Aku mengerjap, memikirkan sesuatu yang dari tadi mengganjal di hati. Rasanya sakit, sakit sekali sampai ingin menangis rasanya. Ku raih Hp ku dan menyalakan nya, pukul 4 pagi.
Menghela nafas, aku bangkit dari tidur ku lalu menyender dikepala ranjang. Kepala ku pusing dan dada ku sesak ntah karena apa.
Sekelebat bayangan anak kecil tampan yang sedang tersenyum melintas dikepala, apa itu? Siapa?
Tes
Apa ini? Kenapa aku menangis? Kenapa rasanya sesak?
"Hiks"
Aku menangis, tanpa bisa ditahan isakan pun ikut keluar. Berkali-kali aku menghapus air mataku yang nyatanya terus merembes keluar. Rasanya sakit sekali, hati ku sakit. Ku remas dada kiri ku berharap rasa sakit itu menghilang, bayangan seorang anak laki-laki yang tidak ku kenal terus bermunculan membuat kepalaku pusing bukan main.
"Akh" kapan rasa sakit ini berakhir? Ini sungguh sakit tuhan. Abang, tolong...
🌞🌞🌞
"Jadi?" sosok yang ada dihadapan ku menghela nafas lelah, ntahlah aku hanya masi ragu akan ucapannya beberapa waktu lalu.
"Aku kembaran mu, oke? Dan yang kamu liat dimimpi itu aku" ucapnya berusaha meyakinkan.
Aku memincing, mencari kebohongan dimatanya yang sialnya tidak ada, ah ... matanya itu seperti boba, pengen ku tonjok, ngeselin soalnya.
Mari ku ceritakan kenapa bisa bertemu dengannya yang mengaku sebagai kembaran ku.
Saat itu, aku sedang kesakitan. Kepala ku pusing, dada ku nyeri dan sesak. Rasanya seperti sedang sekarat, karena untuk mengucapkan satu kata sajah itu sangatlah sulit.
Aku menangis, memanggil Abang dan saudara ku berulangkali berharap mereka mendengarnya. Namun siapa sangka yang datang malah hantu yang mengaku sebagai kembaran ku? Mana hantunya narsis lagi.
"Hai" aku mendongak kala mendengar suara seseorang, seperti tak asing tapi ... Asing?
"Lama tak jumpa, Zizi" sapanya lagi dengan senyuman yang lebar. Aku tak peduli, kepala dan dada ku masi sakit.
"Sakit ya?"
"Maaf" ucapnya dengan lirih.
Sosok itu menggenggam tanganku dengan erat, juga tangan satunya mengelus kepalaku dengan lembut. Rasa sakit berangsur-angsur membaik, ia membantu ku untuk tidur dengan benar, Soalnya tadi aku meringkuk.
30 menit berlalu
"Ini aku, Zeano. Adik kembar mu" ucapnya tiba-tiba.
Ugh
Rasanya kepalaku pusing kembali mendengar ucapannya itu.
"Hanya Jevano dan Gevyn yang kembar di keluarga ku" ucapku pelan. Sosok yang mengaku namanya Zeano itu menggeleng.
"Aku, Zeano Mahendra adalah kembaran mu." ucapnya sekali lagi. Aku mengernyit, marga kami sama.
"Tapi aku Shafire" ucapku menyangkal ucapannya, ia tersenyum.
"Shafire itu marga mama Ros, Zi" ucapnya, yah ... Itu benar.
🌞🌞🌞
"Lalu, kenapa aku tak bisa mengingat mu? Kemana sajah kau?" tanyaku.
Senyumnya luntur saat aku mengatakan itu, kenapa nih?
"Aku ..." ucapnya terjeda, ada sirat kesedihan dimatanya.
Ia menghela nafas, "kita kecelakaan" lanjutnya.
"Aku menunggu mu, tapi mau tak datang" ucapnya sedih. Hati ku tersentil, rasa sesak kembali datang.
"Jadinya ku susul sajah kau kesini, lagian aku juga kangen sama yang lain" ucapnya ceria.
"Gimana sama si Bungsu dan Canvano?" tanyanya.
"Apa mereka berdua masi sering berantem? Yah walaupun Jesava yang bakal ngalah saat Canvano sudah ngambek" lanjutnya.
Aku diam, kenapa dia tau keluarga ku? Membicarakan mereka seolah dia salah satu anggotanya. Apa dia beneran adik ku? Apa aku hilang ingatan saat kecelakaan?
Memang benar aku pernah kecelakaan sampai harus dioperasi. Tapi katanya itu hanyalah kecelakaan tunggal. Apa Malio dan yang lainnya menyembunyikan nya?
Ntah lah, aku pusing
🌞🌞🌞🌞
Zeano Mahendra
"Aku tak sanggup untuk menunggu lebih lama, jadi aku menghampiri mu"
Ziano Mahendra
"Maaf ..."
Jangan lupa tinggalkan jejak. Selamat malam
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (HIATUS)
Teen Fiction"Aku menunggumu di tengah rintikan hujan yang deras, berharap kau baik-baik saja disana" "Mianhe...., Aku akan segera menyusul mu. Tunggu aku!" Renjun