Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa, tengkyuuu.
Hari ini Zizel pulang sendiri karena Maclo sparing futsal dengan club sekolah lain. Tadi sesudah bertemu Maclo Zizel kembali masuk ke sekolah karena ingin buang air kecil.
Namun saat ia keluar dari bilik toilet orang pertama yang ia tatap adalah Ninis serta Mauren.
"Kamjagiya!" kaget Zizel dan langsung mengusap dada.
"Gua tuh capek ya harus ngingetin lo terus buat jauhin Maclo! Lo itu paham bahasa Indonesia gak sih?" sentak Ninis tiba-tiba.
"Dih! Lo tuh ngerti bahasa manusia nggak sih udah ditolak Maclo juga masih mau banting harga, paha ayam aja dijual masa lo gratisan." cecar Zizel tak mau kalah.
"Lo apain sih cowok-cowok sampai welcome sama lo? Lo pelet ya?" cetus Mauren menoyor kepala Zizel.
"Gua nggak pelet Maclo kok cuman dia udah pernah makan ludah gua. Jadi mungkin Maclo bisa nurut karena itu." cerita Zizel yang lain arti di dua gadis itu.
"Jadi maksudnya lo sekarang pamer kalau Maclo sering cium lo gitu? Jadi beranggapan gara-gara itu dia nurut sama lo?!"
"Apa sih gak nyambung banget! Udah ah capek ngomong sama orang yang beda zaman." Zizel menerobos Ninis dan Mauren.
Tapi dengan cepat Ninis menarik baju yang dipakai Zizel kemudian mendorong kasar gadis itu kembali ke tembok. Zizel merasa sedikit pusing kala kepala bagian belakangnya terbentur lumayan kuat.
"APAPUN CARANYA LO HARUS JAUHIN MACLO! DIA CUMAN PUNYA GUA, NGGAK ADA CEWEK LAIN YANG BOLEH REBUT DIA DARI GUA. NGERTI GAK!" Ninis menarik rambut Zizel dengan dada naik turun.
Mauren menghentikan Ninis, "Gua harap lo juga jauhin Dipta. Lo cari cowok lain kan bisa, nggak usah cowok orang yang direbut." tekan Mauren.
"Emang kak Dipta ngakuin lo pacarnya? Lagian kalau lo mau sama Maclo ambil aja, gua nggak pernah ngehalangin jadi coba aja. Paling di smackdown..." Zizel masih saja menjawab.
Ninis menghela napas lalu mengangkat tangan untuk menampar tapi Mauren menahan pergerakan itu. "Jangan terlalu over ke cewek tukang ngadu kayak dia yang ada lo bakal ditampar balik sama Maclo."
"Awas lo ngadu ke Maclo! Gua bikin lo nggak betah sekolah disini." Ninis menarik rambut frustasi kemudian berjalan keluar dengan Mauren.
Zizel terdiam dan mengusap punggung serta kepalanya yang terbentur tembok tadi. Ia bingung kenapa Ninis terobsesi sama cowok ngeselin kayak Maclo? Cewek aneh.
Baru beberapa langkah keluar dari sekolah Zizel terkejut melihat dua motor menghadang jalannya.
"Kak Januar?" kaget Zizel.
"Hai Zizel, gak sia-sia ternyata gua kesini cuman buat ketemu sama pujaan hati gua." Januar turun dari motor dan mendekati Zizel yang berjalan mundur.
"Nggak usah takut gitu Zel, nanti kita dikira orang jahat lagi." Radit berucap dari motor.
Januar menggapai tangan Zizel sampai gadis itu terkejut, "Gua mau ngajak jalan bisa? Makan di kafe gitu."
"Gua nggak bis-" saat menolak cekalan tangan Januar mengencang.
"Kenapa?" Januar berjalan maju, "Lagian gua nggak akan macem-macem sama lo disana." Januar mengangkat dagu Zizel.
Mengingat sikap Januar yang akan semakin ngelunjak jika ditolak ia memutuskan untuk ikut.
"Good girl." Januar menarik Zizel ke motor dan memasangkan helm.
Ketika sudah di perjalanan Zizel mencoba berpikir untuk kabur dengan cara apa, jika menghubungi Maclo pasti tak direspon karena sedang sparing.
KAMU SEDANG MEMBACA
MACLO [ SEGERA TERBIT ]
Roman pour Adolescents"Zizel ini kenapa lo ninggalin celana dalam gua? kenapa nggak sekalian lo cuci!" cecar Maclo memperlihatkan celana dalam berwarna biru yang ia pegang. "Ya lo mikirlah Clo, gua malu kali nyuciin celana dalem lo" sahut gadis yang tengah berdiri sambi...