Chapter 14: To us who have to endure

280 37 12
                                    





Seoul, enam bulan kemudian.

"Eonnie! Kau sudah dengar lagunya, belum? Cepat dengar!!"

Bae Joohyun mengalihkan atensinya pada suara yang amat familier di ambang pintu kamar. Kim Yerim dengan earphone terpasang di kedua telinga baru saja berteriak padanya seolah ia memiliki gangguan telinga. Bukannya memprotes, Irene justru hanya terkekeh seraya kembali membuka gawainya. Memastikan sesuatu.

"Lagu siapa?" Tanyanya tanpa melirik nona di sana.

Dari penampilannya yang rapi, para penghuni asrama tahu kalau sang pemimpin grup sudah punya janji untuk pergi. Tak begitu mencolok, memang. Hanya celana panjang hitam dan sweater rajut berwarna cokelat. Masih ingat identitas, tak bisa terlalu mencolok untuk sebuah acara bepergian sebagai Bae Joohyun.

Pertanyaan yang terakhir kali disuarakan tak mendapat jawaban membuat Irene menoleh ke sosok yang kini tengah terduduk di sisi ranjang. Mendapati tatapan sinis yang entah tercipta karena apa.

"Eonnie mau pergi ke mana? Ini sudah malam." Alih-alih menjawab, Yeri justru melayangkan tanya. Membuat si nona yang dimaksud pada akhirnya menyerah terhadap ketidakjelasan sang adik beberapa saat lalu.

"Toserba. Ada yang ingin kubeli."

Hanya sebatas anggukan, tiada lagi pertanyaan yang melayang seperti 'untuk apa malam-malam pergi ke toserba' atau 'dengan siapa'. Bukan hal yang baru untuk mereka bila salah satu pergi dari asrama malam-malam. Selama mereka semua kembali tepat waktu dan tak melanggar peraturan jam malam asrama beranggotakan lima orang itu.

Setelah pamit pada Yeri yang masih sibuk dengan gawainya juga Seulgi yang kebetulan sedang menempati ruang tengah bersama satu mangkuk sereal, Irene melenggang pergi. Meninggalkan unit apartemen tersebut menuju destinasi.

Sendirian? Benar. Menggunakan waktu santai yang dipunya untuk mencari udara segar setelah seharian penuh sibuk bekerja.

Langkah terkesan santai, setiap inci jalanan dinikmati dengan baik. Mendokumentasikan pemandangan malam yang biasa ia lewatkan karena tertidur di perjalanan seusai bekerja dari kursi penumpang taksi yang ditempati. Jalanan Seoul di kala malam ternyata tidak seburuk yang dikira.

Ini belum lima menit sejak sang nona meninggalkan asrama, tapi si adik kecil sudah mengirimnya pesan. Mulanya ia pikir ada yang ingin dititip sebelum pulang atau ada barang yang Irene tinggal, tapi pesan singkat yang masuk justru mengarah pada sebuah link yang entah apa maksudnya.



[Kakao Talk]

Yerimie

[sent link]

Eonnie harus dengar lagu ini!!!!

Cepat dengar!!



Dahinya berkerut seiring pesan singkat itu ia baca. Kenapa Yeri sangat ingin dirinya membuka link tersebut? Pesannya pun lebih terdengar seperti sebuah perintah alih-alih permintaan. Seolah merupakan keharusan.

Earphone yang sengaja ia simpan di saku celananya kini telah terpasang. Menyambungkan gawai di tangannya dengan aksesori penyalur suara wireless guna tak mengganggu konsentrasi sopir taksi—juga antisipasi kalau link yang dikirim adiknya adalah link dengan suara aneh. Tidak, terima kasih. Bae Irene akan sangat hati-hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Hidden Broken Heart - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang