• Chapter 3 •

14 1 4
                                    

Oudoor Area, 2060

"Yo! Tumben pagi banget keluarnya. Ada apa, nih?"

"Eh? Engga kok, mau cari angin aja. Kakak sendiri tumben kesini?"

"Hehe, mulai jogging aja, maunya sih, jadi rutinitas." Gadis bersurai cokelat itu mengangguk paham atas jawaban seniornya. Mereka berlari pelan beriringan, menyesuaikan harmoni ketenangan pepohonan di sekitar mereka.

"Kita beruntung ya? Bisa setenang ini." Celetuk pria itu kepada gadis yang lebih muda 4 tahun darinya.

"... Iya, ya? Belum tentu di luar sana bisa kayak gini. Omong-omong, Kakak pernah ketemu zombie?" Tanyanya.

"Mau yang mana? Sabertooth? Viper? Atau Grasshopper?"

"Emang kakak pernah ketemu tiga-tiganya??" Tanya Lucy penasaran, Gerald tersenyum membanggakan diri.

"Kalo Grasshop itu waktu invasi kecil-kecilan di Asteville, tapi dia karena tipe zombie yang sukanya loncat-loncatan, jadi kurang jelas juga. Tapi gue pernah liat yang kakinya udah dipotong, lagi makan mayat. Kayak siluman belalang, tau." Gerald memperbaiki posisi kacamatanya, mulai bercerita pengalamannya selama 2 tahun kebelakang.

"Kalo Sabertooth waktu masih tinggal di Kievler. Waktu itu masih bener-bener panik karena pertama kali ada zombie, dan, ya... gue liat zombie Sabertooth itu kayak, orang yang berbulan-bulan gak makan, gigi taringnya aneh lagi. Dan kalo Viper itu... waktu markas masih di perbatasan Asteville, yang jauh dari pemukiman manusia. Eh, ga taunya kita 'kecolongan', ada Viper yang masuk. Padahal semuanya dijaga ketat," Jelas Gerald. Lucy membulatkan matanya.

"Oh! Yang waktu itu sempet heboh, ya??" Gerlad kemudian menganggukkan kepalanya.

"26 orang kena infeksi, salah satunya Louis, temen pertama gua." Jelasnya saat mereka berhenti di salah satu tempat duduk

"Oh... I-i'm sorry..." Balas Lucy berempati mendengarnya.

"Eeh? Biarin aja, sih. Pasti dia udah damai disana. Gak kayak kita yang sibuk bertahan hidup" Canda Gerald sebelum menyeruput air mineral yang dibawanya. Ia melirik Lucy disebelahnya yang sibuk mengatur alat pendeteksi detak jantung di pergelangan tangannya.

"Heh, minum gih. Capek, kan?" Gerald menyodorkan botolnya kepada Lucy, yang hanya tersenyum dan menggeleng halus,

"Gak usah, makasih. Bentar lagi juga nyampe ke Checkpoint, kok."

"Hah? Lu udah lari 3 km dan lu ga butuh minum??"

"Aku udah minum, kak. Baru abis gak lama sebelum kakak nyamperin. Percaya, deh!" Jawab Lucy sambil tertawa. Dasar gadis yang pandai menutupi diri.

"Emang gak haus lagi?"

"Enggak, kak,"

"Serius??"

"Iyaa... Kak Gerald Reinschaft!!" Sekali lagi, gadis itu meyakinkannya sambil tertawa melihat perhatian seniornya.

"Terserah, lah." Gerald hanya mengangkat bahu, sambil mengistirahatkan tangannya di sandaran bangku. Kesunyian menyelimuti mereka, dihiasi harmoni kicauan burung dan suara rimbunan daun yang diterpa angin. Terdengar sangat damai. Tapi tidak dengan irama hati Gerald.

"Kalo lu? Lu udah pernah ketemu zombie?" Tanya Gerald. Lucy mengangkat bahu sedikit dan tersenyum simpul.

"Perang terbesar yang pernah terjadi di hidup aku ya, melawan diri sendiri. Aku belom pernah ketemu langsung mahluk lain yang lebih serem, daripada diri aku sendiri." Lalu ia menoleh pada Gerald yang kebingungan.

"Buat cewek cemen kayak aku, mustahil, kak. Mungkin aku udah gak bernyawa kalo ke-"

"Say that again," Potong Gerald serius. Lucy terpaku, kebingungan Gerlad berpindah pada Lucy sekarang.

The Jackals [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang