Si Nakal
Season 2.
.
.
.
.
Gup berjalan di suasana minggu yang cerah. Seakan tengah mengelilingi wilayah kerajaan, Gup yang setengah berlari bersama Mew sesekali tersenyum pada orang-orang yang mereka berdua lewati.
Gup ramah memang. Itu valid.
Setengah jam berlari bersama, Mew membawa Gup ke sebuah bangku taman agar adiknya itu bisa istirahat. Terlihat sedikit ngos-ngosan, Mew memberikan tissue kemasan yang selalu ia bawa di saku celananya jika berolahraga pagi.
"Pake nih. Keringetan gitu bikin adek jelek!" Seru Mew.
"Enak aja Gup jelek. Tapi makasih deh, Gup juga nggak nyaman sama keringet Gup sendiri."
Anak itu mengelap keringatnya dengan segera. Mew yang merasa haus akhirnya menghampiri pedagang minuman kemasan yang ada di taman itu.
"Pak, air mineral dingin dua ya!"
Pedagang itu mengangguk dan memberikan dua botol air sembari tersenyum ramah.
"Akhir pekan yang cerah ya nak!" Ucap pedagang itu.
"Iya pak."
Mew tersenyum dan memberikan uang pas pada bapak itu. Pemuda itu sedikit berlari kearah Gup yang tampak kebingungan akibat Mew yang tiba-tiba saja hilang.
"Nyariin abang ya?" Tanya Mew begitu sampai.
"Abis darimana bang? Gup nyariin tau!"
"Hehe, maaf ya. Abang abis beli minuman dulu. Nih!"
Mew memberikan satu botol pada Gup. Anak itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih untuk Mew.
Sungguh, Gup selalu bahagia mendapatkan perhatian macam itu. Ia bahagia bisa bersama Mew sekarang.
.
.
.
.
"Udah ketemu belom ama tuh bocah? Gue denger dia jadi anak adopsi keluarga kaya?"
Tian mengangguk.
"Iya bos. Katanya dia dipungut gara-gara ibunya meninggal ketabrak. Dan akhirnya salah satu dokter minta hak asuh dia buat jadi miliknya." Jelas Tian.
"Dan lo? Udah tau dimana dia tinggal sekarang?" Tanya Jay lagi.
"Udah bos. Saya tau alamatnya."
"Bagus!"
Jay mengangguk sambil menyeringai. Ia tak tahu jika membuang beban seperti mereka dan juga kematian dari wanita menyebalkan macam Fun akan membuatnya mendapatkan jackpot.
Dunia ini memang milik orang jahat. Jay percaya pada ungkapan itu sekarang.
"Gue nggak sabar tian, gue pengen tuh bocah balik lagi ke gue!"
"Loh kok pengen dia balik lagi bos? Bukannya dia beban ya? Bos juga nggak anggep dia anak," ragu Tian.
Bukannya langsung menjawab, Jay malah memberikan senyuman khasnya. Melihat hal itu tentu Tian tahu jika bosnya pasti punya rencana jahat untuk membuat hidup 'anak' haramnya itu jadi menderita persis seperti ibunya. Apalagi, ibu dan anak itu juga pernah membuatnya masuk penjara dan mendekam selama beberapa bulan.
Jadi, alasan yang bagus untuk balas dendam bukan?
"Tian, gue mau ambil dia lagi bukan buat gue sayangi kayak anak gue. Nggak!"
"Gue.. ambil dia lagi cuma mau bikin dia menderita. Karena gue tahu, kehilangan keluarga barunya sama dengan kematian. Dan gue cukup puas buat itu."
Tian yang mendengar ucapan bosnya itu mengangguk mengerti. Pantas saja setelah bebas dari penjara bosnya mencari anak dan istrinya. Rupanya, semua karena masalah balas dendam toh.
.
.
.
.
Hari libur tentunya adalah hari yang baik untuk bersantai. Seluruh penghuni apartemen no.7 yang cukup besar ini kini tengah berkumpul di ruang tv sembari menonton dan juga makan-makan. Disela-selanya ada canda tawa ria yang mampu membuat siapapun yang melihat ini bisa menjadi iri.
"Makan pedesnya jangan banyak-banyak dek, lambung kamu tuh bukan karet ban tau!" Seru Off menginterupsi Gup yang terus saja mengambil keripik pedas kepunyaan Mew tanpa disadari empunya.
Mew yang saat itu tengah menonton sembari mengelus kepala Gup langsung menengok adiknya yang kini tengah menjilati bekas bumbu pedas di jari-jarinya.
"Kan kan.. apa yang abang bilang soal makanan pedes?" tanya Mew mengintimidasi.
Gup yang tadinya berwajah santai kini tampak meringis.
"Maap. Soalnya tadi tangannya refleks pengen makan itu.. hehe.." cengirnya.
Mew menghela napas. Kebanyakan anak jika diberitahu tentang makanan pedas memang akan bereaksi seperti Gup. Sangat sulit untuk di beritahu.
"Abang nggak larang, cuma kan adek punya maag dan sering sakit perut, makanya di larang." Jelas Mew.
"Bener itu. Lagian juga temen bang Off sampe pernah masuk RS gara-gara itu. Mau?"
Gup menggeleng dan menunduk. Mew yang melihat itu langsung mengusap sayang kepala sang adik.
"Kali ini nggak apa-apa. Abang maklum." Kata Mew. Gup tersenyum membuat semuanya ikut tersenyum. Namun, saat akan kembali menikmati camilan mereka, pelayan part time Mew menghampiri mereka dengan membawa sebuah kotak yang lumayan besar.
"Ada paket tuan!" Katanya. Mew mengambil paket itu.
Ia melihat nama penerimanya yang ternyata Gup.
"Buat Gup, tapi siapa yang kirim ya?"
Gup yang mendengar itu langsung tertarik dan ikut melihat paket yang katanya untuk dirinya itu.
"Gup nggak ada pesen paket. Kira-kira dari siapa ya?" Tanya Gup penasaran.
"Coba aja buka Mew. Sapa tau penting. Atau dari suster yang dulu sempet gemes sama Gup kali!" Off ada benarnya.
Mew langsung membuka kotak yang lumayan besar. Awalnya tak ada apapun karena hanya sebuah kain putih yang tampak saat selesai membuka. Mew yang penasaran langsung membuka kain putih itu dan seketika mata Mew membulat sempurna.
"I-ini?"
Bukan hanya Mew yang terbelalak. Tapi Gup juga telah bergetar ketakutan sambil menutup mulutnya tak percaya.
"I-ini.. ini ayah.." ucapnya ketakutan.
Off dan Bright kompak membuang kotak itu, alhasil sebuah boneka penuh darah kini tergeletak lantai.
Mew berinisiatif langsung memeluk Gup yang kini tengah terisak hebat. Dengan segera Off dan Bright memanggil pelayan untuk membersihkan itu. Namun, belum juga pelayan datang, Mew lebih dulu setengah berteriak memanggil-manggil Gup yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir di hidungnya.
"Off, Bri! Bantuin gue!"
Mereka berdua pun langsung mengangguk dan langsung membantu Mew untuk memberikan penanganan pada Gup.
.
.
.
.
.
Bye bye
Ketemu di eps baru yaw..
KAMU SEDANG MEMBACA
SI NAKAL [Season 2] HIATUS
FanficLanjutan dari kisah Mew yang ditinggal Gulf adik kesayangannya. .... Bertahun-tahun setelah kepergian Gulf, siapa sangka jika Mew akan menemukan seseorang yang sama seperti Gulf. Namun tentunya dia bukan Gulf. Kira-kira bagaimana kisah selengkapnya...