Satu jam berlalu. Kini waktu menunjukkan pukul 22:30. Penanda di depan pintu operasi masih menunjukkan tanda "operation in progress". Keempat orang itu masih menunggu dengan sabar dan berharap operasinya berjalan lancar.
Do Mun-Yeong menghampiri Haneul. Mengajaknya untuk membersihkan diri dari darah yang menempel di tubuhnya.
"Ya, kaja meonjeo mom-eul kkaekkeus-i"
(Ayo, bersihin badanmu dulu)Do Mun-Yeong memberi Haneul topi dan kacamata hitam yang ada di dalam tasnya. Lalu membawa Haneul pergi ke parkiran mobil untuk mengambil baju ganti terlebih dahulu. Haneul masih gemetar, hatinya masih tidak tenang menunggu operasi Shira.
"Hyung... Eottokke??" Tanya Haneul dengan suaranya yang rendah dan sedikit serak.
"Gwenchana, dia pasti bisa ngelewatin masa kritisnya kok" Do Mun-Yeong berusaha menenangkan meskipun dirinya sendiri juga tidak yakin dengan perkataannya. Namun, yang Ia tangkap dari reaksi Haneul yang sangat ketakutan adalah keadaan perempuan tersebut benar-benar parah.
Do Mun-Yeong membantu Haneul membersihkan kedua tangannya yang berlumuran darah. Haneul hanya terduduk dan menatap kosong ke depan. Setelah membersihkan tangan Haneul, Do Mun-Yeong memberikan kaus, hoodie, dan celana bersih yang selalu tersedia di mobil untuk Haneul. Namun, Ia bergeming.
Do Mun-Yeong meletakkan pakaian itu di tangan Haneul. Kemudian Haneul menatap wajah Do Mun-Yeong "Hyung..." Do Mun-Yeong meletakkan tangannya di pundak Haneul dan berkata "Gwenchana..." Barulah setelah itu Haneul mengganti bajunya. Segera setelah mengganti bajunya mereka kembali ke ruang tunggu operasi. Tapi sebelum itu Do Mun-Yeong mampir ke kafetaria rumah sakit terlebih dahulu untuk membeli kopi dan roti untuk mereka berempat.
Do Mun-Yeong memberikan masing-masing satu latte dan satu roti isi daging kepada Bonna, Ahn-Byul, dan Haneul.
Kini jam menunjukkan pukul 23:25. Sudah dua jam lebih Shira berada di dalam ruang operasi dan sampai saat ini Bonna, Ahn-Byul, Haneul, dan Do Mun-Yeong masih belum mendapatkan kabar bagaimana keadaan Shira. Saat Haneul dan Do Mun-Yeong pergi membersihkan badan. Salah satu dokter yang ada diruang operasi sempat keluar dan memberikan kabar bahwa operasi masih berlangsung dan akan berlangsung lebih lama dari operasi pada umumnya. Bonna dan Ahn-Byul diminta untuk bersabar dan berdoa oleh dokter tersebut.
Tepat saat jam menunjukkan pukul 23:35, saat itu juga penanda di depan pintu ruang operasi berubah warna menjadi hijau tanda bahwa operasi sudah selesai. Bonna, Ahn-Byul, Haneul, dan juga Do Mun-Yeaong segera berdiri menunggu dokter yang menangani operasi Shira keluar.
Dokter utama yang memimpin operasi Shira akhirnya keluar dari ruang operasi. Ia menghampiri keempat orang yang sudah menunggu di depan ruang operasi.
"Siapa di sini anggota keluarga dari pasien?" tanya dokter itu saat berhadapan dengan keempatnya.
Bonna tidak mengerti apa yang dikatakan oleh dokter tersebut. Park Ahn-Byul dengan sigap langsung menerjemahkan kepada Bonna.
"You're Shira's family" Ahn-Byul menunjuk Bonna.
"Ah ya that's me" kata Bonna.
"Bisa ikut dengan saya?" Ahn-Byul kembali menerjemahkan ucapan dari dokter.
"Bisa dok" Ahn-Byul dan Bonna mengikuti langkah dokter tersebut menuju ruangannya.
Setelah di dalam ruangannya dan kedua keluarga pasien itu duduk. Dokter langsung menjelaskan keadaan Shira kepada Ahn-Byul dan Bonna. Bonna tidak kuasa menahan air matanya. Meski sudah melewati operasi yang sangat panjang Shira tetap tidak sadarkan diri. Shira masih berada dalam keadaan koma.
Namun, semua luka yang terdapat ditubuhnya berhasil diperbaiki dan diobati. Hanya saja beberapa luka masih memerlukan beberapa kali operasi agar dapat sembuh dengan baik.
Dokter masih belum bisa tahu kapan Shira akan sadarkan diri. Hanya informasi ini yang dapat dokter tersebut sampaikan. Selebihnya akan diobservasi lebih lanjut setelah Shira sadar dari koma.
Keluar dari ruang dokter Bonna terus menangis, Ahn-Byul berusaha untuk menenangkannya. Di depan ruang dokter Haneul menunggu kabar dari Bonna dan Ahn-Byul. Sedangkan Shira sudah dipindahkan ke ruang rawat inap kelas VVIP atas permintaan Haneul. Semua biaya administrasi rumah sakit sudah diurus oleh Do Mun-Yeong. Sehingga Shira bisa mendapatkan perawatan terbaik.
Ahn-Byul menjelaskan kepada Haneul apa yang dikatakan dokter pada dirinya dan Bonna. Haneul tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat mendengar kabar ini. Kepalanya makin terasa berat dan pening.
Do Mun-Yeong menghampiri mereka bertiga yang masih berdiri di depan ruangan dokter yang menangani operasi Shira.
"Hyung..." seru Haneul pada Do Mun-Yeong. Suara Haneul terdengar seperti orang yang bingung dan putus asa.
Do Mun-Yeong meminta penjelasan kepada Ahn-Byul. Namun kali ini Ahn-Byul tidak langsung menjelaskan, ia merasa mereka berempat harus duduk bersama dan membicarakan hal ini dengan serius. Ke depannya harus seperti apa dan bagaimana. Mengingat Bonna dan Shira ke Korea hanya untuk berlibur.
"Kita harus bicarain ini dengan serius. Sekarang sudah dini hari, mau kita bahas saat ini juga atau mau istirahat dulu. Supaya kita bisa ngobrol dengan pikiran yang cukup jernih?" Tanya Ahn-Byul pada Haneul dan Do Mun-Yeong.
Do Mun-Yeong menjawab untuk membicarakannya saat pagi saja. Biar Haneul dan Bonna istirahat terlebih dahulu. Ia juga berjanji kepada Ahn-Byul akan mengurus semua keperluan dan biaya. Sehingga Bonna tidak perlu khawatir kalau mereka akan kabur. Mereka sepakat untuk bertemu jam 8 pagi di kafetaria rumah sakit. Do Mun-Yeong mengantar Ahn-Byul dan Bonna ke kamar Shira.
Kamar rumah sakit yang dapat dikatakan mewah. Dihiasi interior dengan nuansa earth tone dilengkapi dengan air purifier, sofa bed yang dapat digunakan untuk istirahat bagi tamu yang menjenguk. Tidak lupa juga air conditioning yang dapat digunakan sebagai penyejuk dan penghangat ruangan. Jendela yang ditutupi oleh tirai mahal. Lukisan indah yang menghiasi dinding serta bunga-bunga yang menghiasi sudut ruangan.
Mata Bonna terkunci pada Shira yang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien yang terlihat fancy dibandingkan dengan ranjang pasien pada umumnya. Bonna menghampiri adiknya yang terbaring dengan berbagai macam selang di tubuhnya. Bunyi suara mesin penopang hidup Shira turut memecah keheningan di ruangan itu.
Bonna duduk di kursi yang berada di sisi ranjang. Air mata kembali membasahi wajahnya. Ingin sekali ia menyentuh tangan adiknya itu. Tapi diurungkan niatnya. Bonna takut jika ia menyentuh tangan Shira, Shira akan merasa sakit. Melihat tangannya Shira yang ditutupi perban.
Do Mun-Yeong mengatakan pada Ahn-Byul bahwa mereka dapat istirahat di kamar ini, sambil menunggu Shira. Ahn-Byul menganggukkan kepalanya. Do Mun-Yeong izin pamit ke Ahn-Byul untuk pulang. Ahn-Byul kembali mengiyakan dengan anggukan kepalanya.
Bonna sudah melupakan penerbangannya pada jam 10 pagi nanti. Ia sudah tidak perduli lagi. Lagi pula Bonna masih bisa membeli tiket pulang dengan uang pribadinya. Hanya saja yang mengganggu pikiran Bonna adalah bagaimana cara dia menjelaskan kepada kedua orang tuanya tentang apa yang terjadi.
Ahn-Byul menghampiri Bonna yang masih terduduk menatap Shira. Ia meminta Bonna untuk istirahat terlebih dahulu. Bonna mengikuti Ahn-Byul yang membawanya ke sofa bed. Bonna duduk bersandar dengan mata yang entah menatap kemana. Ahn-Byul memberi Bonna selimut, dan duduk di sisi lain dari sofa.
Keduanya pun terlelap. Hari yang cukup panjang dan juga melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger
RomanceSebuah perjalanan yang mempertemukan dua orang asing. Perjalanan singkat yang berjalan panjang. Perbedaan yang membentang di antara keduanya menjadi kendala tersendiri. Ini bukan tentang Bonna.. Ini tentang Shira.. °°° This book is a work of fiction...