Jisung menatap kunci yang ada di tangannya. kunci berwarna perak dengan gantung kunci berbentuk babi itu ia genggam dengan sangat erat.
Ia tidak pernah menyangka akan di tinggal oleh teman yang selama ini membantunya mencari kunci rumah. Hueningkai, pria itu sudah di bunuh.
"Lu liat, Kai? Gue nemuin kuncinya. Tapi sayangnya cuma gue yang selamat."
Jisung tertunduk lesu. Jika ia tidak bisa membunuh mafia yang memegang kunci, ia akan sama seperti mafia. Membunuh yang lain demi kepentingan diri sendiri.
Malam keenam
MALAM TERAKHIRBeomgyu mantap datar Chenle yang baru saja keluar dari kamarnya. Ia bisa merasakan kalau Chenle selalu tersenyum. Bukan senyuman bahagia, namun senyuman remeh.
Beomgyu tidak bodoh, ia tahu kalau Chenle mengetahui siapa mafia yang tersisa. Tapi, apa alasan Chenle memilih untuk diam sedangkan nyawa yang lain sedang terancam?
Renjun mendudukkan dirinya di samping Hyunjin. Rasa pedulinya pada orang rumah telah hilang. Tidak ada lagi rasa kasihan. Renjun tidak tahu, apa dirinya akan hidup hingga permainan berakhir apa tidak. Tidak ada yang bisa menjamin kalau dirinya akan tetap hidup hingga permainan berakhir.
Hyunjin diam. Sejak pembicaraannya dan Chenle tadi, ia menjadi sedikit takut. Masalahnya, Chenle di beri tahu langsung oleh Jay, bisa saja ia akan memberi tahu yang lain dan dirinya akan di bunuh.
Berbeda dengan yang di pikirkan oleh Hyunjin. Chenle merasa bahagia karena bisa menikmati para orang 'bodoh' bermain permainan pembunuh. Ia akan menjadi team hora-hore. Ia tidak akan sedih lagi jika kehilangan pemain, ia hanya akan menonton, sama seperti Soobin dan mafia yang telah gugur.
"Oke, ada yang mau di debatkan?" tanya Han.
Semaunya menatap Han. "Han, lo itu apa?" Yeonjun bertanya sambil menatap Han. Tidak ada yang tahu apa identitas Han yang sebenarnya.
Han tertawa pelan. "Lo mau gue di bunuh mafia?"
Chenle langsung tertawa. Ia tidak menyangka kalau perkataan seperti itu akan keluar dari mulut Han, sang dokter. Sangat lucu, Han menolak pertanyaan Yeonjun dengan mentah.
Beberapa diantara mereka merasa tawaan Chenle seperti berarti sesuatu. Tidak ada yang lucu, mengapa pria China itu tertawa dengan sangat lepas?
"Nape lu? Kesambet?" Renjun bertanya dengan tidak santai.
Chenle masih tertawa. Ia menenangkan dirinya lalu menggeleng pelan. "Sorry, tapi jawaban bang Han lumayan lucu. Ga ada salahnya 'kan, gue ketawa?"
"Dimana letak lucu nya?" Jisung bertanya. Rahang nya mengeras melihat Chenle yang sangat aneh sejak tadi pagi.
"Harus gue jelasin? Kalau bagi gue lucu, ga ada salahnya gue ketawa." Chenle menatap Jisung sinis.
"Ga ada yang nyuruh kalian berantem. Gini aja, lo semua pada curigain siapa?" Beomgyu berbicara sambil menatap satu-persatu para pemain.
"Lo. Gue curiga sama lo." Jisung langsung menatap Beomgyu dengan tajam. "Apa janji Haechan ke lo? Kenapa mafia masih ngebiarin lo hidup?" Tanya nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. Mafia Game
Fanfiction[NCT DREAM × TXT × SKZ] ❝hanya sebuah permainan biasa yang bisa merenggut nyawa❞ [read ‹petak umpet› first]