24. Di mana Helmi?

2K 370 47
                                    

Malam yang biasa, namun dikelilingi oleh angin yang tak biasa.

Televisi tengah menyala, memperlihatkan acara komedi terkenal yang dibintangi oleh komedian papan atas yang mengundang gelak tawa dari para penonton karena kelucuannya. Siapa pun pasti akan tertawa jika melihat tingkahnya di layar televisi. Akan tetapi saat ini, sorotan yang kini mengarah layar tersebut tidak lebih dari sorotan kosong. Lawakan si komedian sepertinya sudah tidak berarti sama sekali kala isi kepalanya telah diisi oleh sesuatu yang bercampur aduk, membuat hati gelisah.

Hhh...

Entah sudah berapa kali helaan napas berhembus di saat desiran yang mengalirkan kegelisahan menjalar.

Atmosfer yang benar-benar berbeda dari biasanya. Kepulangan Maya dari rumah sakit seharusnya bisa membuatnya jauh lebih damai dan kedatangan Bayu juga seharusnya bisa membuat rumah ini terasa lebih lengkap.

Akan tetapi, ada rasa yang menjanggal di tangannya.

Ya. Di tangan kosongnya sekarang, seharusnya dia masih menggenggam seseorang.

Wanita itu pun mengalihkan perhatiannya ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan setelah cukup lama diam bersama gundah, hingga kemudian Bayu akhirnya datang setelah keluar dari kamar Maya dan mendudukkan diri di sebelahnya dengan sedikit berjarak.

Tania tidak bereaksi apa-apa akan kedatangan pria tersebut, hanya sedikit menggeser tubuhnya untuk menciptakan lebih banyak jarak. Bayu pun menghela napas panjang lalu menoleh.

"Jangan jauh-jauh."

Tania menoleh dan seketika melayangkan tatapan tajam ke arah Bayu. "Diem. Liat, tuh, jam."

Bayu mengikuti arah yang ditunjuk Tania dan melihat angka pada jarum jam.

"Jam segini Saka sama Helmi belum pulang," lanjut Tania.

"Emang mereka ke mana?" Bayu kembali mengalihkan wajah ke arah Tania dengan tampang seperti tidak mengerti apa-apa, sebab sejak tadi dia lebih memerhatikan anak gadisnya yang berada di kamar.

"Malah nanya ke mana... dari tadi sore Helmi belum balik dari tempatnya Mas Asep. Saka aku suruh nyusul, takutnya ada apa-apa."

"Loh? Kok, bisa belum balik?"

Mendengar respon Bayu yang terdengar menyebalkan, Tania mendengus sebal seraya memalingkan wajah dari sang pria.

Bukannya introspeksi diri, Bayu malah tersenyum kecil. Berasa dirinya seperti menghadapi gadis yang sedang dilanda bulan merah dimana terlalu gampang bete.

Ya, Tania yang dulu.

Pria itu pun nekat mengikis jaraknya lalu meraih salah satu tangan yang berada di atas pangkuan Tania, membuat wanita itu refleks menundukkan perhatian ke arah tangannya yang kini tengah digenggam.

"Udahlah, jangan cemas gitu. Mereka udah gede, paling juga main. Lagian Maya udah tidur, ngga nanyain martabak lagi."

Tania sontak menoleh, memperlihatkan sorot matanya yang hanya ada kegelisahan saat ini. Kemudian dia menarik tangannya dari genggaman Bayu.

"Perasaan aku engga enak, Mas."

Pria itu terdiam. Pancaran kegundahan dari Tania entah kenapa merambat ke dalam diri Bayu melalui sorotan matanya.

Hingga akhirnya seseorang datang menginterupsi keduanya.

"Malem banget, Helmi mana?" Tania kontan bertanya dengan nada cemas.

Orang yang datang adalah Saka. Pemuda itu membawa kantong plastik yang kusut berisi kotak martabak yang sudah penyok karena tadi tidak sengaja dia injak.

RUNTUH (Rumah Yang Ingin Utuh) | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang