Jeonghan keluar dari ruang kendali dengan Jihoon yang mengikuti dari belakang. Tubuh Hoshi didekap aman di dalam gendongan. Beberapa peneliti mendorong brankar dari arah koridor sebelah kanan. Hoshi segera dibaringkan di sana.
"Hansol, di mana Profesor Wonwoo?"
"Saya sudah memberitahunya. Beliau sedang menyiapkan ruang operasi sekarang!"
"Kita harus cepat ke sana!" Jeonghan segera mendorong brankar menyusuri koridor panjang bersama peneliti lain.
Jihoon ikut mendorong, menatap Jeonghan dengan raut kalut. "Kalau mau melakukan operasi, apa tidak sebaiknya kita membawa Hoshi ke rumah sakit saja?!"
"Tidak! Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan oleh paramedis, apalagi dokter biasa! Lagipula, operasi yang kami maksud bukanlah pembedahan seperti apa yang kau pikirkan! Hoshi bukan kloning biasa. Selain tercipta dari tulang dan daging, ia juga diciptakan dari teknologi modern. Di dalam otaknya tertanam sebuah micro chip yang mengatur segala sistem di otaknya. Karena itu ia bisa menghafal dengan cepat, juga dapat menghapus suatu informasi di otaknya sesuka hati. Chip itu juga mengatur sistem kerja tubuhnya. Kita tidak bisa menyerahkannya begitu saja pada dokter biasa. Sudah, kau diam saja. Bairkan para Profesor yang menanganinya. Aku berjanji pasti akan menyelamatkan Hoshi!"
Mereka berbelok ke kiri. Seorang pria tinggi berwajah suram telah menunggu di depan sebuah pintu. Ia segera menuntun brankar yang terdapat Hoshi di atasnya untuk masuk ke dalam ruang operasi yang sudah disiapkan.
Jihoon segera ditahan di depan pintu.
"Akan lebih baik kalau kau menunggu saja di sini. Aku akan langsung memanggilmu kalau kami membutuhkan bantuan," Jeonghan berujar cepat.
Jihoon mengepalkan tangan.
"Percayalah pada kami. Hoshi dan calon anakmu pasti bisa diselamatkan." Jeonghan tersenyum sebentar kemudian berbalik masuk ke dalam ruangan. Jihoon ditinggal sendirian di koridor yang sepi, berdiri diam di depan pintu. Sama sekali belum beranjak meski sudah sekian menit berlalu.
Calon anak....
Lidah Jihoon mendadak kelu. Kepalanya penat. Terlalu banyak kejutan yang menghampirinya hari ini. Ia mendadak lupa pada segala hal. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah; 'Aku tidak ingin kehilangan orang yang kucintai untuk kedua kalinya'.
"Berdiri seperti patung di depan pintu tidak akan membantu apa pun."
Jihoon tersentak. "Kau!"
Seungcheol mengalih pandang. "Meskipun dengan duduk menunggu seperti ini juga tidak akan memberikan keajaiban apa pun."
Tangan Jihoon kembali mengepal. Ingin sekali ia menghajar pria yang menjadi penyebab Hoshi sekarat saat ini sampai babak belur, namun segera diurungkan karena sadar hal seperti itu sama sekali tidak ada gunanya. Kondisi Hoshi di dalam jauh lebih penting daripada menghabisi nyawa sosok bajingan di hadapannya ini.
"Jangan khawatir. Wonwoo adalah seorang profesor sekaligus dokter yang hebat. Jeonghan juga bukan profesor biasa. Mereka pasti bisa menyelamatkan kekasihmu," Seungcheol berujar tenang setelah hening cukup lama.
"...."
"Kau pasti sedang memakiku sekarang, kan? Lebih baik kau katakan saja langsung daripada dipendam. Atau kau bisa langsung memukulku sampai tulangku patah, rasanya tidak buruk juga. Aku memang sedang membutuhkan banyak pukulan yang keras saat ini,"―agar rasa bersalah yang semakin menumpuk ini bisa hilang meskipun hanya sedikt―"Malapetaka ini terjadi karena kesalahanku. Aku terlalu egois memaksakan keinginan sehingga terjadi hal seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade | HoonSoon ✔
FanfictionJihoon kehilangan Soonyoung. 5 tahun waktu berlalu sama sekali tak membuat hatinya berguyur sembuh. Sampai ketika Jeonghan datang kepadanya membawa seseorang yang tak pernah diduga, namun selalu diharap. Sayang, takdir lagi-lagi bermain dengannya. "...