Bab 13

4 0 0
                                    


"Kenapa kalau aku pacarny?" Akhirnya Nindya mengeluarkan suaranya.

Nindya tertegun melihat gadis yang duduk di sebelah Dio. Ia tak dapat memungkiri, wanita itu tampak begitu sempurna. Tak ada kekurangan yang tampak di mata Nindya. Kulit putih, rambut lurus panjang, wajahnya mulus bersih, matanya bulat sempurna, benar-benar cantik.

"Enggak kenapa sih, hanya aneh saja. Kok bisa Dio pacaran sama cewek kayak kamu," ucap gadis itu. Ia menatap Nindya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

"Perkenalkan, aku Raisa, mantannya Dio. Kami pernah pacaran selama 2 tahun," ucapnya bangga.

"Ya ampun, ternyata cuman mantan, tapi kok bangga banget ya? Aku yang jadi pacar dia saja biasa-biasa saja tuh. Nindya melipat tangannya di depan dada, ia mendelik menatap Raisa.

"Lihat Dio, cewek macam apa yang kamu jadikan pacar? Bicaranya tidak punya etika sama sekali." Raisa menatap ke arah Dio, kemudian ia menunjuk Nindya.

"Maaf ya, Raisa. Dia pacar aku, jadi aku jelas membela dia. Kamu bukan siapa-siapa aku lagi, jadi tidak usah ikut campur tentang urusanku, apapun itu. Satu lagi, kamu jangan pernah menghina Nindya. Bagiku dia lebih baik segala-galanya daripada kamu. Pikir sendiri, kalau memang kamu lebih baik daripada Nindya, buat apa dulu aku mutusin kamu," ucap Dio pada Raisa.

Raisa mencoba menahan emosinya, ia tak menyangka jika Dio sedikit lagi membongkar kesalahannya dulu.

"Kenapa diam? Kasihan ... Udah jelas kan kalau aku memang lebih baik dari kamu. Tidak mungkin Deo menjadikanku pacarnya, kalau memang aku tidak spesial. Pergi sana! Kamu mengganggu saja,dasar nggak tahu malu." Nindya menatap Raisa dengan geram.

Brakkk!! Raisa berdiri seraya menggebrak meja. Ia pun tak mampu menahan emosinya lagi. Napasnya naik turun, dalam hitungan detik ia sudah menarik rambutnya Nindya dengan keras. "Rasakan kamu perempuan gak punya akhlak," umpat Raisa.

"Awwww ... Aduh ... sakit! Kamu ini kurang ajar sekali." Nindya berusaha melepaskan tangan Raisa dari rambutnya, sedangkan Dio dengan cepat mencoba melerai.

Sementara Wina, Bella dan Bayu yang menyaksikan kejadian itu bergegas menghampiri mereka. Melepaskan tangan Raisa dari Nindya yang sudah meringis menahan sakit.

"Pergi kamu, Raisa! Kamu benar-benar kasar! Kelakuanmu tidak berubah sama sekali sampai sekarang." Dio mengusir Raisa seraya menunjuk ke arah pintu keluar cafe.

Beberapa pengunjung beralih perhatian menatap ke arah mereka penuh tanda tanya. Bahkan diantara mereka ada yang mengabadikan momen tersebut.

Raisa, memiliki nama lengkap Raisa Agatha. Wanita keturunan Inggris, berparas cantik, berkulit putih dan memiliki postur tubuh yang begitu sempurna seperti model. Gadis ini sempat memiliki hubungan dengan Dio sejak mereka duduk di kelas 1 SMA, bisa dibilang itu adalah cinta monyet bagi mereka. Hubungan berjalan 3 tahun lamanya sampai mereka sama-sama lulus SMA. Raisa tertangkap basah oleh Dio tengah berada dalam satu kamar dengan pria lain di dalam rumah mewahnya.

Raisa terlahir di lingkungan mewah. Kedua orang tuanya memiliki kekayaan yang tak terhingga berlimpah banyaknya. Namun, sayang gadis itu kekurangan kasih sayang kedua orang tuanya yang terlalu sibuk mengejar karir dan harta, sehingga mereka jarang memiliki waktu untuk Raisa.

Raisa hidup bebas, tak ada yang mengekangnya. Bahkan ia telah mengenal sex dari sejak masa sekolahnya dan itulah yang membuat Dio memutuskan untuk meninggalkan dirinya.

3 tahun lalu

Kedua orang tua Raisa sedang berada di Inggris. Mereka meninggalkan putri semata wayangnya seorang diri di dalam rumah besar yang hanya bertemankan asisten rumah tangga yang tidak terlalu fokus memperhatikan dirinya.

Raisa sudah memasuki masa puber. Gadis itu sudah remaja, dia sudah mengenal cinta dan Dio adalah kekasihnya. Pria yang dikenalnya melalui media sosial yang ternyata tinggal tidak jauh dari rumahnya. Mereka berada di lingkungan sekolah yang berbeda.

Sudah 1 jam Dio menunggu di halaman rumah Raisa. Beberapa kali Dio melakukan panggilan kepada gadis itu, namun, sekali pun tak dihiraukan oleh si pemilik nomor. Dio yang sudah mulai tak sabar dan lelah menunggu berinisiatif untuk langsung masuk ke dalam rumah milik Raisa. Sebelum itu  ia sudah tahu jika orang tua pacarnya sedang tak ada di ke rumah.

"Den Dio? Sejak kapan Den ada di sini?" tanya asisten rumah tangga Raisa yang kebetulan kala itu membuka pintu depan rumahnya.

"Raisa ada kan, Bi?" tanya Dio kepada wanita paruh baya itu.

"Anu, Den ... Ada sih tapi—" Asisten rumah tangga Raisa yang bernama Bu Aminah itu menggantung ucapannya.

"Apa, Bi? Tapi apa? Kenapa Bibi tidak melanjutkan ucapan Bibi?" tanya Dio, ia sudah mulai merasakan hal yang tidak nyaman dalam dirinya.

"Ya udah deh, kalau Bibi tidak mau bilang, aku masuk saja ya?" Dio masuk ke dalam rumah milik Raisa melewati Bibi Aminah.

Pemandangan yang luar biasa dilihat oleh Dio. Wanita yang baru saja menginjak di kelas 3 sekolah menengah umum itu tengah bergulat mesra dengan lelaki di salah satu kamar rumahnya, pintunya hanya terbuka sedikit saja, membuat Dio sempat melihat semua yang dilakukan oleh kekasihnya dan pria lain.

"Raisa?" Deo tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi, ia melihat sang gadis tengah asik berpagutan dengan pria lain.

Raisa terkejut, ia membenahi diri dan pakaiannya, lalu bergegas menghampiri Dio. "Aku bisa jelasin semua ini, Dio," ucapnya.

"Apalagi yang akan kamu jelaskan, Raisa? Aku sudah menyaksikan sendiri dengan mata kepalaku. Semua sudah terlihat jelas, tak ada lagi yang perlu kamu ceritakan. Mulai hari ini hubungan kita berakhir."

Dio pergi meninggalkan gadis itu. Ia tak mau lagi mendengar apapun yang diucapkan Raisa. Hatinya terasa sakit dan hancur. Harapannya untuk mengecap masa depan bersama gadis itu sirna sudah.

****

"Kita pulang ya, sayang? Jangan pikirkan yang tadi. Gadis itu hanya masa laluku dan masa depanku adalah kamu," ucap Dio meyakinkan Nindya.

Nindya menatap pria di hadapannya. Ia tidak tahu harus berbicara apa lagi. Hatinya seakan luluh. "Apakah sebesar ini cinta Dio padaku? Andai saja cinta Andi seperti cinta Dio padaku, aku pasti akan lebih bahagia," lirihnya dalam hati.

"Kok diam, sayang? Apa yang kau pikirkan?" tanya Dio sekali lagi kepada wanitanya.

"Dia terpukau melihat ketampananmu, Dio." Wina menanggapi.

"Iya, benar kata Wina. Lihat aja, dia sampai menatap Dio seperti itu, tak berkedip. Ia benar-benar terpesona kepadamu, Dio," ucap Bella.

"Nindya ...." Dio mencoba menyadarkan lamunan kekasihnya, ia melambaikan telapak tangan di depan wajah Nindya.

"Eh ... Maaf ... Maaf, kita pulang sekarang," ucap Nindya kemudian.

Nindya pulang ke rumah, nampak Rendy dan Kiara sudah menunggunya di depan pintu rumah.

"Maaf, Pa, Ma, aku pulang terlambat." Nindya mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Nah ... Ini dia anak nakal, baru pulang jam segini. Cewek macam apa pulang malam begini?" Raya keluar dari dalam rumah seraya melipat kedua tangannya di depan dada, kemudian gadis itu bersandar di salah satu sisi pintu.

Nindya tak memperdulikannya, gadis itu bergegas masuk, membersihkan diri, kemudian mengganti pakaian. Terakhir ia ikut berkumpul bersama Papa Mamanya juga Raya di meja makan.

Bersambung...

Jadi Suamiku Ya, Om? (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang