SR.10

304 56 12
                                    








































































































































Dulu, jarak bukan masalah. Seulgi bisa kapan aja diam dan mulai perhatiin Irene. Entah dalam kelas, di luar kelas, area kampus, bahkan saat di kantin. Cuma, parahnya sekarang serba terbatas.

Seulgi 'kan beberapa kali kena ciduk Irene sedang pandangin dia. Ngeri asli. Kayak orang obsesi. Mirip hari ini, tepatnya pagi ini, di kelas hukum pajak.

"Untuk tugas kelompok, Ibu minta buatkan artikel tambahan dengan menyesuaikan isi makalah. Minggu depan semua kelompok presentasi!"

Membahas kelompok, ingatan pertama Seulgi selalu Irene. Spontan monolidnya terarah diam-diam pada sosok mungil paling depan pada ujung kanan baris kursi. Ada Irene dan kawanannya. Deretan geng berisik yang sedang duduk anggun, melupakan image sementara, ya mereka masih sadar diri untuk tahan bising selama ada dosen.

"Kita sekelompok nggak sih, Gi?"

Dehaman Seulgi meluncur cepat. Hampir tersedak sebenarnya, takut Wendy sadar melihat bola matanya aktif memandang makhluk cantik di depan. Bukan perkara, tapi Seulgi pernah bilang Lisa hilang akal karena misi sintingnya. Nah kalo begini, Seulgi beneran sinting yang ada.

"Belum tau Wen," Bohong besar, Irene udah bilang soal kelompok, tapi gengsi Seulgi seperti moto Moonbyul untuk minta maaf, gagah dan perkasa tanpa tandingan. "cek di grup gih! Nim kita kan berurut, bisa jadi sekelompok."

Wendy iya-in. Cek ponsel, dan dia pun ngangguk setelah melihat dua nama teratas dalam daftar ada namanya dan si monolid ini. "Iya bener kita sekelompok," terus tiba-tiba kening menukik. Wendy deham, memastikan lisannya nggak salah baca. "tapi Gi, ini ada geng berisik juga.."

"Ya terus?" Kalo mau jujur, Seulgi sih senang, bukan main malah. Cuma yaa, ngeri kalo keterusan, Jennie, Moonbyul misuh parah semisal Seulgi juga ikut stres sama misi sinting Lisa.

"Masalahnya ada si bintang di daftar kelompok. Dia kan lagi sensi, Gi!" Bisikan Wendy dari samping terlalu gemas sampai Jennie kode untuk tenang. Moonbyul belum berhasil kebujuk, jadinya bareng Lisa dia duduk di depan persis sudut kiri.

"Siapa aja kelompoknya, Wen?" Jennie di belakang juga kepo. Dia rada khawatir semisal nanti sekelompok bersama dari salah satu geng berisik. Terlebih makhluk Tuhan bernama Kim Jisoo. Ingat! Mereka berdua menghuni daftar nama berawal dari huruf J. Amit-amit lah. Cukup perpustakaan menjadi kenangan terburuk.

Dari depan putar badan sedikit, Wendy pake gestur tangan berbisik. "Gue, elo, Seulgi, Moonbyul, Joy, Irene sama Jisoo."

Mati sudah.

"Baca baik-baik!"

"Ya bener ege! Cek coba grup kelas daftar lengkapnya."

Sibuk memikirkan nasib buruk apa yang akan menimpa dirinya, kelas hukum pajak akhirnya bubar. Jennie linglung melihat isi pesan grup kelas tentang pembagian kelompok. Nama cewek itu tertulis tanpa typo pada chat grup. Berpikir keras semisal ada keliru dalam pembagian, atau berpikir ganti mahasiswa.

"Hai kalian!"

Jennie yakin Jisoo bukan mahkluk supranatural, tapi kemunculannya yang begitu tiba-tiba, mengalahkan atensi jump scare dalam pesona khas film horor. Si astral cantik ini auranya berubah mistis. Alah, Jennie mau pulang aja. Takut kena sial.

Semester RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang