Hai, jumpa lagi dengan Asha, kalian aku kenalin kali ini dengan senior kulkas tapi cakep, idola Vara. Namanya Julian Andriano.
Ini wajahnya
Kalo kalian mau tahu, kenapa Kak Julian aku kenalin di awal. Baca aja "CDBGS" sampai selesai.***********************************
Terkadang ada masa kita tidak nyaman di suatu tempat atau keadaan. Dan saat ini itu yang ku alami, berada di tempat membuat waktu terasa lama berjalan ditambah tatapan dari beberapa orang di sini. Kami duduk di gazebo, dengan Kak Julian duduk di depan kami. Beberapa orang yang terlihat lebih tua duduk di depan gazebo.
"Sudah berapa kali kalian datang ke sini?" tanya Kak Julian, dengan tatapan dingin. Tidak bisakah dia tersenyum sedikit saja?
"Belum pernah, Kak," jawab Abi mewakili kami.
Aku duduk tepat di belakang Abi beberapa kali menghela napas gusar, sunggu tidak nyaman. Aya yang duduk di sampingku menyadari tingkahku, bertanya.
"Kenapa, Sha?" tanya Aya berbisik di dekat telingaku, takut didengar Kak Julian.
Aku hanya menggeleng, malas saja jika ketahuan Kak Julian dan ditanya macam-macam. Aya kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Beberapa kali Kak Julian melontarkan pertanyaan, tetapi tidak membuatku memiliki keinginan menjawab. Tatapan Kak Julian tiba-tiba jatuh ke aku, membuatku memegang ujung kemeja yang ku pakai, aku tidak suka suasana ini. Aku paling tidak suka ditatap dari mata ke mata.
"Kamu! Nama kamu siapa?" tanya Kak Julian menatapku.
"Saya, Kak?" Meski sudah sadar jika aku yang ditanya aku masih memastikan. Kak Julian mengangguk.
"Saya Asha, Kak. " Aku mencoba tetap tenang.
"Lengkap," ucapnya singkat.
"Arshana Mikayla Jayanti, Kak" jawabku tak kalah singkat.
Aku menganut paham apa yang kamu beri itu juga yang kuberi. Jadi kalau seseorang bertanya singkat aku juga akan menjawab singkat tanpa basa-basi. Untuk apa basa-basi, sesuatu yang basi itu nggak enak.
"Kamu sewaktu SMA jurusan apa?" tanya Kak Julian lagi.
"Ipa, Kak," jawabku singkat sesuai apa yang Kak Julian tanyakan tanpa ditambah ataupun dikurangin.
"Kamu di sini tinggal dengan orang tua atau kos?" tanyanya lagi. Aku sampai bingung, dia ini sedang sensus penduduk atau apa.
"Kos, kak." Kurasakan senggolan di lututku karena aku yang duduk bersila, pelakunya ternyata Aya. Aku menatapnya meminta penjelasan dengan ekspresi sedikit kesal. Aya memberi kode dengan tatapannya ke arah orang-orang yang tadi aku katakana terlihat lebih tua dari Kak Julian.
Kenapa mereka semua natap aku, memangnya ada yang salah dengan jawabanku? Aku kembali menatap Kak Julian, tatapannya makin tajam, membuatku bertambah bingung. Kudengar kikikan pelan dari Dita di sampingku yang berusaha dia redam dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Di Belakang Gedung Sekolah (Proses Penerbitan)
Fiksi RemajaOrang bilang, jika ingin mengetahui seberapa berbedanya dunia dengan harapanmu, kau harus keluar dari lingkaran emas yang mengelilingimu selama ini. Setelah aku melakukannya, ternyata dunia ini penuh kepalsuan. Tuntutan dan kekuatanku tidak sebandi...