Sebuah Permintaan

17 2 1
                                    

Hai...Hai...

Budayakan Vote ya.. akak akak
Jangan lupa komentarnya..

“Rea” lirih Sea, tangannya meremas jemari saudara kembarnya, netra Sea memburam, susah payah menahan buliran bening yang berdesakkan ingin keluar dari sudut matanya,
Perlahan Rea membuka matanya melihat kesamping dimana Sea duduk seraya membalas lembut remasan jemari Sea

“Kau datang” lirih Rea pelan hampir tidak terdengar, Sea mendekatkan wajahnya, lalu mengecup pipi Reana dengan lembut

“Sea, tadi aku bermimpi”

“mimpi apa?”

“Aku bertemu Ayah dan ibu, mereka terlihat bahagia”

Air mata yang sejak tadi susah payah ditahannya, kini terjun bebas dari sudut matanya

“Apa mereka menanyakan ku?”

“Jangan menangis” diusapnya pipi Sea yang sudah basah airmata

“Mereka bilang kamu kuat, dan kamu harus bahagia”

Sea semakin terisak, remasan tangannya semakin kuat

“kamu kebahagiaan ku Rea”

Rea terkekeh pelan, “aku selalu membuatmu sulit”

Sea menggeleng “kamu tidak pernah menyulitkan ku, aku yang sudah menyulitkan mu, kita bisa lewati ini bersama”

Rea menggeleng lemah

“Sea..”

“Aku ingin melihatmu bahagia, aku ingin melihat seseorang yang bisa menjagamu”

“Kamu kebahagiaan ku, aku bisa menjaga diriku sendiri, jangan pikirkan aku, cepatlah sembuh, kamu ingin jalan-jalan ke pantai kan, nanti kita sama-sama kesana”

Pintu terbuka, Sea dan Rea menoleh ke arah pintu dan melihat Irawan Samudera masuk bersama Yudha, diikuti oleh putranya Biru, yang berjalan di belakangnya

“Om Irawan, Om apa kabar?” Sea ingin bangkit dari duduknya, tapi Irawan tersenyum lalu memberi isyarat dengan tangannya agar Sea tetap duduk di tempatnya

“Om baik-baik saja, Rea bagaimana keadaanmu?”

“seperti yang Om lihat, aku baik-baik saja” jawab Rea mengulas senyum, sekilas matanya melirik pada Biru yang berdiri di belakang Irawan

“Bagus, kamu harus sehat, apa kamu tidak ingin melihat Sea menikah?” tanya Irawan lagi

“Sea menikah, benarkah?” mata cekung dengan wajah pucat Rea terlihat berbinar

“Biru!” Panggil Irawan

Biru yang sedang memainkan ponselnya lekas memasukkannya ke dalam saku dan menghampiri Irawan

“Sea, Rea, ini Mahanta Biru Samudera putra Om"

“Hai..aku Rea, senang berkenalan denganmu” sapa Rea pelan mengangkat sedikit tangannya 

Biru bergeming, menatap lekat pada Rea, lalu melihat sekilas pada Sea , dua gadis dengan wajah yang hampir mirip
Wajah Reana memang mirip dengan Seana, hanya saja lebih kurus dan pucat, kepalanya yang plontos  tertutup topi rajut karena rambutnya rontok karena efek kemoterapi yang Rea jalani, juga terdapat tahi lalat kecil dibawah mata, jika keadaan Reana sehat mungkin tahi lalat dibawah matanya membuat orang lain bisa mudah mengenali keduanya, Biru lalu tersenyum tipis dan menyambut uluran tangan Rea

“Biru”.

“Rea”

“apa kita pernah bertemu?” tanya Rea pada Biru

The Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang