252 31 2
                                    

“Kau tahu bintang disebut apa di negeri Hana?”

“Apa?”

Hoshi. Hoshi berarti bintang. Tidakkah menurutmu namanya indah?”

“Namamu lebih indah.”

“Oh, benarkah? Kalau begitu panggil aku Soonyoungie~”

“Lupakan.”

“Dasar. Kenapa kau begitu pemalu padahal kita baru saja selesai bercinta?”

“... Diamlah....”

“Hihihi, imutnya. Omong-omong, aku sangat suka nama Hoshi. Seringkali aku suka berkhayal, jika aku memiliki kesempatan dilahirkan kembali, kuharap aku dinamai Hoshi. Agar aku bisa bersinar terang seperti halnya sebuah bintang, tanpa bertopang atau bergantung pada cahaya lain. Aku akan menghiasi langit dengan cahayaku yang berkelap-kelip.”

“Kalau begitu, aku akan menjadi langit malamnya.”

“Kenapa? Bukankah lebih enak menjadi matahari? Memiliki cahayanya sendiri yang besar dan mampu menerangi sebagian bumi sampai silau.”

“Kalau aku jadi matahari, kita tidak akan bertemu. Begitu malam tiba, aku akan kembali ke cakrawala. Tertidur dan menunggu waktu pagi untuk duduk di singgasana lagi. Lagi pula, bagaimana mungkin aku bisa menjadi matahari di saat aku di sini begitu bergantung pada cahayamu?"

“Apa yang barusan itu adalah kata-kata gombal? Benarkah eksistensiku sebegitu berpengaruh bagimu?”

“Kalau tidak ada dirimu, aku akan berubah menjadi langit gelap yang bisa membawa badai mungkin.”

“Oh, tidak. Itu bahaya. Kalau begitu, aku akan selalu menjadi bintangmu! Kau tidak akan pernah kehilangan cahayaku, Jihoonie. Tenang saja!”

Saudade | HoonSoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang