***
Juni 1997
Kepada Mbak cantik pemilik manik bening penyuka somay gerobak kuning. Izinkan deretan tulisan ini mengisi waktu luangmu tatkala menunggu somay dibungkus.
Selamat siang.
Jika surat lain terdapat pantun sebagai salam pembuka atau puisi dengan berbagai sajak yang indah, maka di surat saya ini cukup dengan satu detik ukiran senyum dari bibirmu untuk memperindah atmosfer yang menguap dari tulisan jelek saya. Jadi, alangkah baiknya tersenyumlah dulu.
Maaf, saya bukanlah seorang pujangga yang jago merangkai frasa. Di sini, saya hanyalah seekor lebah yang ingin meminta izin untuk mendekatimu sebagai bunga tempat saya mencari madu.
Kemarin siang, di tengah kepulan asap dari pengukus somay milik Mang Danang, aroma sambel kacang yang khas dan bisingnya bajaj yang lalu lalang, manikmu mendistraksi saya dari sibuknya keadaan, hampir menenggelamkan kesadaran di tengah keramaian.
Indah, menawan.
Ternyata, jatuh cinta pada pandangan pertama memanglah nyata adanya. Getarannya tidak bisa dihindarkan.
Sekarang, bolehkah saya untuk melihat keindahan itu lagi?
Andaikata boleh, maka setelah membaca seluruh tulisan ini, tolehkan kepalamu ke sebelah kiri dan lihatlah di seberang jalan, ada sosok lebah yang sedang kehausan akan manisnya madu.
Tapi nanti dulu. Biarkan angin melintas sejenak membelai anak rambutmu, mengajaknya menari-nari sebagai penutup akan tulisan ini.
Akhir kata namun tidak benar-benar menjadi akhir, sebab di masa yang akan datang, deretan tulisan lain pasti akan kembali menghampirimu, mengisi senggang walaupun hanya singkat, dari saya.
Terima kasih dan selamat siang. Sekarang, tolong menolehlah.
***
Begitu sering dia menjumpai pemuda bermulut manis yang mengutarakan berbagai kalimat picisan untuk menggodanya. Namun, kali ini ada satu sosok yang berbeda di antara yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH (Rumah Yang Ingin Utuh) | Selesai
Fiksi UmumCerita ini hanya akan menyuruhmu untuk membayangkan bagaimana jika rumah kehilangan pondasinya. ©2021 Start : 29/11/2021 End : 22/10/2022