Chapter 15

6 0 0
                                    

Makan malam pun tiba. Mereka bertiga duduk bersama di sofa. Do Mun-Yeong membuka satu per satu kotak makanan. Haneul yang melihat Bonna tidak bergeming dengan kehadiran makanan. Ia mengahmpiri Bonna, mengajaknya untuk makan bersama.

"Bonna ssi, let's eat" ajak Haneul. Tapi Bonna hanya diam saja.

"Kajja! Bonna ssi you should eat, so you have the energy to take care of your sister" Haneul mengangkat badan Bonna dan mengarahkannya menuju sofa.

Ahn-Byul memberikan Bonna sepotong ayam yang diterima oleh Bonna.

Bonna menghela napas cukup panjang. Sehingga mengalihkan fokus semua orang pada dirinya.

"Hhhhhhhhhh... Gue masih belum bisa ninggalin Shira di sini. Tapi tadi bos gue ngabarin untuk minta gue pulang ke Jakarta secepatnya. Iya kalian udah nunjukkin ke gue kalau kalian ini peduli sama Shira. Tapi kan itu karena gue ada di sini. Kalo misalnya gue ngga ada di sini, apa iya kalian akan tetep perhatian sama Shira kayak gini??

Kalian semua itu orang asing buat gue dan juga buat Shira. Gue harus gimana?? Gimana bisa gue ninggalin Shira sendirian dalam keadaan kayak gini?? Gue harus ngomong apa sama orang tua gue nanti kalo gue balik ke Jakarta sendiri??"

Sambil memegang paha ayam yang diberikan oleh Ahn-byul Bonna mengungkapkan semua kegelisahan dalam hatinya. Haneul yang duduk di samping Bonna, mengusap punggung Bonna. Mencoba untuk menenangkannya. Meskipun Haneul tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Bonna, tapi ia tahu kalau itu adalah perasaan ragu dan gelisah Bonna yang sejak tadi tidak diungkapkan dengan lantang.

"Bonna ssi, I actually don't know what you really feel right now. But, I'm trying to understand your feelings. I know it's hard to leave your sister in this kind of condition to strangers you barely know. But, I'd give my all to this. I'd give Shira the best everything I could. I'll take care of her just like how you did."

"How can I trust you? What if you just do take a photo but not really taking care of her?"

Do Mun-Yeong sama sekali tidak mengerti percakapan Haneul dan Bonna yang sangat cepat dan menggunakan bahasa inggris. Sedangkan Ahn-Byul hanya menyimak keduanya. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Karena yang Bonna perlukan adalah kepastian bahwa Haneul benar-benar dapat dipercaya.

"There's not gonna happen. I'm really worried about your sister too. Mungkin, bukan karena takut akan kehilangan seorang adik untuk saat ini. Tapi gue takut akan kenyataan bahwa gue membunuh seseorang. Jadi gue bisa yakinin, dan lo bisa pegang omongan gue kalau gue akan bener-bener menjaga adik lo seperti lo menjaga dia."

Haneul menegaskan kepada Bonna sekali lagi bahwa dia benar-benar akan menjaga Shira seperti Bonna menjaga Shira.

Perkataan terkahir Haneul cukup membuat Bonna percaya. Mungkin kalau Haneul mengatakan 'Gue mengerti perasaan lo takut kehilangan adik. Gue juga takut kehilangan adik' Bonna tidak akan percaya. Karena sepengetahuan Bonna, Haneul tidak memiliki saudara kandung.

Bonna menjadi percaya kepada Haneul ketika dia bilang 'Tapi gue takut akan kenyataan bahwa gue membunuh seseorang'. Kata-kata itu mengisyaratkan bahwa Haneul masih memiliki hati nurani dan dia benar-benar takut jika ia sampai hal terburuk terjadi pada Shira.

Ahn-Byul yang mengerti percakapan itu pun membantu Haneul menenangkan Bonna dengan mengatakan "Kalo memang mereka jahat. Mereka ngga akan ada di sini sekarang. Nemenin kamu. Bayarin semua biaya administrasi perawatan Shira. Nemenin kamu sampai Shira selesai operasi. Buat surat perjanjian yang sudah dilegalisasi. Dan beliin kamu makan malam.

Kalau mereka jahat. Mereka udah ninggalin Shira sejak pertama. Saat Shira ditabrak, Haneul ngga akan bawa Shira ke rumah sakit."

Mendengar itu, Bonna juga jadi semakin percaya. 'Iya juga sih, mereka ngga akan repot-repot kayak gini kalo mereka emang ngga mau bertanggung jawab'.

Bonna bisa sedikit relaks sekarang. Ia mulai mengigit paha ayam yang sejak tadi hanya digenggam tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menyeka air mata yang keluar dari matanya. Melihat itu Ahn-Byul tersenyum. Akhirnya Bonna sudah bisa sedikit santai sekarang.

Setelah selesai makan, Bonna mengatakan bahwa dirinya hanya bisa tinggal sampai besok di Korea. Jatah cuti Bonna sudah digunakan untuk liburannya. Sedangkan untuk extend bosnya tidak mengizinkan ia terlalu lama tinggal di Korea.

Haneul menawarkan untuk membelikannya tiket pesawat untuk pulang besok. Karena biasanya mencari tiket pesawat di H-1 apalagi di hari H biasanya sulit. Bonna pun tidak menolak tawaran dari Haneul.

Ahn-Byul mengatakan bahwa dirinya juga tidak bisa sering-sering menjenguk Shira di rumah sakit. Mungkin ia hanya bisa menjenguk Shira disaat waktunya kosong saja. Sedangkan Haneul bilang bahwa dirinya akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengunjungi Shira setiap hari dan seminggu sekali mengganti bunga di kamar Shira.

Haneul meminta Do Mun-Yeong menelpon salah satu kenalannya untuk memesan tiket pesawat untuk Bonna. Do Mun-Yeong segera melakukannya dan dia mendapatkan penerbangan siang untuk Bonna langsung menuju Jakarta.

Setelah semuanya beres, Haneul dan Do Mun-Yeong pamit pulang. Di perjalanan pulang Haneul menanyakan schedule dia untuk besok.

"Hyung, besok jadwalnya apa aja?"

"Hmm, igo" Do Mun-Yeong menunjukkan catatan jadwal Haneul yang tertata rapih dalam dokumen di iPad.

Haneul melihat jadawalnya dengan sekasama. Dan jadwalnya sudah dimulai sejak jam 6 pagi.

"Hyung, ini bisa kita undur ngga?"

"Apa yang mana? Kamu jangan aneh-aneh deh"

"Besok aku mau anterin Bonna ke bandara."

"O, geulae." Do Mun-Yeong berpikir sejenak, alasan apa yang harus dia katakan pada pihak produksi. Tapi ia mengerti kenapa Haneul mau mengantar Bonna ke bandara.

"Yaudah tenang aja nanti aku minta izin sama PD-nim untuk diundur sampai jam 3 ya?"

"Oke Hyung, gomawo-yo"

"Ye..."

*

Mereka sampai di parkiran apartemen Haneul. Seperti biasa Do Mun-Yeong hanya mengantarkan Haneul pulang. Keduanya berpisah di parkiran mobil. Do Mun-Yeong kembali melajukan mobilnya menuju apartemennya. Sedangkan Haneul masuk ke lobby dan langsung menekan tombol lift.

Pintu lift terbuka. Haneul masuk ke dalam lift. Ia bersandar di sana. Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Haneul. Padahal hari ini ia hanya di rumah sakit saja. Tidak ada kegiatan yang menggunakan banyak energi. Tapi rasanya semua energi di dalam dirinya terkuras. Rasanya ia tidak mampu lagi untuk melakukan kegiatan lain selain tidur.

Haneul sangat bisa memahami apa yang dirasakan oleh Bonna hari ini. Ragu dan cemas yang dirasakan oleh Bonna juga dirasakan oleh dirinya. Ini karena dia juga menempatkan dirinya di posisi Bonna. Oleh karena itu ia benar-benar berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga dan merawat Shira sampai sembuh.

Sampai di dalam apartemen Haneul langsung masuk ke kamar dan melemparkan badannya ke kasur. Tenaganya sudah benar-benar habis hari ini. Bahkan untuk melepas sepatunya saja dia rasanya sudah sangat lelah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang