Pagi hari, cahaya fajar dari timur terang merayapi jendela besar kamar. Seulgi kebangun, mata sipitnya mengerjap beberapa kali, menguap pun beberapa kali, sembari kumpul nyawa istilahnya, dan lantas tersadar pada gorden abu-abu berkain licin menyala kena cahaya, bahwa dia bukan sedang di kamarnya.
"Gi?"
Melainkan kamar gadis penyebab debar dalam dada seorang Kang Seulgi. Tidak lain, tidak bukan, Bae Irene. Seulgi menoleh, mendapati senyuman Irene dari posisi dekat jendela. Pelaku yang buka gorden. Demi apapun, cahaya kuning semi jingga matahari, menyorot wajah Irene, bikin cewek itu indah berpuluh-puluh kali.
Inilah visual mendebarkan yang selalu Seulgi kagumi ketika berjalan melewati koridor kampus. Manusia yang bikin Seulgi suka diam beralibi nongkrong di lorong, demi dan untuk lihat dia. Lihat manis dan paripurnanya makhluk ciptaan Tuhan ini.
Sialan, Seulgi makin menangisi betapa ngenesnya dia harus mengubur misi demi Jennie. Dari awal, Seulgi maunya Irene, bukan Jisoo.
"Rene.."
"Udah bangun, ya?"
Kekehan kecilnya bahkan kayak cuitan ringan burung menyambut pagi. Seulgi bakal stres kayaknya menggambarkan Irene di kepala. Pujian semua isinya, dan Seulgi malu, dunia bakal mengejek dia dan ketidakmampuan hatinya. "Ke bangun gara-gara lo buka gorden, silau."
Irene terkekeh, lagi. "Sori. Habisnya kalian kayak nggak mau bangun, padahal hampir jam 9. Kita 'kan ada kelas jam 10 nanti."
Ah, kuliah ya. Seulgi beringsut bangun. Menyadari di antara mereka, baru dia yang melek. Ah, sama Jennie. Aduh! Seulgi suka lupa bahwa Jennie itu lebih gesit darinya. Seulgi nggak mau fitnah, tapi Jennie selalu menjalankan ini diam-diam karena dia terlalu malas diliatin kawanan, apalagi si sensi Moonbyul.
"Jadi nggak enak,"
"Loh, kenapa?"
"Bangun telat di rumah orang." kata si sipit, berdiri, sambil goyang bahu sohib-sohibnya, dibangunin. Semisal nggak ada Irene, keknya Seulgi siram air segayung. Bikin malu. Berasa ada kesenjangan hidup padahal sesama cewek. Semester Rasa emang paling pas sebagai dominan berantakan, sementara femininnya diambil semua sama geng berisik.
"Nggak apa-apa. Kita tidurnya semalam pada nggak bener semua. Kamu juga 'kan jagain Moonbyul, jadi nggak masalah."
Ini Irene bisa stop bersikap lembut tidak? Seulgi terpacu untuk ugal-ugalan memiliki, masalahnya. "Panasnya udah turun sih ini," Pergi ke Moonbyul, ngerjap-ngerjap pelan dia, Seulgi bawa telapaknya di dahi sang galak. "Dia cuma kaget gara-gara babak-belur. Sering gitu." Moonbyul lengkungin bibir, Seulgi ngernyit. "Kenapa? Masih nggak enak, badan?"
Bikin Irene senyum dengernya. Terus geleng, sedikit gemas karena, Irene bisa melihat dominasi Seulgi di 5 kawanan ini. Bergerak dia, ikut mendekat, di samping Seulgi. Seulgi kaget sih, jantungnya.
"Mual Gi, badan bagian belakang gue juga sakit, nanti gue nggak masuk kelas ya, titip absen aja." Orang-orang nggak tau, Irene juga nggak tau, Moonbyul si galak dan ngeselin ini aslinya manja. Pada semua sohib semester rasa, sebenarnya, tapi Seulgi bukan Wendy yang sering kali merasa jijik lihat sisi jinak lebih ke bayi si Moonbyul. Atau Lisa misalnya, susah, mereka sama-sama bayi. Ke Jennie sih nggak masalah, tapi dia peduli dengan cara kelihatan nggak peduli, nggak acuh parah, makanya selalu Seulgi.