SN-6

931 116 6
                                    

Si Nakal
Season 2

.

.

.

.

.

Mew merenggangkan otot-ototnya yang kaku akibat kelelahan bekerja.

Siang tadi Mew mendapatkan jadwal luang di rumah sakit, di samping sahabat-sahabatnya yang bergantian sift dengannya, Mew juga ingin sekali mendapatkan libur ekstra. Yah, walaupun hanya sebatas bekerja dalam suasana rumah yang tenang.

Oh ya, hampir lima bulan berlalu semenjak Mew mengangkat Gup menjadi adiknya dan semuanya kini sudah lebih baik. Mew mulai menjalani hidup seperti biasa lagi bersama sahabat dan tentunya juga Gup adiknya.

Berbicara soal Gup, anak itu kini sudah berbaur dengan keluarga barunya. Walaupun sering kali diganggu oleh bayang-bayang ayahnya yang jahat, Gup tetap bisa menikmati hidupnya yang kini berstatus sebagai adik adopsi, Gup akhirnya mendapatkan babak baru dalam hidupnya, meski tak semuanya terasa baru.

Semua itu berkat Mew. Kakak angkatnya itu memang pemuda yang baik. Ia selalu bisa membuat Gup merasa nyaman dan aman. Bahkan, Mew seperti bukan kakak angkat saja, ia seperti kakak sungguhan bagi Gup, dan Gup sangat menyukai hal itu. Gup harus berterima kasih pada tuhan karena mempertemukannya dengan orang baik macam Mew.

Ia merasa terselamatkan.

"Seneng banget kayaknya main game nya? Lupa kalo ada abang?" Mew menyindir Gup yang kebetulan sedang bermain Game sambil tiduran di kasur sebelahnya.

"Hehe maaf. Abisnya abang juga sibuk banget sama kerjaan. Jadinya Gup juga sibuk deh sama game!"

Mew tersenyum dan mengacak rambut adik angkatnya. Entah kenapa ia selalu saja gemas pada senyum polos Gup yang ini.

"Em, abang lagi ada waktu luang gini masa Gup nggak mau ajak abang main gitu?"

"Nggak bosen di rumah?" Tanya Mew.

Gup mengeluarkan game yang tadi ia mainkan dan menaruh ponselnya. Jujur saja, meskipun sudah tinggal agak lama bersama Mew, ia tetap merasa jika ia segan pada Mew. Lagipula dia baik sekali, akan sangat tak tahu diri untuk Gup meminta hal yang lebih.

Ia tak mau merepotkan. Khususnya untuk Mew.

"Gup nggak mau kemana-mana sih. Abang istirahat aja lagian, mumpung lagi di rumah juga," jawab Gup.

"Lo kok gitu? Kan abang mau Gup ajak abang jalan. Lagian juga abang pengen jalan-jalan sama Gup loh," seru mew.

Gup berpikir sejenak. Ia mencari kiranya akan kemana mereka nantinya. Dan setelah beberapa lama, akhirnya sebuah ide terlintas di otaknya.

"Aku tau kita akan kemana!"

Mew mengerutkan alisnya, namun ia juga tertarik.

"Kemana?"

"Rahasia. Abang ikut aja!"

.

.

.

.

"Gimana bagus kan bang?" tanya Gup saat kini keduanya sudah sampai di tempat tujuan.

Mew bermuka datar. Ia menatap Gup malas. Adiknya itu, katanya mau membawa dia ke tempat bagus, tapi ini?

Mew menatap taman bermain yang sudah terbengkalai dengan tatapan malas. Dikiranya mereka mau ke arena bermain atau makan-makan, tapi nyatanya tidak.

"Kenapa kesini? Ini bukan tempat bagus Gup sayang," Mew berkata gemas.

Gup tersenyum. Bukan apa-apa ia mengajak Mew kesini. Hanya saja, ini adalah tempat favoritnya saat dulu bersama sang ibu berkeliling mencari uang. Dan tempat ini juga banyak sejarahnya, khususnya bagi kehidupan Gup yang 'agak' baik dulu.

"Gup mengajak abang kesini karena kita sudah lama kenal. Gup mau, abang tahu apa saja tentang Gup. Jadi, bisa saja ketika nanti kita berpisah lagi, abang akan mengingat Gup dan tempat ini," jelas Gup tanpa beban.

Mew merasa tak suka saat mendengar kata perpisahan lagi dari mulut Gup. Apalagi ia sangat benci pada kehilangan. Ia tak suka sendirian lagi.

Tidak untuk yang kedua kali.

"Tapi, kenapa harus taman yang sudah gak terpakai gini? Kenapa juga Gup ngomong yang enggak-enggak? Kan abang bilang kita bakalan terus sama-sama. Nggak peduli apapun, abang akan selalu ada sama buat kamu!"

Gup melihat ketidaksukaan kakaknya. Mungkin karena tiba-tiba berbicara demikian. Tapi, memang itu tujuan Gup mendatangi tempat ini. Yaitu untuk mengenalkan hal yang belum Mew ketahui tentangnya.

Bukankah keluarga itu memang harus saling terbuka untuk semua hal?

"Nggak ada alasan bang. Dulu Gup suka aja main disini. Walaupun udah lama di tutup, tapi taman bermain ini adalah tempat yang jadi saksi waktu Gup masih sama orang tua Gup. Dan jujur, Gup selalu suka suasana disini, hehe.."

Mew menghela napas, ia pun mengusap kepala Gup lembut. Rupanya Gup tengah membuat Mew mengenalnya lebih jauh lagi. Dan itu tentu saja membuat Mew merasa jika anak itu kini lebih terbuka dengannya. Alih-alih benar meminta liburan yang mewah atau menyenangkan, Mew malah mendapati Gup yang menginginkan hal yang sederhana.

Berjumpa dengan masa lalu yang menurut Gup indah.

Bukankah itu adalah poin utamanya?

.

.

.

.

To be Continue
See you later

Maap pendek kali yaaaaa..
Udah usaha banget buat nulis, tapi akunya sibuk😥

Maap banget ya.
Maap kalo bikin kalian kecewa..

SI NAKAL [Season 2] HIATUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang