TIGA BELAS

212 28 0
                                    

—Happy Reading—


"Ehem" dehem Reynand memecahkan keheningan.

Relina yang mendengar deheman Reynand pun kembali menoleh menatap Reynand.

"Jadi alasan Jeffrey putus dari lo apa?" tanya Reynand serius.

"Because we are different religions" jawab Relina sembari menatap matahari yang mulai terbenam secara perlahan.

"What?! Ga ada alasan lain? Dia kan ga pernah permasalahin soal itu trus kenapa tiba-tiba gini?" tanya Reynand bingung.

"Maybe kita emang engga jodoh" jawab Relina mengendikkan bahunya.

"Lo terlalu pasrah" ujar Reynand.

Relina yang mendengar hanya berdecak kesal "Trus gua harus gimana?" tanya Relina.

"Usaha lagi lah dapetin si Jeffrey!" celetuk Reynand penuh semangat.

"Kalo gampang juga udah gua lakuin dari kemarin-kemarin, dia aja susah dihubungin" lesu Relina.

Reynand yang mendengar hanya mampu tersenyum kecut.

🌻🌻🌻


Jam telah menunjukkan pukul 19.00 dan Relina baru saja tiba dirumahnya dengan diantarkan oleh Reynand tetapi Reynand memilih untuk langsung pulang dan tidak mampir karena Mama sudah mencarinya.

Relina yang hendak membuka gerbang rumah pun langsung urung saat samar-samar mendengar suara Mark dengan teman-temannya yang hendak pulang.

"Lo beneran bikin Jeffrey sama Relina putus?" tanya Heru.

"Gua juga tadi ga sengaja lihat lo mukul cowo yang lagi sama Relina di taman deket sekolahan" ujar Reno.

"Beneran ikut taruhan nih anak" celetuk Jean.

Teman-teman Mark langsung saja bertepuk tangan dengan keras.

"Selamat Mark lo bisa dapetin satu unit apartemen mewah dan mobil keluaran terbaru" ujar Jeno sembari menepuk-nepuk bahu Mark.

Relina yang tadinya hanya diam sekarang sudah mulai membuka gerbang dan masuk sembari bertepuk tangan.

"Wahh gila sih seru banget ya permainan kalian" ujar Relina menghentikan tepuk tangannya dan menatap Mark bersama teman-temannya rendah.

Seketika mereka semua yang tadinya tertawa dan bertepuk tangan langsung terdiam membisu.

"Re..." lirih Mark.

"Shtt..." desis Relina sembari menaruh jari telunjuk di depan bibir.

"Ga perlu jelasin lagi i think everything is clear" ujar Relina lalu berjalan melewati Mark dan teman-temannya.

"Oh iya" Relina yang hendak membuka pintu pun langsung urung dan membalikkan badannya.

"Bilang terima kasih dulu donk sama gua, kan berkat gua lo jadi dapet unit apartemen mewah sama mobil" ujar Relina sinis.

Tanpa pikir panjang Relina langsung masuk dan berlari kecil menuju kamarnya, air mata yang ia tahan sejak tadi sudah meluncur bebas membasahi pipi.

Mark yang tadinya diam saja langsung pergi berlalu mengejar Relina.

"Relina, tunggu!" teriak Mark.

Dengan cepat Mark mengejar Relina yang hendak melangkahkan kakinya ke anak tangga.

"Apa?" tanya Relina saat Mark berhasil meraih pergelangan tangannya.

"I can explain" ujar Mark.

"Ga ada yang perlu dijelasin lagi, you go and don't bother me anymore! Itu cukup" jawab Relina melepaskan tangan Mark yang bertengger manis di pergelangan tangannya.

"Relina lo salah paham!" teriak Mark.

Mark kembali menyusul Relina yang berjalan meninggalkannya.

Mark yang hendak menahan Relina kembali langsung gagal saat Relina telah sepenuhnya masuk kedalam kamar.

"Relina, gave me one chance to explain everything" ujar Mark sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Relina.

Tak ada sautan sama sekali, Mark tak menyerah begitu saja ia masih mencoba mengetuk pintu kamar Relina berkali-kali.

"Relina, Please!!" mohon Mark.

"I need some alone time!!" teriak Relina dari dalam.

Akhirnya Mark pun memilih untuk pergi menunggu kondisi hati Relina membaik.

Relina yang bersandar pada pintu pun langsung melosot dan menangis sejadi-jadinya.

🌻🌻🌻


Bunda dan Ayah yang sedang duduk di taman belakang pun dikagetkan dengan teriakan dari kedua anaknya itu.

"Mas mereka kenapa?" tanya Bunda kepada sang Suami.

"Berantem paling" jawab Ayah cuek.

"Mas!! Tapi ga biasanya mereka kaya gini" ujar Bunda.

"Ayo susulin" ajak Ayah dan berlalu bangkit dari duduknya dengan diikuti Bunda.

Ayah dan Bunda yang melihat Mark turun dari tangga dengan wajah lesu pun langsung saja bertanya.

"Kamu berantem sama Relina?" tanya Bunda yang dijawabi anggukan kepala oleh Mark.

"Kenapa?" tanya Bunda.

"Relina salah paham" jawab Mark dan menceritakan seluruh kejadian.

"Biar Ayah yang urus" ujar Ayah tiba-tiba.

🌻🌻🌻


Ayah melangkahkan kakinya memasuki kamar dengan cahaya remang, pelan tapi pasti Ayah mendekati Relina yang tengah rebahan di atas ranjang sembari melamun menatap rintik hujan yang membasahi jendela kacanya.

Relina yang menyadari akan kehadiran sang Ayah pun langsung membalikkan badannya menatap sang Ayah.

"Kenapa?" tanya Relina.

"Kamu berantem sama Mark?" tanya Ayah sembari duduk dan mengelus-elus rambut Putrinya.

"Hm" dehem Relina dan kembali menatap jendela.

"Berantem kenapa?" tanya Ayah.

"Gapapa" jawab Relina.

"Really? Mark udah cerita sama Ayah, kamu ga ada niatan buat dengerin penjelasannya dia?" tanya Ayah.

"No, Ayah kalo cuma mau bahas itu aku ga mau denger" jawab Relina sembari menutup kepalanya dengan selimut.

"Oke oke, Ayah ga akan maksa kamu, tapi kamu ga boleh terus-terusan kaya gini" ujar Ayah pasrah sembari bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan putrinya sendirian dikamar.

Relina yang melihat Ayahnya telah pergi pun langsung membuka selimutnya kembali dan turun dari ranjang.

Kaki jenjangnya itu melangkah menuju lemari dan mengambil sebuah kotak di bawah lemari.

Relina membuka kotak tersebut dan menatap isi-isinya dengan mata yang berkaca-kaca.

—To be continued—

lama ga update ya
pada kangen ga sie wkwk
bentar lagi end nih

RELINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang