0.05 Submissive : Capo Di Tutti Capi

782 71 19
                                    


°¦•


  Peraturan di buat karena memang untuk di langgar.

  Itu asumsi Chenle beberapa menit lalu, bertujuan memperkokoh rasa kesal serta pemberontakan terhadap Park Jisung akan hal yang terjadi tadi siang. Namun kini, Chenle percaya, peraturan memang ada untuk membatasi segala hak yang dimiliki manusia. Sebagaimana hak Chenle tidak akan pernah menyentuh kata berontak, dirinya hanya ditakdirkan untuk patuh.


"Lakukan double check untuk identitas kurir dan barang pesanan kita besok, aku masih khawatir tentang sabotase arus perjalanan,"

Di bawah tatapan menghunus Jisung, kini Chenle hanya bisa bersimpuh ketakutan menunduk memilin pinggiran pakaiannya, menanti sang tuan rampung dengan seseorang disebrang telepon sana.

Jisung maju menggeser posisi duduknya ke depan, mencondongkan badannya lalu mengangkat dagu si pria manis agar balas memberikan seluruh atensinya, "Aku harus mengurus seorang pemberontak dulu di sini, berani sekali dia padaku," Seringai mengerikan Jisung naik bersamaan terputusnya sambungan telepon, dan itu semua menambah rasa waswas Chenle menjadi siaga level tinggi.

"Kenapa kau sangat nakal, Chenle?"
Suara itu begitu rendah, tatapannya seakan mengunci seluruh ruang gerak Chenle.

"Aku sudah meminta izin kepadamu semalam, aku bahkan mengunjungi perusahaanmu terlebih dahulu tetapi ternyata kau sedang sibuk," Chenle mengatur nafas, diam-diam bersorak bangga karena berhasil menyampaikan pembelaan terhadap hakim iblis didepannya, "Lagipula ini pertama kalinya aku melanggar jam pulang, itu juga karena hanya menghabiskan waktu ku sendiri di sebuah cafe, aku tidak macam-macam Jisung."

"Oh, benarkah begitu?"

Punggung besar Jisung menabrak senderan sofa dengan santai lalu memberikan tatapan remeh kepada Chenle. Melihat itu rasa kesal Chenle kembali meluap, gambaran realita memenuhi urutan kaset kejadian hari ini. Bagaimana Jisung membuat lengan kekarnya menjadi bantalan pundak seorang wanita, wajahnya yang terlihat berseri-seri saat si wanita memberikan afeksi, bukan seperti sekarang, tatapan merendahkan, dan Chenle lebih kesal saat Jisung mengizinkan tangan-tangan lentik itu mengelus dada bidangnya.

Hei, Chenle bahkan perlu waktu setengah tahun untuk bisa memberikan Jisung sentuhan balik.

"Ya, dan aku harus membereskan ini segera, permisi."

"Siapa yang memberimu izin pergi dari hadapanku, Chenle?!"

Si Submissive tidak menghiraukan Jisung di belakang sana, tangannya penuh dengan dua kantung plastik besar bahan kebutuhan rumah selama satu bulan, dan itu berat.

"Park Chenle!"

"Sialan!"

Chenle cukup terkejut saat salah satu kantung terlempar berserakan menyebabkan suara yang memekang telinga karena benturan beberapa kaleng bumbu dapur dengan lantai, oh tidak, wadah selai yang terbuat dari kaca bisa pecah. Buru-buru Chenle berjongkok memeriksanya, mengabaikan tangan kirinya yang memerah karena tendangan Jisung.

Ya, Jisung menendang pergelangan tangan Chenle sehingga kantung itu terlempar dari genggaman tangan si manis.

"Park Chenle, dengarkan tuan mu!" Belum menemukan apa yang dicarinya, tubuh Chenle sudah kembali tertarik ke atas, berdiri tepat dihadapan Jisung dengan begitu mudahnya.

Lihat, sepertinya Chenle berhasil membangunkan sosok monster, selamat Zhong.

"Ada apa denganmu hari ini, Chenle?" lengan putih di balik hoodie itu merasakan kebas seketika, cengkraman Jisung tidak main-main apalagi tendangannya beberapa saat lalu, "Apakah ada sesuatu yang tidak aku tahu, hm?"

C O V E R TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang