Doyoung yang baru saja pulang dari bekerja seketika langsung di kejutkan dengan keadaan rumah yang sudah berantakkan dan barang-barang yang semula tertara rapi di dalam lemari maupun hiasan yang berada di atas meja pun juga sudah tergeletak tak berbentuk di atas lantai.
Doyoung yang tidak tau menahu tentang apa yang sudah terjadi pun memilih untuk pergi ke kamar dan kedua matanya seketika membulat begitu mendapati Yedam, yang terduduk sambil menangis di atas lantai dengan di keliling bercak berwarna merah.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Doyoung sembari berlari menghampiri Yedam dan langsung membawa tubuh yang lebih kecil ke dalam pelukannya.
"Doy.. jeje.. hiks.. jeje.." ucap Yedam tidak jelas karna pria manis itu sedang terisak hebat.
Doyoung tersentak. Kenapa ia baru sadar jika tidak ada Jeongwoo sedari tadi.
"Cebong kenapa?" Tanya Doyoung kemudian.
"Jeje.. jeje di bawa pergi sama dia, Doy." Jawab Yedam lirih.
Doyoung tidak bodoh itu untuk tidak mengetahui siapa dia yang di maksud oleh Yedam. Tanpa sadar, rahang pria itu mengeras. Kedua tangannya mengepal erat. Sialan. Tidak akan Doyoung biarkan bajingan itu membawa apalagi sampai menyakiti Jeongwoo-nya.
"Sstt.. kamu yang tenang ya? Saya janji akan bawa anak kita pulang." Ucap Doyoung sambil mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi sang istri.
Tak berselang lama, ponsel milik Doyoung berbunyi membuat sang empu buru-buru merogoh saku celananya dan terdiam sesaat begitu melihat siapa yang menelponnya. Nomor tidak di kenal. Namun, detik berikutnya Doyoung sudah menempelkan benda pipi itu ke telinga.
"Halo?"
"Papa hiks.. tolong jeje hiks... jeje takut hiks, papa!"
Pip!
"Shit."
Doyoung mengumpat lalu melempar asal ponsel miliknya ke sembarang arah. Tak peduli jika ponsel yang berharga jutaan itu rusak. Persetan dengan ponsel itu, Doyoung bisa beli yang baru lagi nanti. Yang ia pikirkan saat ini hanya keselamatan Jeongwoo.
"Argh! Bajingan sialan!" Umpat Doyoung sambil menarik rambutnya frustasi.
"Doy, ada apa?" Tanya Yedam yang sudah lumayan tenang.
"Cebong kita dalam bahaya, kak." Jawab Doyoung sukses membuat kedua mata Yedam membulat sempurna.
"Dan saya harus pergi ke tempat itu brengsek itu sekarang juga." Sambungnya dengan ekspresi yang sulit di artikan
----o0o----
"
Huaa om jahat hiks, lepasin jeje hiks. Jeje mau ketemu sama papa hiks.."
"sudah berapa kali aku bilang padamu jika dia itu bukan papa mu, hah?! AKU YANG PAPA KANDUNG MU, SIALAN."
Brak!
Jeongwoo tersentak ketika pria berwajah jelek di hadapannya itu melempar sebuah piring kaca kearahnya. Beruntung piring itu melesat dan mengenai dinding di belakangnya, jika tidak maka bisa di pastikan jika piring itu akan mengenai wajahnya dan memberikan rasa sakit yang luar biasa pada wajah tampannya.
"PAPA ITU PAPA NA JEJE! OM NDA USAH BOHONG. OM TAU NDA? KATA MAMA KALO BOHONG ITU DOSA. TEMENNYA SETAN," Teriak Jeongwoo keras sambil menatap tajam kearah pria di hadapannya.
Sialan. Rupanya bocah ini tidak takut.
Jangan kira Jeongwoo takut. Doyoung pernah bilang padanya jika yang boleh dia takuti di dunia ini hanya dua, yaitu Tuhan dan Yedam, mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
papa, dodam [end]
Fanficft. jeongwoo "jelas, karna jeongwoo itu harta yang paling berharga buat gue setelah kak Yedam."