Eureka! |Chapter 4

8 1 0
                                    


  ---------------------------

"Karena manusia itu ga selamanya menetap..

Jadi ya kamu jangan terlalu mudah menaruh harap"

-Radeva Khandra Ramadhan

---------------------------

***

     Setelah sempat berlari dan setengah berteriak panik ke arah lift yang sudah hampir tertutup, akhirnya pintu lift kembali terbuka. Menampilkan sosok manusia yang hampir setiap hari menjadi buah bibir kaum hawa di kantor ini. Melihat bagaimana penampilannya, tidak heran makhluk ini digilai hampir seluruh perempuan di gedung ini. 

Jika sebuah pemandangan seperti sosok Pak Rama yang ketampanannya mampu mengetarkan iman tersaji di hadapanmu hampir setiap hari, rasanya menundukkan pandangan dan melewatkannya begitu saja adalah sebuah effort ketaatan yang luar biasa.

 Aku mengucapkan terimakasih dan tersenyum sopan kepada Pak Rama dan karyawan lainnya  sebelum akhirnya ikut bergabung ke dalam lift. Beberapa detik setelah memasuki lift, suara Eca, karyawan sekaligus rekan satu timku dalam divisi marketing memecah keheningan di dalam lift.

"Makasih banyak ya Pak kemarin traktirannya. Saya doain semoga nanti jodohnya ga kalah cantik dari jodoh saya...

Tapi pak, btw gajinya juga kalo bisa ditambahin ya Pak. Agak ga ikhlas saya kalo tiap lembur dibayarnya sama paha ayam keefci doang".

Eca, karyawan pria yang terkenal suka ceplas ceplos dan menjadi sumber terpercaya informasi-informasi 'gelap' di kantor ini melontarkan rasa terima kasih berikut uneg-unegnya. Sesuai dengan julukannya, makhluk ini benar-benar to the point sekali ya. Akhirnya, mau tak mau kami yang berada dalam satu lift ini terkikik berjamaah.

"Tenang aja kalo soal gaji. Asal kamu kerjanya oke dan ga bikin heboh kantor ini dengan info-info yang aneh-aneh ya, Ca. Kemarin pas kelar meeting aja si Devina sampe teriak histeris. Saya sempet ngira dia kesurupan jin kantor lho, Ca!". Pak Rama tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Eca yang kini terlihat sedang cengar-cengir setelah mengetahui dampak dari ulahnya menjadi lambe turah di grup whatsApp kaum ghibahers. Sebuah grup elit perjulidan.

Kabarnya setelah meeting beberapa hari yang lalu, saat semua orang masih di dalam ruangan termasuk Pak Rama, Devina dengan lantangnya mengumpat karena mendapat informasi perselingkuhan salah satu karyawan di gedung ini. Tentu saja sang informan dari berita tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah si Eca. Karyawan paling up to date dari mulai dari urusan gossip murahan selebriti hingga soal asmara orang-orang di kantor ini.

Pintu lift terbuka setelah kurang dari dua menit kami berdiri di dalam lift. Artinya kami sudah sampai di lantai tujuan. Pak Rama mempersilahkan aku dan beberapa karyawan perempuan lainnya keluar lebih dulu. Satu persatu dari kami berjalan menuju kubikel masing-masing sebelum nantinya kembali memeras tenaga dan pikiran.

***

"Yas, untuk campaign kita bulan ini aman, kan?" Pria berkacamata di ruangan ini bertanya sambil membolak-balik kertas di hadapannya.

"Untuk rancangannya sejauh ini aman Pak. Paling nanti tinggal eksekusinya aja. Nanti kalau misal masih ada beberapa hal yang perlu di tambah  lagi bakalan kami follow up lagi kok pak". Aku menjelaskan kepada Pak Rama bagaimana kesiapan campaign bulan ini untuk project terbaru perusahaan kami. 

"Nice nice. Mohon kerjasamanya ya temen-temen, jangan sampai flop!. Saya percaya sepenuhnya sama kalian. Semoga project kali ini ga kalah sukses dengan project sebelumnya ya". Pak Rama terlihat tersenyum puas mendengar tanggapanku.

 Pak Rama terlihat tersenyum puas mendengar tanggapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke.. Kalo gitu meeting hari ini kayaknya sampai di sini dulu aja ya. Kalian semua boleh pulang.

 Thank you semua... Selamat sore". 

Ucap Pak Rama mengakhiri rapat hari ini. Aku menghela napas lega karena meeting hari ini berjalan lancar tanpa ada drama. Teman-teman satu divisiku juga sepertinya merasakan hal yang sama. Bersyukur karena tidak harus lembur dan revisi sehingga bisa pulang lebih awal.

Saat orang-orang mulai beranjak meninggalkan ruangan, aku masih sibuk memasukkan laptop dan beberapa berkas di meja sekaligus menata kembali beberapa barang di tasku yang sedikit berantakan. Awalnya kukira tidak ada manusia lain di ruangan ini sampai sebuah suara berhasil mengejutkanku.

"Yas...!!"

Aku menghentikan kegiatanku lalu menoleh kepada pemilik suara dengan tatapan sedikit tidak santai. Karena begitu fokus membereskan perintilan di tasku, aku tidak menyadari kehadiran Pak Rama yang ternyata sudah berdiri tepat di sampingku.

"Nanti kalau masih ada hal-hal lain yang perlu ditanyakan dan dikonfirmasi silahkan datang ke ruangan saya aja ya. Beneran aman, kan?". Tanya Pak rama dengan wajah datar tanpa dosa.

"Oh siap Pak. Aman kok aman. Tapi saya boleh email juga kan, Pak? Biar nanti ga perlu bolak balik ruangan Bapak".

"Boleh juga. Terdengar lebih efisien dan menghindari berduaan aja ya, Yas? Soalnya katanya kalo berduaan aja biasanya yang ketiganya itu setan. Kayak sekarang ini nih". Aku masih belum menangkap maksud kalimat Pak Rama sebelum sebuah suara lain menginterupsi.

"Ckck.. Setan mah invisible Pak. Lha ini kegantengan saya aja masih bisa disaksikan dengan mata telanjang!". 

Eca, yang rupanya masih setia duduk di ruangan ini tanpa rasa bersalah menyampaikan opininya yang langsung membuat kami- aku dan Pak Rama, memutar bola mata. Ia menghampiri Pak Rama yang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya.

"Oh iya? Kata siapa setan harus selalu invisible, Ca? Justru sekarang lagi marak banget tuh setan-setan kasat mata yang kelakuannya lebih jahannam dari setan invisible". Ucapku sambil berdiri dari kursi setelah berhasil merapikan barang-barang ke dalam tas. Aku berniat pamit meninggalkan ruangan, namun urung karena mendengar kalimat Eca selanjutnya.

"Itu kalo cowok-cowok yang suka modus gitu masuk kategori setan kasat mata ga si, Yas?".

Belum sempat menjawab pertanyaan Eca, Pak Rama tiba-tiba saja meng-gatak kepala makhluk malang itu hingga si pemilik kepala mengaduh.

"Udah mau malem, Ca. Bentar lagi waktunya mangkal, kan? Pulang sana!!". Titah Pak Rama dengan gesture  yang terlihat seperti sedang mengusir anak ayam.

Tidak ingin ambil pusing dengan kelakuan ajaib atasan dan karyawan itu, aku pun berlalu meninggalkan ruangan meeting setelah puas menertawakan Eca yang terlihat berusaha setengah mati tidak mengeluarkan sumpah serapah di depan Pak Rama. 

***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"EUREKA!!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang