atmosfer senyap bak diantarkan begitu saja setelah sana menyebutkan bahwa dirinya memiliki kepribadian ganda. diaㅡsempat dikuasai oleh kepribadian yang lain katanya? ah, bukannya lino tidak tahu jika seseorang yang mengidap gangguan tersebut akan mudah kehilangan ingatan terutama ketika alter ego mereka mengambil alih. hanya saja, sungguh di luar dugaan jika dia memiliki gangguan mental seperti itu. agak disayangkan mengetahui dia kalah dan membiarkan gangguan itu singgah hingga menetap dalam dirinya.
namun, berapa lama? berapa lama dia diambil alih oleh dirinya yang lain dan sampai kapan dia harus mengalami hal ini? lino tentu tidak bisa terus-terusan kehilangan memorinya. dia jelas tidak bisa terus kembali dengan wujud wadah kosong. apalagi sana mungkin benar merupakan kakak perempuannya. dia tidak mau merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan sana.
"kenapa lino?" suara sana menyapanya. "masakan kakak gak enak, ya?"
pemuda itu terkesiap. "bukan, bukan kok."
"terus?"
"lagi mikir bentar." katanya sambil menyuapkan satu sendok nasi goreng.
"maaf," ujar sana tiba-tiba, membuat lino refleks menaikkan alis.
"kenapa tiba-tiba minta maaf, kak?"
"kamu pasti kepikiran karena kakak bilang kamu punya kepribadian ganda. kakak cuma pingin kamu ngehindarin diri dari stres yang bisa bikin alter ego kamu keluar."
"berapa lama?" tanya lino kemudian.
"berapa lama apanya?"
"berapa lama alter ego-ku muncul kemarin?"
sana mengingat-ingat. "cukup lama, sekitar 1 bulan sejak kamu kabur dari rumah."
"aku kabur dari rumah?"
"kita sudah di sini 2 bulan lebih. kamu sebenernya sudah didiagnosa gangguan itu dari lama dan setau kakak, kamu selalu rutin minum obatnya. tapi hari itu, ayah mungkin memang kelewatan."
"ayah ngapain?"
sana menghela napas seraya menaruh sendok yang sedari tadi dia pegang. "kakak mau cerita, tapi kakak takut kamu pingsan kayak kemarin."
lino menggeleng kecil. "enggak, enggak bakal kok."
"kakak takut lino...."
gelengan pemuda itu kian ribut. "aku gapapa. tolong ceritain, ya kak?"
alih-alih mengiyakan, sana justru menyodorkan telapak tangannya kepada lino. "pegang tangan kakak." katanya.
"buat?"
"buat ngeyakinin kamu kalo di sini gak ada orang yang bakal nyakitin kamu."
dengan segera lino menempelkan tangannya pada telapak sana dan menggenggam tangan gadis itu erat. dia pun dengan cepat mempersilahkan sana untuk memulai penjelasannya. melihat raut lino, sana tahu dia jelas tidak dapat menolak pemuda itu. lino mungkin tidak akan berhenti memohon padanya jika dia tidak bercerita saat ini juga. sana juga tidak bisa membayangkan jikalau dirinya berada di posisi lino. berada di sini tanpa ingatan apapunㅡtentu itu adalah sebuah mimpi buruk.
"hari itu ayah bener-bener kelewatan. dia mabuk sepulang dari kantor. tanpa alasan yang jelas, ayah masuk ke kamar kamu dan mukulin kamu habis-habisan. yang sebelumnya ayah cuma pakai tangannya buat mukul, dia tiba-tiba mecahin botol kaca di kepalamu. ayah juga mukul kamu pakai stik golf dan yang paling parahㅡdia hampir nusuk kamu dengan pisau."
"..."
"buat pertama kalinya, kakak beraniin diri buat ngehentiin ayah dan kamu langsung kabur dari rumah." sana tampak menahan dahinya dengan tumpuan di tangan. "kakak sempet kesulitan nyari kamu kabur ke mana dan ternyata kamu kabur ke sini. saat itu, kamu bener-bener bukan lino yang kakak kenal."
"..."
"1 bulan penuh kamu dikuasai alter ego kamu dan sisanya kamu memang balik jadi lino biasanya, tapi dalam keadaan gak ingat apa-apa. kamu juga beberapa kali kambuh dan kakak gak bisa nyegah hal itu." sana beralih menggigit bibir. "maaf, ya. padahal kakak bisa pulang ke rumah buat ambil obat kamu, tapi kakak terlalu takut sama ayah...."
lino membisu cukup lama.
kalau boleh jujur, apa yang diceritakan sana itu benar-benar bagai sebuah alur sinema. dia terlampau kaget mengetahui kisah hidupnya yang amat menyedihkan. lakon hidupnya sungguh malang hingga ia berakhir rusak di tangan orang tuanya. jika seluruh penjelasan sana itu memang benar adanya, maka tidak heran dia memilih untuk menjauh dari sana. lino tidak perlu lagi memusingkan alasan mengapa dirinya memutuskan untuk berlari ke tempat asing seperti ini. mungkin tidak sepenuhnya asing, tapi cukup untuk membuatnya terlepas dari cengkraman ayah dan ibunya.
setidaknya begitu sampai mereka mengetahui keberadaan dia dan sana suatu hari nanti.
"udah, jangan kamu pikirin. kamu gak perlu inget kejadian buruk itu." sana mengusap telapak tangan lino dengan ibu jarinya. "kakak gak mau liat kamu sakit lagi cuma gara-gara mikirin kelakuan gila ayah."
"enggak kok...."
sana spontan menarik kedua sudut bibirnya. "bagus kalo gitu. kakak cuci piring dulu, oke?" kemudian, meraih piringnya juga piring lino yang telah kosong.
gadis itu langsung melangkah menuju wastafel, menyisakan lino yang duduk termenung bersama handphone milik sana di dekatnya. tidak tahu dorongan dari mana, lino tanpa aba-aba meraih benda pipih itu. dalam hati berniat untuk melihat foto-fotonya dengan sana sekali lagi. padahal saat pertama kali lino lihat, wajah mereka yang sukses memenuhi galeri handphone sana itu tampak begitu cerah.
ah, dia memang sekedar melihatnya secara sekilas, sih. kemarin lino hanya memperhatikan dalam tempo cepat sehingga dia tidak menemukan titik luka baik yang dirinya ataupun sana miliki. lino lalu dengan asal memilih foto yang terpampang di layar untuk memastikan sesuatu di balik senyuman mereka. dia terus mengamati foto-foto itu sampai sejumlah notifikasi muncul dan mengalihkan perhatiannya.
lyaaaa🍓 | help rt 📌
kak sana
balikin kak minho
tolong
aku tau kakak yang terakhir kali bareng kak minho
kak minho pasti ada sama kakak ya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
something only we know ✓
Fanfiction"kamu memang tidak tahu apa-apa." ft. lee know, sana. est. 2022 ⚠️ mental illness, drug, harsh words, lowercase