Tubuh Alisha terpental kuat menghadap seseorang yang tadi menarik lengannya dengan kasar. Ia menatap seseorang senior kampus, atau lebih tepatnya pemilik kampus tempatnya berpijak.
Tak ada yang bisa ia katakan ketika hanya berjarak beberapa centi dari wajah Diaz. Pada dasarnya mereka tidak terlalu dekat. Hanya saja, beberapa kali ia sadar bahwa Diaz kerap menatapnya dengan tatapan yang tidak ia mengerti. Hanya menatap, tidak lebih dari itu.
Tapi kali ini, ia dihadapkan oleh tatapan yang sangat berbeda. "Kenapa, kak?" Tanyanya bingung. Ketika Diaz tidak melepaskan cekalannya sama sekali.
"Gue benci sama Lo," ucapnya dingin tanpa ekspresi.
Gadis itu berusaha melepaskan diri. "Itu urusan kakak. Sama sekali gak ada sangkut pautnya sama aku. Terserah kakak mau keluarin aku dari sini atau ngga, karna yang kakak lihat tadi malam memang benar, itu aku."
Jantung Diaz bergemuruh menahan amarah, "Lo cewek rusak."
Alisha melepaskan dirinya secara paksa. Dihadiahi pelototan dari Diaz, tapi gadis itu tidak perduli sama sekali, "Benar jika aku tinggal disana. Sangat benar ketika kakak menduga aku bekerja disana. Tapi aku sama sekali tidak membenarkan kata-kata terakhir kakak. Aku wanita baik-baik."
"Cewek munafik." Ujar Diaz dengan senyuman sinisnya.
"Gak ada pelacur, apalagi cewek muka dua kaya Lo yang diijinkan kuliah disini."
Tak menghiraukan kata-kata Diaz alisha berbalik untuk segera menjauhinya. Tapi nyatanya, seorang Diaz tidak membiarkannya begitu saja. Ia tarik agak kasar lengan alisha sekali lagi. Alisha memandangnya lemah, seakan sangat lelah untuk menghadapinya. "Apa lagi, kak?"
Diaz menyengit, "siapa yang ngijinin Lo pergi gitu aja. Lo pikir Lo siapa?"
Alisha menatapnya lemah.
Kedua tangannya menarik bahu alisha mendekat. Sehingga wajah mereka terlihat sangat berdekatan. "Gue bukan orang yang mudah tertarik, dan perasaan bodoh itu muncul sangat tiba-tiba. Tanpa bisa gue prediksi. Tapi nyatanya hati gue murahan, jatuhnya malah sama cewek rusak kaya Lo. Gue ga munafik, gue akuin gue tertarik,"
Satu jarinya mengelus pipi alisha dengan pelan, seraya menggoda, "Tapi satu yang harus Lo inget. Lo ga gue ijinin buat dekat apalagi berbicara sama laki-laki manapun. Meskipun itu saudara lo sendiri. Lo harus ingat ini kalo emang Lo masih mau mempertahankan beasiswa Lo."
Sudut bibir Diaz tertarik melihat keterdiaman gadis itu. "Gracia Alisha Wilson. Hari ini Lo jadi milik gue, milik Alexander Diaz Raymond. Gue tekankan sekali lagi, Lo milik gue. Dan itu mutlak."
"Tapi inget, Lo jangan senang dulu. Jangan merasa diatas angin. Lo memang milik gue, tapi gue bukan milik Lo. Gue bebas buat pacaran atau pergi sama siapapun tanpa Lo harus tau." Diaz tersenyum sinis melihat alisha yang lagi-lagi hanya bisa terdiam. "Gue cuma mau nuntasin rasa tertarik gue. Setelah itu, Lo harus siap gue buang kapan aja,"
"Udah?" Tanya alisha dengan tatapan datar.
"Tanpa kakak tau kebenarannya. Tanpa kakak tau kenyataannya seperti apa. Hanya dengan sekali melihat, kakak menduga seseorang seburuk-buruknya." Alisha menghela nafas pelan. "Sekarang aku tau kakak seseorang seperti apa,"
"Aku gak merasa spesial apalagi ngerasa paling penting. Karna nyatanya bukan aku, tapi kakak yang punya perasaan seperti itu. Dan tanpa kakak sadari, hanya kakak yang akan sakit. Karna sekali lagi, hanya kakak yang memendam rasa, bukan aku." Jelas alisha dengan tatapan datar.
"Cinta. Atau apapun itu aku gak ngerti. Dalam hidup, aku udah terlalu banyak menelan rasa sakit. Bahkan sampai sekarang, rasa sakit itu terus datang. Bahkan dari seseorang yang tanpa aku sadari telah menyukaiku," ujarnya mulai berkaca-kaca.
Diaz menatapnya datar. "Ini salah satu trik Lo buat narik pelanggan?"
Kemudian ia tersenyum remeh. "Trik Lo murahan. Tapi gue tertarik. Bagaimana?
Lagi-lagi gadis itu sulit untuk berkata-kata, dan itu sangat menyenangkan bagi Diaz.
"Gue gak ngerti kenapa Lo begitu menarik. Gue paling gak bisa disentuh sama cewek bekas orang lain. Tapi Lo berhasil buat gue nyentuh Lo duluan. "
Wajahnya semakin dekatkan. Untuk bisa menatap alisha semakin dekat. Mata mereka bertemu, "Gue gak ngerti, apa yang telah Lo perbuat sama gue. Alisha?"
Tangannya mulai merengkuh tubuh gadis itu, membuat posisi mereka menjadi semakin berdekatan. Tak ada perlawanan dari alisha. Dan itu semakin membuatnya bahagia.
"Lo cantik. Semua cewek disini juga cantik. Bahkan wajah Lo juga ga seberapa jika dibandingkan sama teman kencan gue. Tapi kenapa gue begitu tertarik. Kenapa Lo bisa ngilangin akal sehat gue. Alisha?"
Alisha menatapnya lembut. Kedua tangan gadis itu kini setengah memeluk tubuhnya. Tidak ada satupun orang tau tau mereka berdekatan sampai seperti ini. Gadis itu menghela nafas pelan, membuat Diaz menggeram tertahan. Kemudian berbisik pada telinga laki-kaki itu, " Tanyakan itu pada hati murahan Lo kak,"
Tetap dukung dengan vote&komentar kalian. Karna itu sangat mendukung semangat aku🤍

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Lia [END]
Novela JuvenilAska terobsesi pada adik angkatnya, cinta tidak biasa hadir diantara mereka. Allesia tidak menyadarinya, menganggap bahwa semua pukulan itu sebuah kebencian, padahal tanpa gadis itu sadari, itu hanya sangkalan betapa kerasnya hati aska menolak peras...