Cemas

15 2 1
                                    

                  Haii .. apa kabar..☺️
              maaf baru bisa update🥲

                              ⛵⛵⛵

Sea duduk dilantai dengan lutut yang ditekuk, pandangannya terlihat kosong, teringat dengan saudara kembarnya yang kini tengah mendapat penanganan di ruang ICU

Sea terus menunggu dengan cemas dan takut, seiring air mata yang terus turun membasahi wajahnya, berkali kali menoleh ke arah pintu berharap  dokter keluar dan memberikan kabar baik

Lama sea masih berada di posisinya, membenamkan wajah diantara lututnya

Pintu terbuka, dokter dan dua orang perawat keluar dari ruang ICU

“Sea!”

Sea tersentak ketika seseorang menepuk bahu dan memanggil namanya, wajahnya mendongak dan langsung berdiri begitu melihat orang yang baru saja memanggilnya

“Oh, dokter Elvan, bagaimana Rea, apa dia baik-baik saja?”

Dokter Elvan menghela nafas

“Sea ada yang mau saya bicarakan, ini mengenai Rea”

Wajah Sea terlihat tegang, perasaan nya  semakin tidak karuan, cemas dan takut menjadi satu, khawatir akan terjadi hal buruk dengan Rea

“baik dokter”

“ayo ke ruangan saya”

Sea mengikuti dokter Elvan menuju ruangannya

“duduklah!”

Sea menarik kursi didepan meja dokter Elvan,  lalu duduk berhadapan dengan dokter muda yang menangani saudara kembarnya

“Sea, ada yang harus kamu ketahui tentang keadaan Rea"

“Ada apa dengan Rea dok, dia baik-baik saja kan dok?” harap sea cemas

“Tadi Rea sempat kehilangan kesadaran tapi kami berhasil menanganinya, dan melihat kondisinya kami belum bisa mengoperasi kakinya ”

Sea memegang dadanya, menarik nafas nya yang terasa sesak, mencoba menguatkan hati apa yang akan dia dengar selanjutnya

“a-apa keadaannya memburuk?”

“Sea, saya harap kamu bisa menerimanya, leukimia yang diderita Rea sudah sampai di stadium akhir, penyebarannya sudah semakin meluas dan menyerang kelenjar getah bening dan juga organ lainnya, tubuh Rea menolak obat-obatan yang masuk, kecil kemungkinan Rea untuk bertahan”

Wajah Sea terlihat murung, saudara satu-satunya sedang tidak baik-baik saja, Sea menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dokter Elvan sontak berdiri dan menghampiri Sea, satu tangannya mengusap pelan bahu Sea

Sekuat tenaga berusaha tidak menangis didepan orang lain, apalagi di depan Rea, Sea selalu berusaha menahan rasa sedihnya sendiri

“Berapa lama lagi dia akan bertahan dokter?” dada Sea terasa sesak dengan pertanyaan nya sendiri

“Mungkin sehari, seminggu, tergantung dari daya tahan tubuhnya,  kami sudah melakukan yang terbaik untuk Rea, hanya saja umur Tuhan juga yang menentukan”

Sea membalik badannya, memeluk pinggang dokter Elvan, runtuh sudah pertahanan yang sejak tadi ia tahan, tangisnya mulai pecah, isakannya terdengar memilukan, hingga beberapa saat tangisan itu berhenti, Sea merenggangkan tubuhnya, mengusap sisa airmata di pipinya

“Ma-maaf dokter”

“Tidak apa-apa, menangis lah jika bisa membuatmu lebih baik” dokter Elvan menepuk nepuk pelan punggung Sea

The Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang