EMPAT BELAS

234 27 0
                                    

-Happy Reading-


Relina yang melihat Ayahnya telah pergi pun langsung membuka selimutnya kembali dan turun dari ranjang.

Kaki jenjangnya itu melangkah menuju lemari dan mengambil sebuah kotak di bawah lemari.

Relina membuka kotak tersebut dan menatap isi-isinya dengan mata yang berkaca-kaca.

Kotak itu tidak berisi yang aneh-aneh, hanya ada satu buah album foto, kalung yang berliontin Angsa, secarik surat yang sempat Jeffrey beri 1 tahun yang lalu, dan sebuah bingkai foto dimana Relina dan Jeffrey yang tengah tertawa dihamparan rumput hijau dengan disinari semburat jingga dari matahari tenggelam.

Relina mengambil bingkai foto dengan tangan yang bergetar dan mengelusnya secara perlahan.

"Jeff aku kangen" ujarnya disela-sela tangis.

"Kenapa kamu ninggalin aku?" tanya Relina.

Relina meletakkan kembali bingkai foto tersebut dan beralih membuka surat yang sama sekali belum Relina buka karena Jeffrey melarangnya.

Hai Relina!
Bagaimana kabarmu?
Aku harap kamu baik-baik saja
Kira-kira saat kamu buka surat ini kita udah pisah apa belum ya?
Tapi sepertinya sudah
Karena emang Tuhan engga pernah nakdirin kamu buat aku
Kalo suatu saat nanti aku pergi ninggalin kamu, kamu ga boleh terus-terusan sedih
Nanti...
Kamu akan tau hal apa yang sebenarnya terjadi diantara kamu dan aku
Entah kita akan berpisah atau engga, tapi satu hal yang harus kamu tau Relina
I REALLY LOVE YOU

Jeffrey

Seketika tangis Relina menggema keras memenuhi kamarnya.

"Kamu jahat Jeff, kamu ninggalin aku!!" teriak Relina sembari meremat ujung surat ditangannya.

Tangisnya semakin menjadi bahkan surat yang ada ditangannya sudah basah karena air matanya.

Relina meletakkan surat itu kembali dan menghapus air matanya kasar, kepalanya bersandar di badan ranjang karena merasakan pusing luar biasa.

Tapi tiba-tiba saja pandangannya teralihkan kesebuah kalung berliontin Angsa, tangannya terulur mengambil kalung tersebut dan melingkarkan dilehernya.

Relina berdiri dari duduknya dan berjalan menuju meja riasnya, ia menatap kalung berliontin Angsa yang melingkar indah dilehernya.

Relina tersenyum kecil lalu menjambak rambutnya karena rasa pusing yang semakin menghujam kepalanya dan beralih menutup dan mengusap-usap hidungnya karena darah yang mengalir deras.

Kepalanya semakin lama semakin terasa pusingnya, pandangannya mulai mengabur sekarang dan seketika dirinya terjatuh kepalanya membentur ujung meja dan mengeluarkan darah segar.

Sebelum matanya menggelap dan tertutup rapat ia bisa melihat siluet tubuh seorang laki-laki.

"J-jeffrey..."

🌻🌻🌻


Mark duduk dengan gelisah didepan ruang IGD bersama Bundanya yang tengah menangis dipelukan Ayah.

Hati Mark benar-benar gelisah ia takut Relina kenapa-kenapa, pandangannya hanya tertuju kepada pintu ruangan IGD yang tertutup rapat.

Tak lama kemudian Dokter yang menangani Relina keluar dari ruangan, Mark dan kedua orangtuanya pun dengan segera bangkit dari duduknya.

"Gimana kondisi pasien Dok?" tanya Mark to the point.

"Kondisi pasien saat ini semakin buruk, pasien mengalami pendarahan hebat akibat benturan dikepala, kemungkinan besar pasien akan mengalami koma dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif" jelas sang Dokter.

"Terima kasih Dok" ucap Mark.

Bunda yang mendengar hanya mampu menangis tersedu-sedu sembari memeluk sang suami erat.

Mark hanya diam sembari menatap pintu IGD dengan tatapan kosong.

🌻🌻🌻


Seorang laki-laki yang baru saja pulang mengerjakan tugas kuliah bersama temannya itu sedang berdiri dibalkon sembari menatap langit malam yang kosong tanpa adanya bintang dan bulan.

Tiba-tiba ingatannya kembali ke beberapa waktu lalu, saat ia memutuskan hubungan dengan gadis yang sangat ia cintai.

Entahlah hanya saja perasaannya kali ini tidak enak.

Laki-laki itu mengambil Handphonenya yang bergetar di sakunya berkali-kali karena pesan spam dari nomor yang tidak dikenal.

Dengan malas laki-laki itu membuka notif chat tersebut.

unknown number


|p
|p
|p
|Jeffrey!
|Ini bener nomor lo bukan sie?
|Bales kek anj!

Jeffrey berdecak kesal saat melihat umpatan di chat terakhir orang itu, ya benar laki-laki yang tengah berdiri di balkon adalah Jeffrey.

Lo siapa?|
Gua ga kenal!|

|Mark

Jeffrey menatap kaget chat tersebut dan buru-buru mengetikkan balasan.

Dapet nomor gua darimana?|

|Itu ga penting!
|Gua cuma mau minta bantuan lo aja!

Bantuan apa?|

|Bisa ke RS. Kencana?

Ngapain?|

|Relina koma

Jantung Jeffrey berdetak dua kali lebih cepat ketika mendapat jawaban terakhir dari Mark, feelingnya benar.

Dengan buru-buru Jeffrey memasuki kamarnya kembali, mengambil jaket yang ia letakkan di sofa kamarnya dan kontak mobil di atas nakas dan berlalu pergi meninggalkan kamarnya.

Langkah kakinya yang besar itu berlari dengan cepat menuruni tangga sampai akhirnya langkahnya itu terhenti karena suara seorang wanita yang memanggilnya.

-To Be Continued-

sorry pendek!
btw aku udah sekolah aktif and full day, kalian gimana?
nanti aku update kalo udah bisa jebol mendekati 1000 pembaca xixi

RELINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang