0.04 Dominant : Falling Apart

953 80 13
                                    

°¦•

Bangunan-bangunan tinggi berlarian melawan arah, membuat pola-pola samar tertinggal dibalik jendela mobil yang membawa Chenle melaju lumayan kencang. Genggaman tangan halusnya pada kotak makan siang Jisung sedikit mengerat bersamaan dengan, belah bibirnya yang mulai mengikuti alunan lagu klasik di radio mobil. Suasana hatinya secerah matahari diatas sana.

"Suara Tuan Chenle sangat merdu, apakah tidak ingin mencoba menjadi penyanyi, tuan?" Nyanyian halus Chenle berubah menjadi kekehan kecil menanggapi sang supir pribadinya, "Saya rasa tuan sangat cocok dalam segi kriteria paras dan bakat."

Chenle membenarkan posisi duduknya saat mobil sedan keluaran baru milik Jisung yang ia tumpangi ini, sudah berhasil melewati gerbang utama perusahaan sang suami, "Itu artinya Tuan Yoon harus siap menjadi asisten pribadi ku, aku yakin kita akan sangat sibuk." Balasan Chenle ditanggapi dengan jenaka oleh sang supir dan tak lama pintu disebelah kanan miliknya terbuka, menampilkan wajah sedikit keriput Tuan Yoon yang mempersilahkan Chenle untuk keluar.

Pemuda asal China itu melewati lobby perusahaan giant Jisung sedikit canggung, selama tiga tahun terakhir kunjungan si manis bisa di hitung memakai jari tangan, sebenarnya Chenle bahkan tidak ingat sih.

Sang resepsionis menunduk hormat, menyapa dengan ramah dan sedikit berbasa-basi, sedangkan Chenle lega luar biasa karena masih dikenali. Setelahnya si penanggung jawab front office itu mempersilahkan si sepupu Tuan Park Jisung untuk melanjutkan tujuannya, Ruangan Bos Besar.

Predikat sepupu melekat di antara hubungan Chenle dan Jisung, seluruh penghuni perusahaan ini tahu akan hal tersebut. Dan bagaikan sebuah fakta konkret, orang-orang itu percaya atas pengakuan yang meluncur sendiri dari bibir si tuan Park dua tahun lalu, saat pemuda berhoodie sewarna buah peach itu menginjakkan pijakan pertamanya di gedung hak milik Jisung.

Semua itu sudah kesepakatan hitam di atas putih untuk poin bahwa Jisung harus tetap menjadi Jisung, tentu saja. Pernikahan antara Pemuda China dan Korea Selatan itu harus abu di mata seluruh orang.

Jisung merupakan tokoh berpengaruh untuk penunjang nama baik si negara gingseng, pemilik perusahaan penghasil lapangan kerja berkualitas serta seorang pebisnis muda yang berhasil menstabilkan ekonomi korea dengan jajaran negara borjuis lainnya. TeroidsCrop, perusahaan penyandang gelar unicorn dengan nilai valuasi mencapai USD 46 miliar yang bergerak dalam bidang perangkat lunak, tentu saja memiliki gedung megah penuh kecerdasan buatan (AI), Chenle bahkan harus merelakan tubuhnya di-scan keseluruhan oleh robot 'penunggu pintu lift' untuk melacak setiap orang disetiap lantai gedung ini.

Lantai 43 selalu sama, tidak banyak perubahan kecuali tanaman lorong yang selalu berganti, mengikuti trend ataupun musim. Sekarang adalah musim panas tentu saja bunga berair itu menjadi tokoh utama. Lain hal, Chenle tidak begitu memperhatikan bunga-bunga Lotus yang dipajang di akuarium panjang mahal, seorang wanita cantik di meja sekretaris Jisung lebih menarik perhatiannya.

Wanita itu berdiri dengan galak saat Chenle sudah berada di hadapannya, perut budarnya sedikit tercetak di jas kantor abu-abu tua miliknya, "Ada urusan apa kamu datang kemari?!"

Chenle meringis gusar, menatap ibu hamil didepannya sedikit terkejut. Apalagi ketika langkah yang diambil wanita itu untuk keluar dari meja dan menghampiri tubuh Chenle yang masih mematung. Tangan wanita itu terangkat, entah pipi atau leher Chenle yang akan menjadi korban, Chenle masih terdiam bahkan setelah tubuhnya dibawa dalam pelukan sekretaris Jisung.

"Chenle oppa, aku rindu padamu, tahu?" Suara si wanita merengek, mendusal di leher Chenle walau harus membungkuk. Tingginya dan Chenle tidak jauh berbeda, tetapi pantofel ber-hak miliknya membuat tingginya berhasil melampaui Chenle.

C O V E R TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang