prolog

42 4 1
                                    


Seana sama sekali tidak menyangka bisa berada di pulau Lombok, salah satu destinasi wisata yang sangat ingin ia kunjungi, hampir setiap waktu mbok Jum, asisten rumah tangga orangtuanya menceritakan betapa indahnya pulau yang  merupakan kampung halamannya

Sea, begitu ia biasa dipanggil, Gadis berusia 15 tahun itu  bahkan menolak ajakan orangtuanya ke Singapura untuk menemani Reana saudara kembarnya yang sedang menjalani pengobatan disana, bukan karena tidak sayang dengan keluarganya melainkan ia merasa bosan karena hampir setiap satu bulan sekali Seana selalu ikut kesana, dan saat ini dia memilih ikut mbok Jum pulang kampung ke pulau Lombok

Seharusnya Sea bersenang-senang, bermain air, ber-selfie mengambil banyak foto dengan  background hamparan Senggigi yang indah bukannya  duduk diam dibangku kayu sambil melamun dengan tatapan kosong, ada perasaan menyesal dalam hati karena menolak ajakan orangtuanya, terlebih lagi mengingat keadaan Rea yang sedang sakit

Sea mengesah "harusnya aku disana menemani Rea" sesalnya

Sea terkesiap dari lamunannya ketika merasakan kehadiran orang lain di sampingnya, hingga tanpa sengaja netranya mengamati sosok pemuda yang duduk di sampingnya sambil meletakkan papan surfing di antara ia dan si pemuda

Sea melirik sekilas, mencoba mengamati dengan jelas pemuda dengan earphone ditelinga nya namun yang diamati tidak sadar bahkan terkesan cuek dengan keberadaan Sea disampingnya

Tak perlu waktu lama bagi Sea memberi penilaian, Pemuda yang ada disampingnya memiliki kulit putih bersih seperti turis dari Jepang dan Korea, rambut lurus, hidung mancung, bibir tipis, sayang Sea tidak bisa melihat wajahnya dengan detail karena pemuda itu memakai topi dan juga kacamata hitam yang menggantung di hidung mancungnya

Kembali Sea terkesiap karena tiba-tiba saja orang yang sedang diamati nya  berdiri dan melepas earphone, memasukkan ke dalam tas punggung yang  dibawanya, lalu menyimpannya di atas bangku kayu yang ia duduki tadi, kemudian mengambil papan surfing dan beranjak menuju laut

Hari semakin sore, tapi Sea belum juga beranjak dari tempat duduknya, sengaja ia berlama-lama disana karena ingin menikmati sunset, diambilnya earphone dari dalam tas cangklong nya, menyambungkan nya pada ponsel, memutar sebuah lagu, lalu memasangnya dikedua telinga, alih-alih ingin menikmati sunset, Sea malah bersandar dan memejamkan matanya

Mata Sea mengerjap pelan saat sinar matahari sore menyapu wajahnya, matanya terbuka saat menyadari sudah terlalu lama tertidur, sekilas telinga nya menangkap suara orang berbicara, Sea mengedarkan pandangannya lalu terpaku pada tiga orang yang berada tidak jauh dari tempat ia duduk

Pemuda yang tadi dilihatnya tengah berteriak, pada seorang wanita dan pria yang usianya lebih tua dari nya, walau pun tidak terdengar jelas tapi Sea yakin ucapan yang keluar dari mulut si pemuda berupa makian, terlihat dari wajahnya yang merah padam dengan rahang mengetat, dan tangan yang mengepal

Plakk!

Sea nyaris memekik namun ia tahan dengan menutup mulutnya ketika satu tamparan si wanita mendarat di pipi pemuda tadi, pemuda itu tersenyum sinis lalu mendekati si wanita, tapi laki-laki yang berada dibelakang wanita tersebut langsung memasang badan menghalangi pemuda itu mendekat kemudian malah mendorongnya hingga terjatuh, laki-laki itu langsung menarik tangan wanitanya dan berjalan menjauh meninggalkan si pemuda

Sea menatap iba pada si pemuda yang masih duduk terdiam di atas pasir, tidak ingin ikut campur Sea memilih membereskan tas nya berniat untuk meninggalkan pantai, baru saja ia ingin melangkah, si pemuda kembali ke bangku kayu dengan jalan tertatih seperti menahan sakit, lalu duduk bersandar dan memejamkan matanya

Sea menunduk sesekali melirik mencoba mengamati gerak-gerik si pemuda yang duduk membungkuk dengan telapak tangan menutupi wajah, hingga akhirnya pandangannya terhenti pada bagian bawah kaki si pemuda yang terdapat sayatan luka dengan darah yang terus merembes

"Kaki kamu berdarah?" Tanya Sea

Pemuda itu bergeming enggan menanggapi pertanyaan Sea

"Mau apa Lo?" Sentak si pemuda ketika tiba-tiba gadis didepannya duduk berlutut memegang  kaki nya

"Eh, orang Indonesia" batin Sea

"Mau obatin luka kamu, pasti kena karang nih" balas Sea yang masih menunduk tanpa berani menatap si pemuda yang terlihat kesal karena Sea menyentuh kakinya

"Ga usah, pergi sana, gue gak butuh bantuan Lo!"

"Kalau gak di obatin nanti infeksi" jawab Sea seolah tidak mendengar ucapan kesal si pemuda, Sea mengambil air mineral dari dalam tasnya, lalu diguyurkan pada bagian yang luka

"Shh.." pemuda itu meringis menahan nyeri

"Sakit ya?"

"Pake nanya!"

"Maaf, tahan ya" Sea mengambil sapu tangan dari dalam tas dan mengeringkan luka yang tadi ia siram dengan air, tangannya sesekali merapikan rambutnya yang tergerai tertiup angin

Sea terkesiap ketika laki-laki yang ada didepannya mengulurkan tangan merapikan rambutnya menyelipkan kebelakang telinga dan tanpa sengaja tangannya menyentuh pipinya, sontak Sea semakin menunduk pipi nya terasa hangat, rasanya aneh karena baru kali ini ada laki-laki selain ayahnya yang menyentuh rambut dan kulitnya, Sea pun mempercepat gerakannya, diambilnya plester dari dalam tas dan menempelkannya pada sayatan luka di bawah mata kaki si pemuda

"Sudah" ujar Sea sambil memungut  bungkus plester dan memasukkannya ke dalam tas

"Ck, yang benar saja"

Pemuda itu berdecak malas dalam hati ketika melihat tiga plester bergambar hello Kitty menempel pada bagian kakinya yang terluka

Pemuda itu lantas berdiri, mengambil tas dan papan surfing nya lalu beranjak pergi meninggalkan Sea yang masih bergeming menatap punggung si pemuda

Sea menarik nafasnya, meredakan detak jantungnya yang sedari tadi terus saja berdegup kencang, lalu pandangannya terpaku pada benda berkilauan diatas pasir tepat didepannya, lalu diambilnya benda itu dan diamati dengan lekat

"Bagus banget"

"Eh, jangan-jangan milik orang tadi" Sea mengedarkan pandangannya lalu melihat si pemuda yang ternyata masih terlihat belum terlalu jauh berjalan

"Heiii...!" Teriak Sea

"Sama-sama" balas si pemuda yang hanya mengangkat tangannya tanpa menoleh ke belakang

"ehh.."


The Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang