tentang dunia malam abian (5)

1.2K 99 3
                                    

Ia tadinya mengantarkan si bungsu yang tiba tiba dikabarkan oleh temannya sedang menunggu di depan rumah sakit untuk mengembalikan buku catatan yang dipinjam minggu lalu dan akan di gunakan oleh narendra malam ini untuk ulangan harian esok.

Langkah joandra terhenti saat menyadari ada sosok yang sudah lama ia hindari berdiri mematung di depan pintu kamar inap taraka. Seperti sedang mendengarkan sesuatu dari dalam kamar tersebut.

" Sekarang sudah tau kan bagaimana kehadiran kamu bahkan merusak hubungan mereka? "

Tubuh itu berbalik saat mendengar suara joandra yang cukup mengejutkan di tengah hening nya lorong rumah sakit.

Suara Joan sengaja di kecilkan agar tak terdengar dua buah hatinya yang terdengar sedang beradu argument di dalam sana.

" Kalau sudah begini kamu pasti senang kan? "

"Ayah nggak ada yang se- ah.... " Abian cepat cepat menutup hidung nya dengan salah satu tangan saat menyadari ada sesuatu yang menetes disana, tak jadi meneruskan perkataannya, selain karena tak akan mengubah apapun juga karna pening di kepalanya makin menjadi jadi.

" Tau begitu dulu pas bunda sakit sakitan hamil kamu, ayah suruh gugurin aja "

Ya Tuhan, apalagi ini?, Hati Abian begitu sakit mendengar perkataan joandra barusan. Bukan karna kecewa tapi sakit karna mendapatkan fakta bahwa sebelum kelahirannya pun sudah sangat menyakiti ibunya.

" Kamu sudah banyak nyusahin keluarga saya, istri saya. Gara gara mempertahankan kamu yang tak tahu di untung ini dia... dia...

Joandra hampir kehabisan nafas, menceritakan segala hal yang mengungkit luka lama tentang Dinda membuatnya sulit bernafas,

" Dia bahkan kehilangan banyak darah dan harus melahirkan KAMU lebih cepat dari perkiraan, kamu.... Kamu... Kamu bunuh...

" Ini rumah sakit kalo kamu sadar, ada banyak cctv yang bisa jadi bukti kalau kamu bertindak menjijikkan seperti ini "

Tangan Joan yang sudah ancang ancang menampar pipi Abian berhenti bergerak saat ada tangan lain yang mencegahnya.

Tubuh Joan mematung, terkejut melihat sosok yang sudah lama tidak ia lihat berdiri tegap dihadapan sambil menyangga pergelangan tangannya dengan sus Nini di belakangnya.

Sus Nini menangis tertahan saat tubuh yang dipeluknya bergetar sambil menyembunyikan kepalanya dibalik dua tangannya.

" Kamu.... "

" Hai kak, sudah lama gak ketemu "

***

Abian tak tahu ini bisa dikatakan hebat atau gila. Seperti memiliki tombol on off ia kini dapat kembali tertawa dan meredam sedihnya di hadapan semua teman temannya.

" Lama banget di tungguin "
Ia tersenyum saat ebra menepuk pundak saat menyambut di depan pintu.

Suasana cafe hari ini cukup ramai karena ebra sudah menyewa seisi cafe dan membayar semua pengeluaran hari ini untuk merayakan ulang tahunnya.

Tak hanya teman temannya saja, ebra bahkan memperbolehkan pengunjung lain memesan gratis untuk hari ini.

" Sorry telat, habis dari RS Abang gue sakit "

" Yaudah langsung ke tempat bang Doni gih, dari tadi bingung soalnya lu kagak datang datang "

Wajar saja bang Doni kebingungan setelah melihat handphonenya yang baru saja di charge terdapat banyak notifikasi dari pemilik cafe yang juga Abang kandung ebra.

Sayap patahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang