Ketika Zulaikha mengejar cinta Yusuf, Yusuf menjauhinya. Namun, ketika Zulaikha mengejar cinta Allah, maka Allah datangkan Yusuf untuknya.
HAPPY READING Y'ALL♡
◉‿◉
Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, Jihan dan Andin beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju bangku Fika.
"Kantin?" Tanya Andin.
"Pesenin aja boleh, nggak? Kalian duluan aja ke kantin. Gue ada urusan bentar." Ujar Fika, beranjak dari tempat duduknya sembari mengambil mukena dari dalam tasnya.
Fika kemudian berlari keluar kelas.
"Fika, lo mau kemana?!" Andin bertanya—setengah berteriak karena jarak mereka dan Fika yang semakin jauh.
"Musholla!" Fika berseru dari kejauhan.
Andin dan Jihan melongo. Anak itu, sejak kapan dia berubah sedrastis itu? Jihan memang sudah diberitahu oleh Fika tentang "Hijrah sungguhan"-nya itu. Namun, tetap saja, perubahan Fika ini terlalu mendadak bagi mereka berdua.
◉‿◉
Aku melihat jam tanganku, pukul sembilan lewat lima belas pagi. Aku berhenti berlari karena jarak musholla sudah dekat. Oh ya, meskipun sekolahku adalah sekolah umum, pihak sekolah tetap menyediakan musholla sebagai sarana ibadah bagi orang muslim karena sebagian besar warga sekolahku merupakan penganut agama Islam.
Aku melepas sepatuku dan bergegas masuk ke tempat wudhu. Ukuran musholla ini tidak besar. Shaf laki-laki ada di depan, dan shaf wanita ada di belakangnya, dibatasi oleh kain transparan.
Setelah selesai, aku segera masuk ke dalam musholla, melaksanakan Salat Dhuha.
◉‿◉
"Fika mana?" Alin bertanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah ia baca.
"Kalo lagi ngomong sama orang, tatap mukanya." Andin mengingatkan.
"Udahan kali baca bukunya. Lo nggak bosen apa ya baca buku terus?" Jihan bertanya.
Alin menghela napas panjang, "iya-iya. Fika mana?" Tanya Alin sembari menutup buku dan melepas kacamata yang ia kenakan.
"Di musholla dia." Jawab Jihan.
"Hah?"
"Hah apa?"
"Gue nggak salah denger?" Tanya Alin, memastikan.
"Enggak. Fika emang lagi di musholla, kok." Andin menambahkan.
"Ngapain?"
"Salat Dhuha kali." Andin menjawab asal.
"Sejak kapan?"
"Sejak tadi."
"Bukan itu, Bego." Alin memutar kedua bola matanya. "Maksudnya, sejak kapan dia berubah jadi alim kaya gitu? Bukannya dia hijrahnya pura-pura aja buat deketin Ezra?"
"Kaga tau, dah."
Alin kemudian menaruh dagunya di atas kedua tangannya, berpikir.
◉‿◉
"Hai."
Aku menoleh ke belakang. Seorang perempuan cantik tersenyum kepadaku. Aku tak tahu dia siapa, tapi yang jelas wanita itu memiliki senyuman yang sangat indah dengan kedua lesung pipi di wajahnya. Kedua mataku bahkan tak berkedip saat menatapnya. Ia begitu cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Still Love You
أدب المراهقين"Zra, kata orang, luka itu bisa sembuh seiring berjalannya waktu. Tapi, kenapa kalimat itu tidak berlaku untukku?" "Ini sudah bertahun-tahun sejak kepergianmu, dan aku masih belum bisa merelakanmu." "Kini, aku baik-baik saja, Zra. Sungguh, walaupun...