Ost : Paul Kim ~ Me After You
_
.
.
.
Setelah aku bertemu denganmu..
Aku bahagia dengan perubahan-perubahan kecil yang ada.
Di pagi hari yang mempesona..
Aku membuka mataku sambil memikirkanmu.
Aku duduk berhadapan denganmu di meja.
Aku bertanya tentang harimu, atau hariku yang cukup baik.
Saat kita saling memahami hal-hal kecil.
Aku terkejut dengan kenyataan bahwa kita sudah saling terbiasa.
Aku masih mengingat jelas ketika pertama kali kita bertemu. Aku terpesona dengan sosoknya yang terlihat sederhana. Dia tersenyum padaku, pipinya bersemu kala aku memujinya.
Saat itu kami cukup canggung satu sama lain. Itu adalah hal biasa yang dirasakan oleh semua orang saat memulai perkenalan.
Lambat laun kami mulai terbiasa satu sama lain. Aku semakin terpikat dengan sosoknya yang begitu ceria. Yang memahami semua perkataanku tanpa mencela atau seolah pura-pura tahu.
Berawal dari saling memahami satu sama lain, berujung menjadi sebuah perasaan yang tak bisa diartikan dengan sebuah penjelasan yang mudah dimengerti.
Aku ingin mengatakan aku menyukainya, tapi rasanya terlalu cepat. Aku ingin menahannya hingga waktu yang tepat, namun keinginan untuk memiliki dia lebih dari yang bisa aku dapatkan sekarang terlalu kuat.
"Aku menyukaimu.. ani. Aku mencintaimu.. mungkin ini terlalu cepat, tetapi.. aku rasa kedekatan kita selama beberapa bulan ini sudah cukup untuk menjadi alasannya." Kataku dengan cukup tenang, ketika kami tengah duduk berdua di sebuah ruangan.
Hening beberapa saat. Yang ada hanyalah suara TV menyala, menampilkan adegan di mana aku dan dia sedang beradu peran. Ya, tadinya kami memang tengah menonton drama yang kita perankan bersama. Lebih tepatnya, aku mengajaknya dan dia mengiyakan.
Kami menonton di ruang TV, aku membawakan beberapa kaleng bir dan ayam goreng yang kupesan. Selama tiga puluh menit berlangsung, kami hanya fokus menonton dan makan. Sesekali akan saling berkomentar tentang apa yang harus diperbaiki dalam adegan tersebut.
Ruangan yang tengah kami tempati sekarang memang redup. Dikarenakan aku dan dia juga sama-sama suka nuansa seperti ini. Tetapi.. ternyata keputusan kami untuk membuat suasana yang seperti itu memiliki dampak yang cukup mengganggu untukku.Setiap kali aku menoleh ke arahnya, atau dia mengajak bicara. Aku mendadak kehilangan fokus.
Tatapannya... tatapannya membuatku seperti ditarik oleh jutaan volume magnet yang ada di sana.
Wajahnya... wajahnya bersinar, membuatku berpikir bahwa itu bahkan lebih terang dari konstelasi manapun di langit.
Dan suaranya... suaranya begitu merdu, sampai-sampai aku merasa baik Beethoven maupun musisi lainnya tidak bisa mengetahui jenis suara apa yang ia miliki.
Dia... sempurna. Di mataku saat ini, dia wanita yang paling cantik dan wanita yang paling aku inginkan. Maka dari itu, akupun memberanikan diri untuk berbicara. Berharap ada secercah harapan yang dapat mewujudkan jutaan keinginan tertahan dalam diri ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story ( MinGo )
FanficJust a short story about them. Curious? Let's start it.. Enjoy. ======================================= Warning ⚠️ : Adult Content. Cerita ini hanya fiksi belaka, dimana tokoh, alur dan tempat adalah karangan pribadi.