Eureka! | Prolog

39 4 0
                                    


---------------------------

"Manusia memiliki kesempatan waktu yang terbatas,

dan Bunda.. sudah kehabisan kesempatan itu.."

-Yasmine Zhafaira Qaireen

---------------------------

***

Seorang perempuan berparas ayu dengan pashmina hitam yang melekat sempurna di kepalanya terlihat turun dari mobil Avanza berwarna hitam tidak jauh dari gerbang masuk sebuah perumahan di kota Semarang. Ia terlihat menarik kopernya dengan tergesa-gesa, mengabaikan fakta bahwa rok putih bermotif bunga yang ia kenakan menyapu genangan air di jalanan basah yang baru saja diguyur hujan. 

Semakin dekat dengan tujuan, detak jantung gadis itu semakin tak karuan. Dari sekian banyak kabar yang ia terima dalam hidupnya, maka kabar inilah yang paling ia kutuk. Pagi tadi, saat sedang sibuk menyiapkan motivation letter untuk mendaftar beasiswa S2-nya di perpustakaan kampus, Yasmine tiba-tiba menerima telepon dengan suara perempuan yang menangis memintanya untuk segera pulang. Sebab manusia yang amat berharga dalam hidupnya, baru saja pergi untuk selamanya. 

Terdengar tidak nyata, tapi memang benar adanya. Kabar yang lebih dari cukup untuk membuat dunia Yasmine runtuh seketika. 

.

Yasmine mengusap air matanya dengan kasar. Seperti deja vu, langkahnya tertahan ketika melihat bendera kuning berbentuk segitiga dan kerumunan warga yang kini terlihat memenuhi halaman rumahnya. Situasi yang tidak asing yang pernah ia rasakan sepuluh tahun lalu. Suara tangis yang beriringan dengan lantunan surah Yasin pun kini kembali terdengar memenuhi gendang telinga gadis itu. Dari dalam rumah, terlihat Bang Akbar dengan wajah dan hati yang sama kacaunya menghampiri Yasmine dengan langkah gontai. 

Kakak Kedua Yasmine yang selama ini dikenal sebagai sosok yang amat tenang dan dewasa itu terlihat menangis tersedu-sedu seperti anak kecil yang permennya dirampas. Akbar kini berdiri di hadapan Yasmine dengan bahu yang bergetar. Matanya memerah hebat karena tangis. Entah bagaimana buliran-buliran bening itu terus berjatuhan tidak mau berhenti.

Yasmine hanya diam. Langkahnya terkunci. Tidak tahu harus bereaksi bagaimana melihat duka yang kini tengah  menyapanya.  Akbar menatap wajah adiknya yang kini terlihat linglung. Ia berusaha mengucapkan sesuatu dengan terbata-bata. 

Bagaimana ia bisa menjelaskan semuanya kepada adik kecilnya itu?? 

"Bunda..Bun..da..

Bunda per..gi.. Dek.. 

Bunda.. Bunda udah gak ada. Ma..maafin..abang ya".

Pecah sudah tangis laki-laki berkacamata itu. Raungannya bahkan membuat Yura, Kakak pertama mereka keluar dari dalam rumah dan bergegas merangkul Akbar yang seluruh tubuhnya kini bergetar menahan duka yang teramat luka. Yasmine hanya terpaku menatap kedua kakaknya yang saling berangkulan dalam tangis. 

Situasi tragis macam apa yang kini ada di depan matanya??

Rasanya baru kemarin melalui sambungan telepon, Bunda dengan suaranya yang terdengar ceria sekaligus menenangkan bercerita tentang tanaman mawar putih yang ia beli bersama Yura. Bahwa tanaman cantik itu kini sudah berbunga. 

Baru kemarin Bunda juga memintanya makan dengan teratur. Baru kemarin Bunda berpesan agar Yasmine tetap rajin beribadah. Baru kemarin ia minta restu dan doa Bunda untuk bisa pergi melanjutkan studi. 

Ada apa dengan hari ini? Memang Bunda mau pergi kemana? Tidak cukup hanya Ayah, hari ini pun Bunda ikut pergi? Kenapa semua orang yang amat ia cintai harus pergi??

Bahkan ketika semuanya menjadi gelap, Yasmine masih belum bisa memahami apa yang terjadi. Semua ini, terlalu tiba-tiba baginya...

"EUREKA!!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang