PART 55

64 5 0
                                    

Salamku untuk sang pengagum senja, aku hanya ingin mengucapkan, bahwa aku rindu tempatku pulang,Ku dengar kabar, rumah itu sudah usang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salamku untuk sang pengagum senja,
aku hanya ingin mengucapkan,
bahwa aku rindu tempatku pulang,
Ku dengar kabar, rumah itu sudah usang. Karena rumah tua sudah lama tak bertuan ....

Bagaimana kalau malam ini pangeran bulan pulang? Adakah secangkir kenangan yang disuguhkan?

Barangkali sang bidadari mau berbagi hati, untuk menceritakan setiap waktu, ketika sang bulan tak kunjung kembali.

Tunggu aku di depan pintu, tataplah aku, malam ini akan datang. Aku ingin bercengkerama dengan bumi,
tentang bagaimana bulan menerangi malam ....

Serta bagaimana cara bulan menatap seorang bidadari dari atas awan,
aku yakin, kau masih menungguku untuk kembali. Meski tak seperti dulu, setidaknya kau masih ingat kenangan yang terselip di laci meja.

Alan Point's Of View.

Aku berjalan di setiap lorong, meninggalkan Anna yang masih menggenggam obor untuk menerangi ruangan. Aku sempat mendengar pintu itu berdecit, aku tidak tahu siapa yang datang tapi, perasaan ku mengatakan jika semua akan berakhir buruk. Langkahku terhenti saat aku melihat sosok bayangan hitam itu, aku berjalan ke arahnya padahal aku tidak berniat untuk menghampirinya.

Detik berikutnya aku baru menyadari jika dia telah mengendalikan seluruh tubuhku, hingga apapun yang dia katakan, aku bisa menurutinya. Bahkan aku sempat mendengar Anna menangis saat setelah bayangan itu memintaku untuk berbaring dan tidak mengucapkan apapun pada Anna, aku pikir semua akan berakhir begitu saja.

Nyatanya tidak, saat malam aku terlelap dalam belenggu itu aku melihat seorang gadis yang tengah sibuk di dapur kerajaan, aku tidak tahu siapa gadis itu. Tapi, aku pernah melihat gadis itu tapi entah di mana. Dan aku cukup mengenali jika selendang yang ia kenakan adalah milik-

"Anna!" Aku terbangun saat Anna berteriak memanggil namaku.

"Ada apa? Dan siapa pemuda itu?" tanyaku, aku sedikit bingung, tapi bayangan yang selama aku menutup mata masih tampak jelas tergambar di ingatan.

"Kenapa kau menangis, Anna?" Aku mengusap air mata yang jatuh di pipinya, aku tahu apa yang terjadi sebelumnya. Namun, soal Anna aku masih belum mengerti sepenuhnya.

"Kenapa kau tidak mati saja sialan," ucap pemuda itu, kau tahu dia siapa? Dia adalah Alin. Pemuda terkutuk itu selalu mengacau aku.

"Kalau begitu mari kita buktikan, siapa yang pantas mati di sini, Alin." Aku bangkit dan menyeret Anna di belakang punggungku, sungguh aku tak mau terjadi sesuatu pada Anna.
Dia terus menyerangku namun, aku berusaha untuk menghindar. Di sini ada hal yang lebih penting, yaitu menyelamatkan Anna. Dan saat aku menggenggam bahu Anna, kepalaku mendadak pusing. Semua yang aku lihat tampak buram, dan sedikit demi sedikit bayanganku mengarah pada sosok gadis yang ku jumpai di dapur kerajaan tadi.

Gadis itu diseret paksa oleh seseorang, aku mengira itu Alin, tapi tidak mungkin karena Alin sedang bersamaku saat ini, aku benci sebab kenapa harus gadis itu yang muncul dalam keadaan aku sedang kacau-kacaunya.

Aku baru ingat jika selendang Anna ada pada gadis itu, mungkin itu sebab mengapa dia selalu berkeliling di otakku.

"Alan, kau kenapa?" tanya Anna menggenggam bahuku, tanpa punya pikiran apapun aku menepis tangannya, ada apa denganku?

"Tidak Anna tidak, jangan mendekat ke arahku untuk saat ini. Lebih baik kau pergi menemui gadis tempo hari," ucapku, aku masih memegang kepalaku yang seperti ingin pecah, dan Alin dia tampak tersenyum ke arahku.

"Tapi, bagaimana denganmu?" Oh ya aku rasa Anna mulai menyebalkan, tidak bisakah dia menuruti ucapanku untuk kali ini saja?

ALANSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang