"gue curiga kalau lu bukan broker." ucap Hueningkai pada Jisung.
Sekarang hanya ada mereka berdua di ruang tengah. Yang lain sudah mulai ke kamar mereka masing-masing. Tidak ada gunanya mencari kunci rumah bagi mereka.
"Percaya sama gue, gue broker." ucap Jisung dengan suara pelan.
Hueningkai cuma diam. Dia memperhatikan keadaan rumah yang sangat sepi. Tidak banyak yang tersisa. Hanya Yeonjun, Changbin, Hyunjin, Renjun, Han, Chenle, Beomgyu, Jisung dan dirinya.
Hanya ada 9 orang. Menurut nya, jika jumlah warga sudah sama dengan jumlah semua mafia, maka mafialah yang akan menang.
"Jisung, lu gak curiga sama bang Yeonjun?"
Jisung memiringkan kepalanya. "Kagak. Gak ada yang bisa di curigain dari dia. Kita semua juga tau gimana dia."
Hueningkai menggeleng. "Dia pernah bertukar pesan sama bang Seungmin. Bang Seungmin juga ngungkapin siapa dia ke bang Yeonjun, gak mungkin bang Yeonjun gak ngasih tau dia siapa?" ucap nya. Ia kembali mengingat ingat apa yang pernah Seungmin katakan.
"Bang Seungmin ngelarang gue buat masuk kedalam kamar tamu, itu aritnya ada sesuatu di kamar tamu. Di rumah ini ada tiga kamar tamu kan? Bisa aja ada sesuatu di situ. Lagi, bang Seungmin bilang gak ada mafia lain yang lahir tahun 2000 selain dia sama bang Haechan. Bisa aja kan bang Yeonjun mafia nya?"
Jisung terdiam. Teori yang di sampaikan Hueningkai ada benarnya. Tapi ucapan pria bule itu tidak bisa di percayai sepenuhnya. Bisa saja dia sedang di jebak sekarang.
"Kita ke perpus aja. Gue tau di mana letak kuncinya."
Hueningkai mengangguk.
Tanpa sadar ada yang mendengar ucapan mereka.
Chenle terdiam waktu dia ngeliat notif dari grup. Sebenarnya itu chat beberapa hari yang lalu, tapi baru di baca sama dia -_-
Dia gak percaya kalau dia dituduh mafia karna tidur lebih cepat dari yang lain.
"Masalah sepele doang anj! Lagian mana ada mafia sebaik gue." ucap nya narsis.
Dia beralih ke jendela kamarnya. Di samping jendela itu ada balkon, mending dia ke balkon kan, buat ngehirup udara seger. Ni rumah dengan osigen yang tidak murni.
Chenle tiba di balkon. Dia natap ke depan, di depan ada burung yang sedang terbang. Tapi terbang nya kaya terhenti gitu. Tu burung lebih kaya melayang dari pada terbang.
"Kok burung nya gitu ya? Ini gue mimpi ya?"
PLAK!
Chenle menampar pipinya sendiri. Ia jadi meringis sendiri. Sakit banget.
"Gue gak mimpi. Tapi kok-"
"Gue gak mimpi. Dan apa yang gue alami sekarang juga gak mungkin mimpi." gumam Chenle pelan. Matanya menatap terus burung yang melayang di udara itu.
Kalau di perhatikan baik-baik. Chenle melihat ada suatu sihir yang melindungi rumah.
"Hai, Chenle." sapa Jay yang tiba-tiba muncul di dalam kamarnya.
Chenle gak terkejut. "Berhari-hari gak pulang, mau apa lu? Gak tau apa kalau rumah ada masalah? Liat noh kamar lu ada orang asing yang tiba-tiba maksa main mafia game. Tu orang bisa lu bunuh gak? Terus abang abang gue yang mati di hidup lagi. Sepi bat rumah tanpa Soobin."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. Mafia Game
Fanfiction[NCT DREAM × TXT × SKZ] ❝hanya sebuah permainan biasa yang bisa merenggut nyawa❞ [read ‹petak umpet› first]