Esok hari, pukul 6.30.
Di depan cermin dengan seragam sudah melekat lengkap di tubuhnya, Helmi kembali memeriksa lukanya yang sudah mulai membaik. Bengkak di sekitar bibirnya telah hilang, hanya tersisa lebam yang masih terasa nyeri jika dipegang.
Cklek
"Bang Helmi..."
"Apa?"
Di tengah dia sibuk merapikan penampilannya, Maya masuk bersama sebuah kotak yang ada di tangannya.
Kotak dari Resha kemarin.
"Semalam lupa, nih..." Maya menyodorkan kotak itu kepada Helmi sehingga membuat Helmi mengalihkan atensinya.
"Dari siapa?"
"Kak Resha."
"Ha?"
"Jangan conge, ih!"
Masih seakan tak percaya, dia menatap kotak berbalut kertas kado motif matahari itu sebelum akhirnya menerimanya dari tangan Maya.
"Dibuka, jangan dibuang. Hargai yang ngasih," ujar Maya sebelum pergi dari kamar itu.
Helmi membuang napas panjang, lalu mendudukkan dirinya di pinggir ranjang yang masih ada Saka di bawah selimut di belakangnya.
Duduk sambil termenung dengan atensi yang belum beranjak dari benda di tangannya.
Buat apa ngasih kado? batinnya bertanya-tanya.
Hari ini bukan hari ulang tahunnya. Namun setelah melihat kado dari Resha, benaknya jadi teringat akan tanggal kelahirannya sendiri yang sering sekali dia lupakan.
6 Juni. Tepat satu bulan setelah ulang tahun ayahnya.
Ngomong-ngomong soal ulang tahun, 6 Juni tetap menjadi hari yang biasa untuknya. Ketika orang lain mengucapkan harapannya di hari ulang tahun, Helmi tidak.
Bukannya tidak memiliki harapan. Hatinya selalu berharap setiap harinya, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik, tidak hanya pada tanggal 6 Juni saja.
Gue minta banyak, engga cukup kalau diucapin di tanggal 6 Juni aja, begitu pikirnya. Tapi dia hanya memperlakukan hal itu ke tanggal lahirnya sendiri, bukan tanggal lahir keluarganya. Dia akan selalu menjadi orang pertama yang akan mengucapkan selamat ulang tahun untuk keluarganya sendiri. Biar bagaimana pun hari kelahiran adalah hari yang istimewa untuk banyak orang.
Oke. Terlalu out of topic, tinggalkan saja tentang ulang tahun. Kini Helmi kembali mengalihkan benaknya ke kado dari Resha.
Tangannya mulai bergerak membuka kado tersebut.
"Apa, nih?" gumamnya setelah melihat isi dari kotak itu.
Bukan barang mahal atau barang berarti. Melainkan hanya printilan random yang membuat Helmi tidak habis pikir.
Susu beruang, permen kiss lima biji, permen karet, betadine, plester luka bermotif dan sepucuk surat yang hanya ada tulisan 'gue minta maaf'.
Helmi kembali menghela napasnya seraya menaikkan satu sudut bibirnya ke atas. Dia jadi merasa bersalah setelah kemarin bersikap kasar pada Resha.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH (Rumah Yang Ingin Utuh) | Selesai
General FictionCerita ini hanya akan menyuruhmu untuk membayangkan bagaimana jika rumah kehilangan pondasinya. ©2021 Start : 29/11/2021 End : 22/10/2022