Chapter 4

578 22 1
                                    

Bonna masih terkagum-kagum dengan benda yang saat ini di tangannya. Ia perhatikan dengan benar. Ia raba kertas itu. Tebal. Asli. Bukan palsu. 'Nggak mungkin!' serunya dalam hati.

"Demi apa?! Dua tiket pesawat!?" pekik Bonna terkejut dengan dua lembar tiket pesawat yang berada di tangannya.

"...atas nama Autumn Quinnshira.. dan Bonna Aisharra??" Tanya Bonna yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di genggamannya.

"Nggak-nggak, nggak mungkin, dapet dari mana lo? nyolong dari siapa?" lanjutnya kemudian menatap wajah Shira .

Shira hanya dapat tertawa bangga, "He-hehe-hehe". Ia merasa puas dan bahagia.

"Dapet dari mana lo? Nggak mungkin kan kalau Papa ataupun Mama yang kasih ini ke lo" seru Bonna mendesak Shira .

"Hebat kan adek lo ini?" ujar Shira dengan senyum sumringah di wajahnya.

"Lo nggak perlu tau gue dapet dari mana, yang penting lo mau kan?" lanjut Shira .

"Gue sih mau, tapi harus jelas juga dong lo dapet tiket ini dari siapa?" ujar Bonna tidak melepaskan pandangannya dari Shira .

"Harus banget, gue certain kronologisnya?" Shira melipat tangannya di atas dada.

"You should!" jawab Bonna dengan tegas.

Shira menyandarkan tubuhnya pada sofa café yang nyaman itu.

"Hmm, jadi, sekitar beberapa minggu yang lalu, gue browsing dan ngga sengaja gue liat iklan ada photo contest gitu, terus gue iseng-iseng ikut photo contest itu, dan ternyata tiga hari yang lalu itu pengumuman pemenangnya. Gue ditelpon sama contest holder-nya dia bilang gue menang dan gue harus ngurus data-data segala macamnya itulah. Yaudah gue urusin tuh, dan ini hasilnya" Shira menunjuk dua tiket pesawat menuju Seoul tersebut.

"Dan lo gak perlu khawatir! Semua biaya akomodasi plus! Visa" Shira menekankan pada kata terakhirnya.

"Udah ditanggung semua sama contest holder kita cuma cukup bawa diri aja.." lanjut Shira menjelaskan.

Dengan mata yang berbinar-binar Bonna menatap adiknya yang sedang bersandar di sofa dengan alis yang sedikit diangkat dan bibir yang menyungging membalas tatapannya. Mereka pun tertawa.

Senja itu dihabiskan oleh keduanya untuk saling bertukar cerita. Mereka baru bertemu lagi setelah beberapa bulan sibuk dengan urusan masing-masing. Keduanya sangat terbuka satu sama lain. Mereka Kakak-Adik yang sangat kompak. Tidak ada yang ditutupi di antara keduanya. Mereka terlampau jujur satu sama lain. Mereka juga terlihat seperti saudara kembar. Hubungan batin mereka juga sangat kuat. Bonna akan merasa gelisah, jika sesuatu yang buruk terjadi pada Shira . Begitupun sebaliknya.

***

Sudah dua tahun sejak Bonna memutuskan untuk hidup mandiri. Terpisah dari Orang tua. Ini bukan karena Bonna bertengkar dengan Orang tuanya. Namun, Bonna tidak ingin merepotkan kedua Orang tuanya. Ia ingin membangun hidupnya sendiri. Tanpa meminta bantuan dari kedua Orang tuanya.

Sedangkan Shira , ia masih tinggal bersama kedua Orang tuanya. Ia tidak diizinkan untuk mengikuti jejak Bonna. Karena mereka hanya dua bersaudara. Orang tuanya takut merasa sepi jika harus ditinggalkan oleh kedua anaknya.

Awalnya Bonna juga tidak diizinkan untuk meninggalkan rumah. Namun, dengan segala kesungguhan dan tekad Bonna untuk mandiri. Ia berhasil meyakinkan kedua Orang tuanya. Walaupun ini sangat berat bagi kedua Orang tuanya. Bonna pun diperbolehkan untuk meninggalkan rumah. Dengan catatan, kalau setiap minggu ia harus berukunjung setidaknya sekali.

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang