya nampak berdecak kesal mendengar suara ketukan pintu dari arah luar. Terhitung sudah lebih dari lima kali karyawan kantor yang terus mengganggu waktu kerjanya yang sangat padat hari ini. Ia meraih ponsel genggam dan mengetikkan nomor untuk di hubungi.

"Larang semua orang yang ingin masuk ke ruangan saya, sedang diusahakan. Bersabarlah!"

Kembali meletakkan ponsel, laki-laki itu melepas jas-nya merasakan panas. Ia menggulung lengan kemeja sampai sebatas siku lalu sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Tertulis di atas mejanya 'Aidan Aksa Aldebaran' laki-laki itu memutar kursi kerjanya untuk mengambil beberapa berkas yang diperlukan. Ia terlihat begitu serius didepan layar komputernya yang setia menyala.

Laki-laki berusia 22 tahun itu kini terlihat lebih dewasa dari sebelumnya. Fisiknya semakin kekar dengan wajah yang terlihat semakin tampan. Wajah yang putih bersih, alis tebal, hidung mancung dan jangan lupakan tatapan tajam dari mata bak elangnya yang membuat siapapun akan merasa ketakutan.

Tepat beberapa jam lalu, Aksa baru saja mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta. Dan hari ini adalah hari kedua ia kembali menghirup udara tanah kelahirannya setelah empat tahun hidup di negara orang untuk menuntut ilmu.

Satu minggu sebelumnya, sang ayah mengabarkan bahwa perusahaan keluarganya yang berada di Jakarta pusat tengah mengalami masalah. Sang Ayah yang sudah mencapai kepala lima, memutuskan untuk lepas tanggungjawab dari perusahaan dengan alasan ingin menikmati masa tuanya. Oleh karena itu, sebagai anak tunggal ia harus langsung mengambil alih tanggung jawab tersebut. Dan hari ini, adalah jadwal Aksa untuk langsung terjun ke perusahaan peninggalan keluarganya secara turun-temurun.

Hembusan napas terdengar, merasa lega karena usahanya di depan komputer sedari tadi tidak begitu mengecewakan.

Aksa menyambar kunci mobil dan ponselnya, juga satu map untuk ia berikan kepada sekretarisnya lalu berjalan keluar ruangan untuk mencari makan. Ia lapar, karena dari pagi ia belum menyempatkan diri untuk makan, atau bisa dibilang tidak sempat sangking sibuknya.

"Welcome back to Jakarta," gumamnya dengan seulas senyum tipis sebelum melajukan mobil.

Tidak banyak yang berubah dari kota ini, masih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Begitupun dengan kenangan yang masih tersusun rapi dalam otak dan hati Aksa. Bagaimana dulu, ia adalah seorang anggota sekaligus ketua geng motor yang tentu saja mempunyai banyak kisah, pengalaman, dan cerita di setiap harinya. Aksa juga memiliki sahabat yang entah kabarnya bagaimana sekarang. Karena semenjak memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di negara orang, ia lebih memilih untuk mengganti semua akun media sosialnya.

Laki-laki itu menginjak rem mobil ketika lampu hijau sudah berganti menjadi merah. Aksa tersenyum ketika matanya tidak sengaja menangkap segerombolan anak-anak jalanan yang tengah mengamen untuk menghidupi kehidupan mereka. Ia tersenyum karena hal itu mengingatkan pada masa putih abunya yang lumayan sering bermain dengan anak jalanan.

"Terimakasih, kak" ucap bocah laki-laki setelah menerima beberapa lembar uang kertas dari Aksa.

Aksa mengangguk, matanya kembali menatap ke arah depan. Dari sebrang kiri, terlihat seorang kakek-kakek tua yang ingin menyebrang jalan. Terlihat, banyak orang yang ingin membantu kakek tersebut namun di tolak oleh sang kakek. Suara klakson memekik telinga Aksa, para pengendara merasa kesal perihal kakek-kakek dengan tongkat ditangannya yang berjalan sangat lambat. Aksa khawatir, akan ada salah satu pengendara yang tidak sabaran kemudian mengakibatkan hal yang tidak diinginkan.

Finally Meet You Again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang