Ex

20.7K 68 0
                                    

Ketika membuka pintu aku sempat terkejut karena ternyata di depanku ada seseorang yang sudah sangat kukenal, yaitu Edward.

"Halo Teteh!! Tadi chat Edward ya? Maaf ya udah lama nggak main nih.." Katanya dengan ceria.

"Kirain Edward nggak bisa datang? Kok nggak bales chat Teteh dulu sih?" Tanyaku.

"Emang sengaja kok Teh. Kan Edward mau ngasih kejutan sama keluarga mantan pacarr..." Jawabnya sambil tersenyum.

"Oh gitu? Teteh kirain Edward udah nggak mau lagi main ke rumah.." Candaku sambil mempersilakannya duduk di ruang tamu.

Edward hanya tersenyum mendengar candaku, mungkin dia juga sudah sangat kangen dengan sikap akrab yang diberikan oleh keluargaku.

"Kok sepi banget sih Teh? Yang lain lagi nggak ada di rumah yah?" Tanyanya bingung melihat suasana rumahku yang lengang tidak seperti biasanya.

"Sedang ada acara masing-masing tuh, Callista juga lagi pergi sama temennya, jadi di rumah cuma ada Teteh doang. Maaf ya, Teteh nggak kasih tau Edward sebelumnya. Abisnya Teteh juga udah lama nggak ngobrol sama kamu sih.."

Aku mencoba menerangkan dan
berharap Edward dapat maklum.
Terus terang saja, aku sudah sangat kangen dengannya. Ternyata Edward pun mau mengerti maksudku. Apalagi dia juga sudah menganggap keluargaku seperti keluarga sendiri, dia saja memanggil aku dengan Teteh berbeda dengan kebanyakan teman-teman Callista yang memanggilku dengan Kakak atau Mbak. Maklum saja keluarga Edward termasuk broken home, tapi tidak berarti dia nakal seperti layaknya anak yang tumbuh tanpa pengawasan orang tua.

Karena sudah lama aku tidak mengobrol dengannya, kami berbicara banyak mengenai berbagai hal. Aku juga sempat memperhatikan wajah Edward yang menurutku cukup manis belum banyak berubah. Tinggi badannya juga masih tidak berbeda jauh denganku, hanya
sekitar 170 cm. Namun di usianya yang menginjak 18 tahun, sikap dan pikirannya sudah jauh lebih dewasa.

Setelah cukup lama mengobrol, aku baru sadar kalau tubuhku dalam keadaan kotor setelah berberes rumah. Aku kemudian pamit dengan Edward untuk mandi. Setelah aku selesai mandi
dan berpakaian, aku mengajaknya untuk makan siang bersama. Di saat makan, aku merasa Edward terus memperhatikan tubuhku yang saat itu memakai kaos putih dan celana pendek
yang cukup ketat.

"Huuuh Dasar cowok! Dimana-mana sama aja!" Omelku dalam hati.

Namun di saat yang bersamaan aku juga dapat memakluminya, karena pasti tubuh mungilku saat itu terlihat sangat seksi dan menggiurkan.

"Ada apa? Kok ngelamun aja sih? Pasti lagi mikirin Callista ya?" Aku berpura-pura menanyakan hal lain untuk menyadarkan lamunannya.

"Eh Ng-nggak kok Teh. Lagipula Callista kan sekarang udah punya pacar.." Ujar Herland sekenanya.

"Edward nggak lagi buru-buru kan? Soalnya tadi Teteh kasih tau Callista kalau kamu lagi ada di rumah. Terus dia bilang Edward jangan pulang dulu..." Kataku berbohong supaya Edward dapat lebih lama lagi di sini.

"Iya Teh Edward juga mau di sini dulu sampe semuanya pulang.." Jawabnya.

"Ya udah Edward nonton TV dulu aja. Teteh mau masuk ke kamar dulu, mau rebahan sebentar..." Lanjutku.

"Ya udah Teh, nggak apa-apa kok. Teteh istirahat ajaa..." Kata Edward.

Setelah pamit ke Edward, aku beranjak masuk ke kamar tidur. Setelah menutup pintu kamar, aku bercermin. Wajahku memang terbilang manis, kulitku juga bersih dan mulus karena sering luluran. Walaupun badanku mungil, tapi terbilang proporsional.

Kemudian aku melepas bajuku
dan mencopot bra-ku, karena aku memang sudah terbiasa tidur tanpa menggunakan bra. Aku sempat memperhatikan payudara milikku yang berukuran sedang namun kencang, dan tentu saja semakin membuat tubuhku tampak indah, karena sesuai dengan postur mungilku. Ketika melihat ke arah bawah, aku tersenyum sendiri karena celana pendekku memang membuat aku tampak seksi. Pantas saja Edward sampai memperhatikan tubuhku seperti itu.

Aku yang dalam keadaan cukup lelah, merebahkan diriku sebentar di atas kasur tanpa memakai kaos dan mencoba beristirahat sejenak. Belum lama beristirahat, aku mendengar suara rintihan dari ruang tengah yang tepat berada di depan kamarku.

"Astaga! Aku baru ingat, itu pasti suara dari DVD porno yang lupa aku keluarkan tadi. Apa Edward sedang menyetelnya?"

Karena penasaran, aku pun bangkit dari
tempat tidurku, dengan terburu-buru aku memakai kaos tanpa sempat memakai bra terlebih dahulu, kemudian dengan perlahan-lahan aku keluar dari kamarku. Begitu aku membuka pintu kamar, aku melihat pemandangan yang mendebarkan. Edward sedang berada di karpet depan TV sambil mengeluarkan penisnya dan mengocok-ngocoknya
sendiri. Ternyata penisnya cukup besar juga untuk anak seusia dia, kurang lebih sekitar 17 cm dan sudah tampak tegang sekali.

Aku berpura-pura batuk, kemudian dengan tampang seolah-olah mengantuk aku mendekati Edward dan ikut duduk disampingnya. Dia tampak kaget menyadari aku sudah berada di
sampingnya. Lalu dengan terburu-buru dia memasukkan penisnya ke dalam celananya lagi.

"Ehhh kok Te-teteh ng-nggak jadi tidur?" Kata Edward salah tingkah.

Kemudian dengan wajah panik dia mengambil remote DVD lalu hendak mematikan filmnya.

"Iya nih, gerah banget di dalam. Eh, filmnya nggak usah dimatiin. Kita nonton berdua aja yuk! Kayaknya seru tuh.."
Ujarku sambil menggeliat sehingga menonjolkan payudaraku yang hanya terbungkus oleh kaos putih ketatku saja.

"Hah? Teteh mau i-ikutan nonton? Ja-jangan Teh Edward malu" Katanya gugup.

"Kok Edward pake malu segala sih? Kayak sama siapa aja, Edward kan udah seperti keluarga sendiri, masa masih malu sama Teteh?" Kataku meyakinkannya.

"Eeeem I-iya deh.." Jawab Edward lalu tidak jadi mematikan DVD-nya.

Dengan santai aku duduk di samping Edward dan ikut menonton. Aku mengambil posisi bersila sehingga celana pendekku semakin tertarik dan memperlihatkan paha mulusku. Adegan adegan erotis yang diperlihatkan bintang porno itu memang sungguh menakjubkan, mereka
bergumul dengan buas dan saling menghisap.

FORBIDDEN RELATIONSHIP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang