7 #Ke Market

83 7 0
                                        

Setelah sampai rumah, aku langsung bergegas menuju ke kamar tanpa menoleh sedikitpun ke arah belakang. Karena aku rasa kak Tristan lagi gak mood.

Karena apa... Di perjalanan pulang tadi rasanya seperti aku di bonceng sama Zombie. Huhhhh mendingan aku rebahan dulu.

Aku menaruh tasku di ranjang dan kemudian membenamkan diri ke ranjang empukku.

Oh iya, karena papa dan mama gak ada di rumah, kadang aku sukanya masak sendiri, meskipun bibi juga memasakkan makanan untuk kami berdua, tapi ya begitulah aku sukanya ngemil mulu.

Rencananya sih siang ini aku mau pergi keluar untuk cari stok mie instan dan apapun itu yang berbau instan ha ha ha.

Sekalian Refreshing dari sikap dinginnya kak Tristan. Bikin sebel kalau ingat-ingat waktu jalan pulang tadi.. huhhhh.

Aku keluar dari kamar sambil menengok kanan kiri memastikan bahwa kak Tristan gak ada disini.

"Shhhh Bi.. Bi! Bi masak apa bi?" tanyaku pada bi Inah yang sedang kelihatan sibuk banget di dapur.

"Owh ini mas mau masak telur bumbu bali. Ada apa atuh mas?" tanyanya sambil mengiris bawang merah yang berada di atas meja.

"Nggak bi, aku cuma nanya aja. Habis ini mau keluar bentar ya bi!" ujarku sambil mengemil kacang yang berada di toples di atas meja.

"Keluar kemana to mas?" tanya bi Inah

"Keluar ke market bentar bi, beli makanan haha!"

"Padahal udah bibi masakin loh, masih beli aja di market, nanti kalau ibu tahu di marahi loh!" serunya dengan nada setengah bercanda.

"Aahh bibi kayak gak tahu Vino aja, ya biasalah bi. Ya kalau masalah mama, mama gak bakalan tahu kalau bibi gak lapor, hayo.. pasti bibi yang laporin kan!" candaku sambil mendekat ke arah bi inah dengan ekspresi mengintimidasi.

"Ndakk lo mas Vino, bibi itu orangnya gak ember tahu, mas Vino ini ada-ada aja!"

"Ya udah bi, Vino berangkat dulu ya.. eh Iya nanti kalau kak Tristan nyari, bilang kalau Vino keluar bentar, pinjam motornya juga hahah!" seruku sambil berbisik kepada bi Inah.

"Siap, mas Vino!"

Aku langsung bergegas menuju ke ruang tamu untuk mengambil kunci motor yang berada di gantungan sebelah jam dinding.

Untung gak di bawa masuk ke kamarnya sama kak Tristan jadi bisa aku bawa deh ni motor. Rasanya kak Tristan lagi tidur siang, dari pulang sekolah tadi sampe sekarang belum ada juga kelihatan Batang hidungnya, padahal aku tungguin juga dari tadi.

Karena jaraknya agak jauh dikit dari market, jadi aku juga harus pakai helm. Sebenarnya aku gak suka pakai helm, karena kayak mengganggu aja di kepala. Namun demi keselamatan aku harus pakai.

Aku lebih nyaman menggunakan motor matic dari pada motor cowok. Matic mah enak tinggal di gas, dan gak berat, aduh kalau punyanya kak Tristan yang satunya Yamaha Vixion gak kuat aku, dari pada jatuh hahah.

Di rumah ada tiga motor, Vixion, Honda Beat, dan juga Satria F. Yang sering aku pakai cuma yang Beat Matic ini, karena juga enak pemakaiannya gak ribet. Semuanya itu motornya kak Tristan, pemberian dari papa buat dia, biasa dia suka koleksi motor. Ngomong-ngomong aku dan kak Tristan itu di pegangi Atm pribadi jadi kalau mau beli apa-apa ya tinggal gesek. Dan bukan hanya aku, bibi Inah aja dikasih sama papa, untuk kalau seumpama bi Inah butuh uang buat makanan sehari-hari.

Aku dan kak Tristan di jatah setiap minggunya, gak tahu juga jumlahnya berapa sekali transfer, pada intinya uang jarang kepake jadinya numpuk di ATM.

Aku parkirakan motor di depan market besar di kota ini.

I Love My Brother (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang