Hilangnya tempat abian (3)

1.6K 120 0
                                    


" A' bian maaf ya, tapi kayaknya mang Ujang gak bisa nemenin Aa disini, soalnya pos satpam ntar gak ada yang jagain biar nanti wali kelas a' Raka aja yah yang kesini "

" Iya mang, makasih ya mang "

" Tapi a' bian bisa sendirian disini? " Tanya mang Ujang saat ia memperhatikan tangan Abian yang gemetaran karna panik serta wajahnya yang terlihat pucat.

" Gak papa mang " Abian mengambil tangan mang Ujang sambil berusaha meyakinkan satpam sekolah yang sudah lama akrab dengan nya itu bahwa ia baik baik saja, walau kenyataan tidak begitu.

Ini adalah hal baru untuk Abian, ia memang sering melihat taraka sakit seperti ini. Namun hal yang membuatnya berbeda kali ini adalah, di setiap helaan nafasnya yang tercekat tadi di atas punggung Abian, taraka terus menerus mengelu kan sang bunda. Hal itu membuat abian kembali tersadar kehilangan bunda menggoreskan luka sama rata pada keluarganya.

Sepeninggal mang Ujang Abian kembali terduduk di samping bangsal taraka yang tertidur pulas dengan nafas yang sudah teratur tak seperti tadi. Abian menatap lekat lekat wajah pucat taraka yang sudah lama tak ia lihat sedekat ini.

Padahal jika di ingat, dulu sebelum ada narendra saat Abian masih menjadi si bungsu. Taraka si sulung tak pernah mau berjauhan dengan nya. Bahkan Taraka dengan senang hati mengantar abian walau hanya ke kamar mandi.

" Aku mau cendili "

" Abang anter! "

" Nda mauu "

" Anter! "

" Nda.... "

" Huwaaaaaaa "

Begitu terus hingga salah satu dari mereka menangis dan akhirnya bunda yang kewalahan membujuk keduanya dan berakhir dengan berjalan bertiga mengantar abian ke kamar mandi.

Abian tertawa kecil saat mengingat kembali kenangan indah itu. Namun tawanya sirna saat suara taraka memecah fokusnya.

" Lepasin " lirihnya sambil menatap tangan Abian yang sedari tadi bertaut dengan tangannya.

" Abang pelan pelan ntar infus nya lepas " tentu saja taraka mengacuhkan kehadiran abian, sejak hari itu, hari kelam itu, hari dimana runtuhnya semestanya, hari dimana mereka kehilangan bunda, tak pernah ada lagi kesempatan untuk mereka berdua berada dalam satu ruangan untuk waktu yang lama seperti saat ini.

Bagi taraka ini adalah saat yang tak ingin ia bayangkan lagi di sisa hidupnya, namun lain hal untuk Abian, saat ini adalah momen yang paling ia tunggu di sisa waktunya.

Taraka sadar adalah hal yang paling melegakan baginya karna beberapa saat yang lalu sebelum taraka sadar sudah banyak sekali alur buruk yang tergambar dalam pikirannya.

" Abi naikin kasurnya ya biar Abang gak pegel, oh iya bentar Abi ambilin air. Abang harus bany--

Taraka menepis gelas yang ada di hadapannya, membuat abian terkejut air dalam gelas itu tumpah membasahi seluruh wajah dan seragam sekolahnya.

" Ka... "
Itu suara galendra, ia baru saja masuk dan menyaksikan langsung apa yang dilakukan taraka terhadap saudara mereka.

Sebenarnya ia berada disana sejak beberapa menit yang lalu, namun berusaha memberi sedikit waktu untuk dua saudaranya itu.

" Lo gak harus kayak gitu " ucapnya saat sampai dihadapan bangsal kembarannya.

Tak ada jawaban, baik Raka maupun abian terdiam seolah mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

Galendra tau taraka, kembarannya itu sangat membenci Abian adik mereka, namun tidakkah sangat keterlaluan jika ia terus terusan menyalahkan adik mereka atas apa yang juga tak diinginkan adiknya.

Sayap patahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang