5

502 53 1
                                    

Val Laguna berlangsung semalaman hingga fajar menjelang. Saat membuka mata di pagi hari, Jihoon melihat bahwa hujan telah berhenti. Langit masih gelap tanpa awan namun tidak ada badai lagi. Akan tetapi semua orang masih harus tetap berada di tempat pengungsian sampai banjir yang merendam seluruh rumah kota bawah surut. Beruntungnya semua air itu cepat turun dalam waktu seharian saja. Secepat air naik, secepat itu juga dia surut. Jadi mereka hanya menetap di gedung pengungsian selama dua hari penuh saja.

Saat Jihoon akhirnya kembali ke kota bawah, didapatinya semua berantakan. Tentu saja. Apa yang kau harapkan dari tempat yang baru saja diterjang banjir bandang. Pohon-pohon hanyut dan berakhir di tempat-tempat yang tak terduga. Barang dan sampah-sampah berserak di mana-mana. Dan saat dia keluar dari area Gray Terminal yang kacau balau, sendalnya menginjak tanah lembek berlumpur. Dia menggandeng Hoshi melewati lumpur-lumpur itu menuju rumah mereka. Syukurlah masih berdiri kokoh. Hampir semua rumah di pulau ini terbuat oleh batu dan fondasi yang kokoh serta jendela dan pintu besi yang kedap air. Itu adalah syarat wajib jika ingin membangun sebuah bangunan di pulau yang setiap tahunnya dipastikan diterjang banjir bandang. Meski tenggelam dan diterjang ombak ganas, rumah akan tetap berdiri kokoh di tempatnya sampai air kembali surut.

Jihoon membuka kunci pintu dan masuk. Hoshi mengekor di belakang, tak bisa berhenti tersenyum menatapi tangan mereka yang selalu bertaut dari sejak keluar dari tempat pengungsian.

"Astaga," Jihoon menghentikan langkah ketika melihat genangan air yang tercecer di sekitar genkan. Tanpa berpikir panjang dia bergegas menuju ruang tamu, membuat Hoshi yang masih ia gandeng tertarik ikut.

"Sial," desisnya begitu mendapati kondisi ruang tamu yang berantakan. Air menggenang di seluruh lantai dan barang-barang yang jatuh akibat guncangan berceceran basah di atasnya. Jihoon hampir memijat kening.

"Kenapa air sampai masuk begini." Lalu matanya menangkap jendela yang sekitarnya basah oleh rembesan air. Dilepaskannya tangan Hoshi yang sejak tadi digenggam kemudian memeriksa jendela itu. "Ini rusak. Pantas saja air bisa masuk. Untungnya tidak sampai jebol," ia lalu membuka kunci dan saat mendorongnya keluar, salah satu engsel tiba-tiba terlepas. Jendela besi itu seketika jatuh ke tanah becek di luar. Hoshi menutup mulutnya dengan kaget. Sementara Jihoon segera melintasi ruangan dan memeriksa ruangan-ruangan lain. Untungnya hanya jendela ruang tamu saja yang rusak. Ruangan-ruangan lain masih kering meskipun barang-barang tetap berserakan di mana-mana.

Val Laguna kali ini terbilang lebih dahsyat dari sebelum-sebelumnya. Rumah Jihoon sejak pertama dibangun hingga sekarang belum pernah sekalipun terembes air. Saat dia kembali lima tahun lalu pun ia sudah menggunakan sebagian dari tabungan gajinya selama di militer untuk mengganti pintu dan jendela-jendela dengan bahan terbaik agar tidak mudah diterobos air saat Val Laguna datang.

"Jendela ini harus segera diganti," ia berujar pada akhirnya setelah memeriksa kembali kerusakan pada jendela yang telah lepas itu. "Sore ini aku akan ke pusat kota tengah membeli jendela baru. Tapi sebelum itu, kita harus beres-beres dulu." Ia menatap Hoshi yang masih berdiri mematung menatapnya, tidak tahu harus berbuat apa. Namun saat mendengar kata 'beres-beres', matanya seketika cerah.

"Ayo bersih-bersih!"

Jihoon tersenyum kecil melihat wajah yang telah kembali ceria itu. Demam Hoshi sudah turun tadi pagi, namun tubuhnya masih lemah untuk berjalan. Oleh karena itu Jihoon menawarkan bantuan menggandeng tangannya selama perjalanan pulang.

"Apa tidak apa-apa? Tubuhmu masih lemah, Hoshi. Sebaiknya kau berbaring di kamar dan beristirahat."

Wajah yang berseri-seri itu seketika cemberut. Bibirnya melengkung ke bawah dengan lucu, dan Jihoon sedikit terpana melihatnya.

"Tidak! Aku baik-baik saja dan sudah sembuh, Jihoonie! Biarkan aku membantumu. Aku tidak mau disuruh tidur lagi...." Mata sipitnya menatap dengan memelas, dan Jihoon tentu saja tidak akan sampai hati menggelengkan kepala.

Saudade | HoonSoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang