Setelah kejadian dimana Haechan pertama kali muncul, sekarang ia jadi lebih sering muncul didepan Renjun.
Renjun beberapa kali kaget karena kemunculan Haechan yang mendadak. Ia kesal, ingin rasanya memukul kepala Haechan namun sayang nya Haechan tak bisa di pegang.
Setiap kali Renjun ingin memegang Haechan, tangannya selalu tembus. Membuatnya sadar bahwa Haechan benar-benar hantu.
"Chan, sampai kapan lo jadi arwah gentayangan"? tanya Renjun penasaran. Ia melirik Haechan sekilas lalu melanjutkan kembali kegiatannya memasak Indomie.
"Mmm ..., ga tau." balasnya.
Haechan menjilat bibirnya, bau Indomie rendang sangat menggoda, ia jadi lapar.
"Mau dong" mintanya kala Indomie tersebut sudah matang dan siap disantap.
"Bikin sendiri, lo udah gede" balas Renjun.
Renjun memasukan 1 suap mie kedalam mulutnya, mengunyahnya pelan membuat Haechan semakin ngiler sajah.
"Hey, jangan salah kan aku jika dapur mu meledak" ucap Haechan. Ia hendak mengambil 1 mie bungkus rasa rendang, namun bungkus mie tersebut menembus tangannya.
"Ah ...., Aku lupa" batinnya.
Memandang Renjun yang lahap dengan mienya dan hampir habis membuat Haechan iri.
"Enak banget jadi manusia" ucapnya pelan.
Haechan berjalan menghampiri Renjun lalu duduk didepannya, piringnya sudah bersih tanpa sisa.
Renjun meneguk es teh manis yang sempat ia beli diwarung hingga tandas tak tersisa, lagi-lagi Haechan iri, andai ia masih hidup. Dia akan makan mie dan makanan lezat lainnya tiap hari.
"Huft ..."
"Kenapa?" tanya Renjun, ia mengangkat satu alisnya tanda bingung. Bukankah tadi dia bilang ingin buat?
"Gua pengen hidup" ucapnya lirih.
"Apa?"
Hening.
"Apa tadi? Suara lo kekecilan, ga denger" lanjutnya.
"Ni anak kenapa sih" heran Renjun. Ia ingin kembali bertanya namun suara lain lebih dulu terdengar.
"INJUNIEE ..." teriak Jaemin. Renjun menengok lalu berjalan menghampiri Jaemin yang berada di ruang keluarga.
Ia membawa beberapa kantung kresek bersama Jeno dan Jisung
"Chenle mana?" Tanyanya, saat tak mendapati adik ke-3 nya itu.
"Chenle pergi sama Abang" jawab Jisung.
"Oh .."
🌞🌞🌞
Malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya, karena mulai sekarang setiap malam dan menitnya akan ada sosok yang mendampingi.
Entah sampai kapan hantu ini akan disini, tetapi Renjun berharap ia segera pergi. Kehadirannya yang mendadak juga kepribadian yang jail membuat otak Renjun mendidih.
Ada sajah tingkah lakunya yang membuat Renjun pusing, ia jadi tidak bisa berkonsentrasi untuk belajar, melukis dan kegiatan lainnya.
"Hah ..." Renjun melirik, menemukan Haechan yang sedang asik menonton tv.
Sekarang ia bisa memegang barang, membuat Renjun kelimpungan. Pasalnya hanya dirinya yang mampu melihat Haechan, saudaranya yang lain tidak ada yang bisa melihat sosok gembul disampingnya ini.
"Lu ..."
Jeda beberapa detik
"Beneran kembaran gua?" tanyanya.
Sungguh Renjun tidak ingat dengan sosok ini, yah, ingatannya memang sedikit bermasalah. Tapi jika memang benar Haechan adalah kembarannya, lalu kenapa saudaranya yang lain tidak memberitahu bahwa dirinya mempunyai saudara kembar'?
Kenapa?
Apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu
"Hmm? Iya, aku ga bohong. Kita benar-benar saudara kembar'" ucapnya dengan serius.
"Ah .."
Renjun meremas rambutnya kencang saat pening hebat melanda kepalanya, kepingan kepingan memori merobos masuk membuat kepalanya sangat sakit.
Ia melihat dirinya yang sedang menangis meraung memanggil nama seseorang ... Ditengah rintik hujan yang lebat.
Lalu semuanya gelap, terakhir yang ia ingat adalah suara melengking Chenle yang memanggil namanya, lalu semuanya benar-benar gelap dan hampa.
Sedangkan sosok gembul itu termenung, ia tak tahu harus berbuat apa melihat Renjun yang pingsan disebelahnya. Nafasnya tercekat, dan memori menyesakkan itu kembali datang.
🌞🌞🌞
Bersambung ...
Gimana?
Jangan lupa vote dan komen biar aku tambah semangat nulisnya
Selamat malam dan walaupun telat, selamat menunaikan ibadah puasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (HIATUS)
Teen Fiction"Aku menunggumu di tengah rintikan hujan yang deras, berharap kau baik-baik saja disana" "Mianhe...., Aku akan segera menyusul mu. Tunggu aku!" Renjun