Kali pertama dalam beberapa hari belakangan ini, wilayah IGD tidak terendus adanya desas-desus kasus bunuh diri. Setidaknya bagi Frank yang telah menginterogasi sejumlah perawat yang bekerja ketika dirinya dua hari kemarin tumbang dan jatuh sakit. Sebenarnya, tidak hanya tenaga kesehatan saja yang terkena impak dari adanya fenomena aneh ini. Masyarakat setempat pun bertanya-tanya tentang kutukan apa yang terjadi di kota ini. Mengapa banyak sekali—mungkin setidaknya lima orang lebih dalam sehari—yang melompati bangunan-bangunan tinggi untuk mengakhiri hidup?
Pada akhirnya, khalayak mengaitkan semua kejanggalan ini dengan mengatasnamakan mitos-mitos itu sebagai akarnya. Sialnya, kini orang-orang malah mulai memarahi anak-anak serta kerabat mereka yang memiliki kecenderungan bersedih dan bermurung ria. Cara cepat beralasan ketakutan dan kekhawatiran.
Meski begitu, di kota Jakarta dengan kesenjangan sosial yang dapat dikatakan lebar ini, untungnya sebagian besar lainnya menganut pemikiran modern. Setidaknya bagi yang peduli, mereka mulai memberi sinyal-sinyal berupa desakan untuk mengusut tuntas penyebab meningkatnya angka bunuh diri, terlebih pada Kemenkes.
Frank menghela napasnya dan meringkuk di kursi putar, suhu pendingin ruangan benar-benar menusuk permukaan kulitnya, tetapi semua orang di sana mengatakan bahwa ruangan itu sangatlah panas. Tidak salah, matahari pun terlihat sangat menyengat di luar sana, memang kondisi tubuh Frank saja yang tidak bersahabat.
"Dokter?"
Frank menoleh ke arah perawat yang memanggil, kemudian beranjak berdiri untuk mempersilakan duduk. Dia nongkrong di kursi nurse station, itu tandanya kursi itu seharusnya bukan Frank yang menempati.
"Oh, bukan itu," tolak perawat itu. "Dokter sepertinya dipanggil oleh dokter Ranvier?"
Lagi-lagi Frank harus melampiaskan beban di pikirannnya dengan menghela napas kembali. Apalagi jika bukan membahas kembali tentang pasien janggalnya yang bunuh diri dalam keadaan lutut retak parah? Sejujurnya ia tidak mau diinterogasi lagi. Ralat, mengevaluasi prosedur yang telah dikerahkan untuk menemukan dimana keanehannya, tapi yah Frank dan overthinking-nya. Akhirnya, dokter cantik itu pun tetap pergi ruang konseling milik Ranvier setelah sedikit tersesat karena jarang berada di lantai 3.
"Siang dok," ucap Frank setelah mengetuk pintu dan disahuti ajakan masuk oleh Ranvier.
Ketika memasuki ruangan, Frank mendapati Ranvier tengah memainkan seekor iguana di lengan kirinya, persis berdiri dekat akuarium yang tampaknya menjadi habitat si reptil. Frank merinding geli, ia sama sekali tak menyukai segala jenis hewan berdarah dingin, melihat sorot matanya saja sudah menakutkan. Seperti hantu dalam versi binatang.
"Apa peliharaan saya membuat anda tak nyaman, dokter?" tanya Ranvier menaruh kembali hewan itu pada kandangnya.
"Sedikit."
"Duduk saja dulu," ajak Ranvier langsung menduduki sofa yang berhadapan diikuti Frank. "Saya sangat menyukai reptil sampai membawa satu kemari. Bahkan mengoleksi ragamnya di rumah."
Frank bergidik ngeri, memang aneh-aneh saja hobi orang bergelimang harta. Sebab baginya yang memiliki mentalitas orang miskin, lebih baik biarkan saja mereka berada di alam, dan uangnya diberdayakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Seperti bekerja sesuka hati karena kebutuhan sudah terpenuhi.
"Bagaimana kabarnya, dok? Apa sekarang mulai membaik?" lanjut Ranvier dibalas anggukan. "Sebenarnya, saya juga ingin membocorkan sedikit yang telah saya cari tahu tentang kejanggalan belakangan ini. Termasuk 'pasien kita' itu."
Kemudian lelaki itu meletakkan berkas-berkas yang tak lain adalah rekam medis dari beberapa pasien dengan kasus serupa—seharusnya ini termasuk privasi, tapi mengingat keadaan dinilai genting. Inti dari isinya hanyalah data-data hasil banyaknya pencitraan terhadap otak yang menunjukkan diagnosis mengarah pada kasus skizofrenia dan psikotik akut (halusinasi dan delusi parah). Saking niatnya mencari tahu tentang fenomena aneh ini, psikiater itu sampai menggali infromasi riwayat para pasien dari kehamilan hingga kelahiran, untuk antisipasi apakah hal ini ada hubungannya dengan penyakit genetik yang diturunkan. Ternyata tidak, kelainan ini murni menjangkit mereka secara tiba-tiba.
![](https://img.wattpad.com/cover/295364363-288-k556603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Repositori Arsitek: Visualisasi Mitos
Ciencia FicciónSci-Fi│Thriller-Psychological Hara dihantui hasutan-hasutan untuk bunuh diri oleh makhluk imajiner terkira iblis bernama Hans. Diinjak-injak realita pahit dalam memori buram, ia memutuskan mengakhiri hidup dan mengikat kontrak dengan Hans untuk bala...