Jangan begini, raka... (4)

1.6K 110 3
                                    

*guys, sorry. Baca part selanjutnya dulu ya... Gatau kenapa setelah aku lihat lagi urutannya jadi rusak.

Bacanya sesuai angka yaa...

***
" Mundur dari daftar calon peserta olimpiade itu "

Masih teringat dengan jelas bagaimana perkataan ayahnya saat itu.

Tidak tahu saja Joan kalau Abian sangat antusias saat di beritahu sus Nini bahwa ia di tunggu dan ingin di temui. Abian bahkan menolak ajakan ebra yang mentraktir makan karna hari ini adalah ulang tahunnya.

" Kamu tahu seberapa pentingnya olimpiade itu untuk Abang kamu "

Abian paham bahkan sangat paham, tapi bukan hanya penting untuk Raka. Olimpiade itu juga penting untuk dirinya. Sudah banyak hal ia lakukan untuk mendapatkan tempat ini.

" Tapi ayah... "

" Toh kalau kamu yang ikut belum tentu masuk final juga kan? "
Hatinya sakit, sangat sakit saat mendengar nya. Ayahnya bahkan meragukannya.

Untuk beberapa saat entah apa yang membuatnya yakin, Abian mengangguk setuju dengan perkataan ayahnya walau hatinya berat melepaskan upaya nya dalam setahun belakangan ini.

Usahanya belajar siang malam, semua nilai-nilai sempurna nya demi mendapatkan sedikit kata pujian dari Joan kini hanya angan belaka.

****

" Aden... "

Abian tersadar dalam lamunannya saat pintu kamar nya di ketuk oleh sus Nini.

" Buka aja sus "

Dengan begitu pintu terbuka dan menampilkan sus Nini, suster yang merawat narendra sejak kecil. Ada nampan berisi susu coklat serta beberapa cookies yang abian yakini baru saja di buat oleh perempuan paruh baya itu.

" Di makan dulu den "

" Terima kasih sus "

Tak langsung pergi sus Nini mengambil tempat duduk di ujung kasur abian setelah merapikan selimut Abian yang sedikit bergeser dari tempatnya.

Kamar Abian tak seperti bayangan kamar anak cowok yang lain, setiap orang yang memasuki pasti bisa merasa tenang dan nyaman. Pengharum ruangan beraroma kopi Kesukaan anak itu menyebar di seluruh ruangan bernuansa coklat putih itu.

" Akhir akhir ini sus jarang liat aden makan di rumah " ujar sus nin saat Abian mulai melahap cookies buatan nya.

" Aden makannya teratur kan? "

Untuk sus Nini ia bukan hanya bekerja, lima belas tahun hidup bersama empat bersaudara itu sudah cukup membuat sus nini menganggap mereka anaknya sendiri.

Apalagi semenjak kepergian adinda, ibu mereka. Nini lah yang mengurusi segala hal yang berurusan dengan keempat anak itu.

" Iya sus, teratur kok "

Abian mendongak saat potongan terakhir cookies nya habis dan menegak sedikit susu coklat sebelum bangkit dan mendekat ke arah pengasuhnya itu.

" Sus "

" Iya den "

" Boleh peluk abi bentar gak? "

Tubuhnya ia bawa kedalam dekapan sus Nini sesaat saat wanita itu mengangguk mengizinkannya.

Sayap patahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang