SR.7

513 84 3
                                    


























































































































"Gimana kemarin sama, Joy? Aman?" Bundaran nongki kawanan semester rasa senyap. Baik si bising Lisa, si cerewet Wendy, dan si ceplas-ceplos Moonbyul pun hari ini sedang kalem.

Seulgi cuek aja. Fokus baksonya sambil lirik Wendy. Niatnya meledek, mengingat kemarin udah lancarkan pdkt. Sasaran empuk kawanannya tuh kalo udah salah tingkah. Meski kenyataannya dia juga kang ambyar, cuma kalo hitungannya cuek dan terlihat santuy, dia sama Jennie paling jago.

"Aman. Tapi perginya bertiga sama pacarnya Joy."

Hari ini kantin rame pake banget ketika geng berisik juga jadi sound pendukung di sana. Jadi suara Wendy yang nyaris berbisik itu ya mana bisa kedengeran.

Seulgi hampir budek ketika Jisoo dan kawanan darah cantiknya ngakak. Nggak anggun sumpah sih, nyakitin telinga sama merusak suasana, asli. Untung punya rupa bidadari. Jadi kaum adam dan beberapa kaum hawa berusaha maklum.

Di sini, ada Moonbyul yang belum kelar sensinya ke Wendy ngelirik ganas, kebetulan duduknya sampingan. Lisa cuma mandang polos, sambil niup random poninya. Jennie khusyuk makan.

"Sori Wen, tadi lo ngomong apa?" Lagak Seulgi bersama keruh keningnya tuh mirip orang yang lagi ngobrol di motor dengan kecepatan 100km perjam. Alias nggak kedengeran.

Wendy decak. Agak ngeri nengok ke Moonbyul, modelannya mau nerkam. "Iya aman. Tapi bertiga sama pacarnya doi," kata si bule sambil lirik kecil Joy dari jarak dua meja mereka duduk.

"Berat nggak saingannya?"

Pertanyaan Seulgi tuh memancing emosi Moonbyul. Lagi dan lagi Seulgi memperlihatkan betapa suportifnya dia. Lantas nggak pake mikir, bersama emosi memuncak, Moonbyul hentak meja.

Jennie keselek sih. Lisa kaget dengan gaya. Wendy udah was-was. Seulgi balas emosi. "Lo napa dah?"

"Lo yang kenapa?!"

Taukan betapa suka ngegasnya Moonbyul, sampe dia benar-benar kelepasan buang suara sekeras itu. Kawanannya sih udah biasa. Berantem itu bukan hal aneh, mereka sering kok. Tapi seisi kantin mendadak sunyi.

Makin menarik perhatian ketika Moonbyul dan ekspresi murkanya terpampang jelas pas dia berdiri. Semakin seru lagi pas telunjuknya nunjuk-nunjuk Seulgi.

Fiks berantem.

Seulgi pijat pilipisnya. Telanjur mencuri atensi, sisanya malu.

"Sinting lo Gi! Gue percaya banget lo bisa jagain dan koordinir kita. Taunya apa!? Lo blunder, banget!!" Moonbyul udah di fase teriak. Ngeluarin amarah dan kecewanya tanpa melihat situasi.

Untungnya ada si tetap kalem dalam segala kondisi, Jennie yang kemudian dengan tenang narik tangan Moonbyul. "Udah Byul, tenangin diri lo!" Pake nada kecil tapi penuh penekanan.

Moonbyul susah. Dia masih kekeuh. "Nggak Jen. Ini salah!"

"Iya salah. Sekarang berhenti teriak-teriak gitu." Bisikan Jennie, dan kesabarannya itu buat Lisa juga ikut berdiri nahan Moonbyul.

Ngeri juga kalo Moonbyul mode kang demo nongol kan. Bar-barnya ini bahaya, kantin bisa aja dirusak sama dia.

Seulgi masih sama. Mijat pelipisnya sambil natap Moonbyul nggak abis pikir. Wendy reaksinya nggak beda jauh. Cuma lebih ke malu dan sedih aja.

Semester RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang